Minggu, 7 Juli 2024

Warga Keluhkan Penutupan Jalan Akibat Ada Proyek

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Galian dan pekerjaan South Catchmen Area (Pekanbaru bagian selatan, red) melalui proyek Sistem Pengendalian Air Limbah Domestik (SPALD) di ibukota Provinsi Riau, terus dikeluhkan warga. Seperti akses jalan yang ditutup sehingga pelaku usaha kecil di sekitar lokasi proyek harus menelan kerugian karena pekerjaan limbah rumah tangga senilai Rp347 miliar tersebut.

Simpang Teratai misalnya, yang menghubungkan ruas Jalan Ahmad Dahlan dengan Ahmad Yani sejak awal pekan kemarin sudah ditutup total. Padahal dua bulan terakhir galian jalan sudah dilakukan, namun kendaraan roda dua masih melintas sehingga pedagang yang berusaha tetap dapat berjualan.

- Advertisement -

Dengan sudah ditutupnya secara total di titik ruas jalan tersebut, mengakibatkan tak ada lagi warga yang melintas sehingga beberapa pegadang harus gigit jari. “Sekarang sudah tidak bisa lagi kendaraan melintas, termasuk motor. Mana ada lagi yang beli, makin sepi pasti,” kata Iwan, seorang warga setempat.

Selain dikeluhkan pedagang, masyarakat pengguna jalan juga harus mencari jalur lain untuk melintas di wilayah Kecamatan Sukajadi tersebut.

“Terpaksa harus mutar-mutar, biasanya motor masih bisa lewat, sekarang sudah tutup total,” kata Fery, warga yang tinggal di sekitar Jalan Dahlia, dan mengeluhkan ditutupnya jalan tersebut.

- Advertisement -
Baca Juga:  Delapan Kecamatan Zona Hijau Covid-19

Penutupan ruas jalan tersebut sudah terjadi sejak akhir 2018 lalu. November. Pekerjaan guna memasang pipa untuk saluran pembuangan. Lokasinya pun tidak saja satu atau dua titik atau lebih yang terlihat oleh masyarakat, namun akan dikerjakan hingga 2020 mendatang di beberapa lokasi.

Pekerjaan bersumber APBN ini dikerjakan pihak Kementerian PUPR RI yang berwenang dari Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Riau di bawah Dirjen Cipta Karya. Menurutnya, soal jalan tutup, pihaknya sudah dari tahun lalu mensosialisasikan ke aparatur pemerintah daerah.

‘’Mulai tingkat desa (kelurahan, red) dan juga Pemko Pekanbaru terkait. Bahkan sampai RT dan RW juga kami komunikasikan,” kata Kasatker PSPLP Riau Yeni Mulyadi kepada Riau Pos.

Pantauan Riau Pos di pusat Kota Pekanbaru, selain di simpang Teratai-Ahmad Dahlan, Jalan Ahmad Yani samping kantor Gubernur, Jalan Kaswari seberang Brimob juga ada pekerjaan. Kasatker PSPLP Riau menjelaskan, pekerjaan dibagi dua paket proyek.

Di mana Kementerian PUPR membangun jaringan pipa melalui Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Terpusat Skala Perkotaan. Area Selatan (SC1) dan Area Selatan (SC2).

Baca Juga:  Awas, Ada Pohon Tumbang Timpa Kabel Listrik di Thamrin Ujung

SC1 dikerjakan sepanjang 19,7 kilometer, dengan kontraktor PT Wijaya Karya dan PT Karaga Indonusa Pratama melalui Kerjasama Operasi (KSO). Nilai kontrak tahun jamak sebesar Rp203,7 miliar. Dimulai 1 November 2018 dengan target selesai pada 28 Desember 2020.

Kemudian paket kedua atau SC2 sepanjang 17,8 km, dikerjakan oleh PT Hutama Karya dan PT Rosa Lisca juga melalui KSO senilai Rp144,2 miliar. Dengan demikian total pekerjaan adalah sepanjang sekitar 37,5 kilometer dengan nilai kontrak selama dua tahun anggaran Rp347 miliar.

‘’Jadi tanpa persetujuan warga kami belum bangun dulu. Yang sudah berjalan South Catchmant (SC) untuk pemasangan pipa. jadi semua limbah rumah tangga itu masuk ke dalam sistem air limbah lewat perpipaan,” jelasnya.

Kegiatan proyek SPALD ini nantinya setelah jaringan pipa tuntas, maka akan dilanjutkan dengan pembangunan intalasi pengolahan air limbah. Bertempat di Tenayan Raya, Bambu Kuning sebagai lokasi akhir pekerjaan yang direncanakan baru dimulai setelah 2020 mendatang.(egp)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Galian dan pekerjaan South Catchmen Area (Pekanbaru bagian selatan, red) melalui proyek Sistem Pengendalian Air Limbah Domestik (SPALD) di ibukota Provinsi Riau, terus dikeluhkan warga. Seperti akses jalan yang ditutup sehingga pelaku usaha kecil di sekitar lokasi proyek harus menelan kerugian karena pekerjaan limbah rumah tangga senilai Rp347 miliar tersebut.

Simpang Teratai misalnya, yang menghubungkan ruas Jalan Ahmad Dahlan dengan Ahmad Yani sejak awal pekan kemarin sudah ditutup total. Padahal dua bulan terakhir galian jalan sudah dilakukan, namun kendaraan roda dua masih melintas sehingga pedagang yang berusaha tetap dapat berjualan.

Dengan sudah ditutupnya secara total di titik ruas jalan tersebut, mengakibatkan tak ada lagi warga yang melintas sehingga beberapa pegadang harus gigit jari. “Sekarang sudah tidak bisa lagi kendaraan melintas, termasuk motor. Mana ada lagi yang beli, makin sepi pasti,” kata Iwan, seorang warga setempat.

Selain dikeluhkan pedagang, masyarakat pengguna jalan juga harus mencari jalur lain untuk melintas di wilayah Kecamatan Sukajadi tersebut.

“Terpaksa harus mutar-mutar, biasanya motor masih bisa lewat, sekarang sudah tutup total,” kata Fery, warga yang tinggal di sekitar Jalan Dahlia, dan mengeluhkan ditutupnya jalan tersebut.

Baca Juga:  Delapan Kecamatan Zona Hijau Covid-19

Penutupan ruas jalan tersebut sudah terjadi sejak akhir 2018 lalu. November. Pekerjaan guna memasang pipa untuk saluran pembuangan. Lokasinya pun tidak saja satu atau dua titik atau lebih yang terlihat oleh masyarakat, namun akan dikerjakan hingga 2020 mendatang di beberapa lokasi.

Pekerjaan bersumber APBN ini dikerjakan pihak Kementerian PUPR RI yang berwenang dari Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Riau di bawah Dirjen Cipta Karya. Menurutnya, soal jalan tutup, pihaknya sudah dari tahun lalu mensosialisasikan ke aparatur pemerintah daerah.

‘’Mulai tingkat desa (kelurahan, red) dan juga Pemko Pekanbaru terkait. Bahkan sampai RT dan RW juga kami komunikasikan,” kata Kasatker PSPLP Riau Yeni Mulyadi kepada Riau Pos.

Pantauan Riau Pos di pusat Kota Pekanbaru, selain di simpang Teratai-Ahmad Dahlan, Jalan Ahmad Yani samping kantor Gubernur, Jalan Kaswari seberang Brimob juga ada pekerjaan. Kasatker PSPLP Riau menjelaskan, pekerjaan dibagi dua paket proyek.

Di mana Kementerian PUPR membangun jaringan pipa melalui Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Terpusat Skala Perkotaan. Area Selatan (SC1) dan Area Selatan (SC2).

Baca Juga:  Petugas Bubarkan Keramaian

SC1 dikerjakan sepanjang 19,7 kilometer, dengan kontraktor PT Wijaya Karya dan PT Karaga Indonusa Pratama melalui Kerjasama Operasi (KSO). Nilai kontrak tahun jamak sebesar Rp203,7 miliar. Dimulai 1 November 2018 dengan target selesai pada 28 Desember 2020.

Kemudian paket kedua atau SC2 sepanjang 17,8 km, dikerjakan oleh PT Hutama Karya dan PT Rosa Lisca juga melalui KSO senilai Rp144,2 miliar. Dengan demikian total pekerjaan adalah sepanjang sekitar 37,5 kilometer dengan nilai kontrak selama dua tahun anggaran Rp347 miliar.

‘’Jadi tanpa persetujuan warga kami belum bangun dulu. Yang sudah berjalan South Catchmant (SC) untuk pemasangan pipa. jadi semua limbah rumah tangga itu masuk ke dalam sistem air limbah lewat perpipaan,” jelasnya.

Kegiatan proyek SPALD ini nantinya setelah jaringan pipa tuntas, maka akan dilanjutkan dengan pembangunan intalasi pengolahan air limbah. Bertempat di Tenayan Raya, Bambu Kuning sebagai lokasi akhir pekerjaan yang direncanakan baru dimulai setelah 2020 mendatang.(egp)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari