PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Kiper Bhayangkara FC Awan Setho Raharjo pernah mengalami cedera parah di bagian leher yang membuatnya tidak sadarkan diri dan harus dilarikan ke rumah sakit. Dia menilai, belum semua perangkat pertandingan peka pada cedera kepala yang dialami kiper.
Kiper Torpedo FC Taufik Ramsyah meninggal setelah bertabrakan dengan pemain lawan. Seberbahaya itu ya risiko seorang kiper?
Saya menyadari, memang kiper rentan berbenturan dengan lawan maupun kawan sendiri atau bahkan tiang gawang.
Anda pernah mengalami cedera parah pada 2018. Apa tindakan cepat tim medis Bhayangkara FC yang sangat membantu Anda hingga terhindar dari dampak lebih buruk?
Ya, dan saya berterima kasih kepada tim medis yang waktu itu menangani saya. Sebab, sebelumnya ada kejadian yang menimpa almarhum (kiper Persela) Choirul Huda. Jadi, saya rasa penanganan tim medis waktu itu sudah tepat dan cekatan karena waktu itu uji coba internasional juga kan.
Menurut Anda, apakah kiper sangat perlu memakai head protector (pelindung kepala) untuk menghindari cedera parah di lapangan?
Sebenarnya penting sekali untuk meminimalkan kejadian buruk. Tapi, mungkin lebih karena tidak nyaman memakainya saat pertandingan. Tidak terbiasa juga kan pakai head protector.
Sejauh ini, menurut Anda, apakah perangkat pertandingan sangat peka soal cedera-cedera parah di kepala yang dialami kiper?
Sejauh ini mungkin tidak semua peka, masih kurang kalau menurut saya pribadi.
Harapan Anda kepada PSSI dan PT LIB agar tidak terulang lagi cedera hingga mengakibatkan kiper meninggal?
Mungkin perlu workshop untuk penanganan kejadian seperti itu. Tapi, sejauh ini APPI sudah memberikan workshop seperti itu sih ke klub-klub Liga 1 maupun Liga 2. Yang jelas, workshop untuk dokter-dokter setiap klub penting untuk penanganan cedera separah itu.(rid/c14/ttg/jpg)