PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pariwisata diharapkan menjadi salah satu sektor yang dapat menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) bagi Provinsi Riau. Selain itu, geliat pariwisata juga sangat diharapkan sebagai salah satu komoditi penggerak ekonomi masyarakat. Maka dari itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau mendorong pemprov melakukan pengembangan pariwisata di beberapa daerah.
Hal itu sebagaiamana disampaikan Wakil Ketua DPRD Riau Agung Nugroho kepada Riau Pos, Ahad (15/8). Dikatakan dia, akhir pekan lalu, DPRD Riau telah melaksanakan penyampaian rancangan peraturan daerah (raperda) pembangunan kepariwisataan kepada Pemprov Riau. Penyampaian itu dilangsungkan secara resmi melalui sidang paripurna yang dihadiri Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution.
"Akhir pekan lalu saya kebetulan memimpin rapat paripurna penyampaian ranperda pembangunan kepariwisataan. Ranperda tersebut akan dirancang oleh DPRD yang nantinya dapat digunakan sebagai landasan hukum pembangunan kepariwisataan," tuturnya.
Diakui dia, minat masyarakat lokal maupun internasional dalam berwisata saat ini berkembang sangat pesat. Apalagi dengan adanya media sosial. Dimana, beberapa tempat wisata menarik akan dengan mudah dipromosikan sehingga menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Peran teknologi dan informasi tersebut, diharapkan dia dapat dimanfaatkan pemprov sebagai ajang promosi.
"Sekarang ini kan sangat gampang menarik wisatawan. Tinggal kita undang influencer dan media, virakan di media sosial. Tapi itukan secara teori, ya. Artinya untuk mendapat daya tarik yang sebenarnya itu tentu memang harus ada pembenahan yang masif terhadap objek wisata," pungkasnya.
Pembenahan yang dimaksud dia semisal akses jalan menuju lokasi wisata. Ia mencontohkan sebuah lokasi air terjun yang ada di Batu Dinding, Kabupaten Kampar. Beberapa waktu lalu, ustaz kondang asal Riau, Ustaz Abdul Somad (UAS) sempat memvidiokan aktivitasnya di lokasi air terjun Batu Dinding. Setelah itu, ia mendapat informasi bahwa aktivitas kunjungan wisatawan baik lokal maupun luar daerah ke sana bertambah.
Yang menjadi persoalan susahnya akses jalan menuju lokasi. Sehingga masyarakat calon wisatawan mengurungkan niat untuk datang ketika akses jalan sulit dilalui. "Kebetulan saya ketua IMI. Ada beberapa komunitas mau ke sana. Tapi setelah tahu akses jalan sulit, tak jadi," ceritanya.(nda)