Bahas Ancaman Kehancuran Pulau-Pulau Gambut Sumatera

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Isu tentang abrasi pesisir pantai timur Sumatera, khususnya Riau, semakin marak diberitakan baik di media massa maupun di media sosial. Melihat kondisi ini, Pusat Studi Bencana (PSB) LPPM Universitas Riau menggelar diskusi ilmiah dengan tajuk “Ancaman Kehancuran Pulau-Pulau Gambut Sumatra: Refleksi dari Bengkalis dan Kepulauan Meranti, Riau”.

Acara ini digelar Kamis (16/5) di Aula LPPM Universitas Riau dengan narasumber Dr Eng Sigit Sutikno ST MT (dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau) yang merupakan Koordinator PSB yang baru. Acara ini juga dihajatkan untuk membuka sebuah diskusi ilmiah bulanan yang diberi nama “PSB Peat Circle” yang dicanangkan sebagai ajang presentasi dan diskusi berbagai isu terkait lahan gambut yang ada di Riau.

- Advertisement -

Forum ini diharapkan akan dapat meningkatkan perhatian masyarakat, terutama komunitas akademis di lingkungan Universitas Riau sendiri, terhadap berbagai persoalan krusial yang tidak dapat dipisahkan dari lahan gambut yang ada di Riau. Peserta diskusi ini terdiri dari para dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di Universitas Riau serta sejumlah peminat dari kalangan Lembaga swadaya masyarakat yang ada di Pekanbaru.

Sigit Sutikno mengemukakan berbagai temuan dalam penelitiannya di lapangan yang telah berlangsung sejak tahun 2014 lalu. Bekerjasama dengan Prof Koichi Yamamoto dari Universitas Yamaguchi Jepang, ia berupaya mengungkapkan ancaman kehancuran pulau-pulau gambut yang ada di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti.

- Advertisement -

“Yang sedang berlangsung saat ini sangat mengkhawatirkan. Hilangnya vegetasi mangrove dan alih fungsi lahan hutan gambut menjadi lahan perkebunan telah memicu terjadinya abrasi pesisir yang mengikis daratan dengan laju belasan hingga puluhan meter setiap tahunnya,’’ ujarnya.

‘’Hilangnya tanggul pulau-pulau telah menyebabkan ombak menggerus langsung lahan gambut di Pulau Rangsang, Pulau Bengkalis, Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Rangsang, dan Pulau Tebing Tinggi, yang rata-rata hampir seluruh permukaan daratannya merupakan lahan gambut!’’ tambahnya.

Lebih parah lagi, lahan gambut di pulau-pulau tersebut juga terus mengalami degradasi yang sumbernya dari berbagai aktifitas manusia di darat. Deforestasi dan konversi lahan gambut disertai pembangunan kanal-kanal drainasi telah mengakibatkan kubah-kubah gambut yang ada mengalami kerusakan parah.(das)
Editor: Eko Faizin

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Isu tentang abrasi pesisir pantai timur Sumatera, khususnya Riau, semakin marak diberitakan baik di media massa maupun di media sosial. Melihat kondisi ini, Pusat Studi Bencana (PSB) LPPM Universitas Riau menggelar diskusi ilmiah dengan tajuk “Ancaman Kehancuran Pulau-Pulau Gambut Sumatra: Refleksi dari Bengkalis dan Kepulauan Meranti, Riau”.

Acara ini digelar Kamis (16/5) di Aula LPPM Universitas Riau dengan narasumber Dr Eng Sigit Sutikno ST MT (dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau) yang merupakan Koordinator PSB yang baru. Acara ini juga dihajatkan untuk membuka sebuah diskusi ilmiah bulanan yang diberi nama “PSB Peat Circle” yang dicanangkan sebagai ajang presentasi dan diskusi berbagai isu terkait lahan gambut yang ada di Riau.

Forum ini diharapkan akan dapat meningkatkan perhatian masyarakat, terutama komunitas akademis di lingkungan Universitas Riau sendiri, terhadap berbagai persoalan krusial yang tidak dapat dipisahkan dari lahan gambut yang ada di Riau. Peserta diskusi ini terdiri dari para dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di Universitas Riau serta sejumlah peminat dari kalangan Lembaga swadaya masyarakat yang ada di Pekanbaru.

Sigit Sutikno mengemukakan berbagai temuan dalam penelitiannya di lapangan yang telah berlangsung sejak tahun 2014 lalu. Bekerjasama dengan Prof Koichi Yamamoto dari Universitas Yamaguchi Jepang, ia berupaya mengungkapkan ancaman kehancuran pulau-pulau gambut yang ada di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti.

“Yang sedang berlangsung saat ini sangat mengkhawatirkan. Hilangnya vegetasi mangrove dan alih fungsi lahan hutan gambut menjadi lahan perkebunan telah memicu terjadinya abrasi pesisir yang mengikis daratan dengan laju belasan hingga puluhan meter setiap tahunnya,’’ ujarnya.

‘’Hilangnya tanggul pulau-pulau telah menyebabkan ombak menggerus langsung lahan gambut di Pulau Rangsang, Pulau Bengkalis, Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Rangsang, dan Pulau Tebing Tinggi, yang rata-rata hampir seluruh permukaan daratannya merupakan lahan gambut!’’ tambahnya.

Lebih parah lagi, lahan gambut di pulau-pulau tersebut juga terus mengalami degradasi yang sumbernya dari berbagai aktifitas manusia di darat. Deforestasi dan konversi lahan gambut disertai pembangunan kanal-kanal drainasi telah mengakibatkan kubah-kubah gambut yang ada mengalami kerusakan parah.(das)
Editor: Eko Faizin
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya