Toleransi Sudah Lama Menjadi Jati Diri Bangsa

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Penerapan toleransi di tengah keberagaman asal-usul masyarakat di Indonesia sudah mengakar sejak zaman dulu, jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Contohnya saat era Majapahit yang kemudian kini dikenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Hal itu mengemuka di dalam diskusi yang diadakan DPD Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Riau bertemakan  Membangun Toleransi yang Membumi, Selasa (10/3/2020) sore lalu.
Hadir sebagai pemateri Ngoki (Ngobrol Bersama PIKI) tersebut adalah Ketua PGI Wilayah Riau, Pdt Mangantar  Tambunan MTh, unsur Dewan Pakar DPD PIKI Riau, DR Hinsatopa Simatupang MM dan Ketua GP Ansor Banser Riau, Purwaji.
Para pemateri menyebutkan bahwa Indonesia dikaruniai masyarakat yang berasal dari berbagai suku, bahasa, hingga agama. Dan perbedaan itu sudah ada sejak dulu sehingga diperlukan toleransi agar terjalis hubungan yang harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.
’’Jika masyarakatnya tenang, maka majulah kotanya. Kita sebagai umat beragama di dalam kitab suci diperintahkan untuk bisa memberikan manfaat di kota tempat kita berada. Salah satu yang harus dilakukan adalah hidup rukun dan damai,’’ kata Mangantar.
Para kader Nahdlatul Ulama termasuk Ansor, kata Purwaji, sangat ditanamkan semangat toleransi dalam menegakkan ajaran-ajaran agama Islam. Sejak dulu NU hadir untuk terus menyuarakan kerukunan yang dibalut ke dalam toleransi.
’’Banyak langkah, upaya yang sudah dan akan kita lakukan di Banser yang mencakup seluruh daerah di Riau. Kita ingin terus menciptakan kerukunan antarumat beragama,’’ kata Purwaji.
Terkait toleransi, Hinsatopa mengatakan tidak bisa hanya sekadar dikatakan, tetapi lebih dari itu yakni perbuatan. Jika seseorang ingin orang lain toleran kepadanya, sebaiknya harus bertanya dulu kepada diri sendiri apakah dia sudah toleran atau belum.
’’Harus kita mulai dari hal-hal kecil. Dari lingkungan kita misalnya. Jangan sampai kita tidak bergaul dan tidak peduli dengan lingkungan yang berbeda dengan kita. Jadi toleransi itu penerapan, bukan sekadar ucapan,’’ ujarnya.
Ketua DPD PIKI Riau, dr Hermes Sitompul SpRM menyebutkan PIKI hadir untuk memberikan sumbangsih baik pikiran maupun perbuatan yang dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara. Karena itu hasil-hasil diskusi yang mengemuka dijadikan bahan untuk ditindaklanjuti.
Salah satu usulan yang disampaikan peserta diskusi adalah memasyarakatkan semangat toleransi kepada generasi muda dengan cara-cara milenial sehingga menarik bagi kaum muda.(fas/rls)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Penerapan toleransi di tengah keberagaman asal-usul masyarakat di Indonesia sudah mengakar sejak zaman dulu, jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Contohnya saat era Majapahit yang kemudian kini dikenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Hal itu mengemuka di dalam diskusi yang diadakan DPD Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Riau bertemakan  Membangun Toleransi yang Membumi, Selasa (10/3/2020) sore lalu.
Hadir sebagai pemateri Ngoki (Ngobrol Bersama PIKI) tersebut adalah Ketua PGI Wilayah Riau, Pdt Mangantar  Tambunan MTh, unsur Dewan Pakar DPD PIKI Riau, DR Hinsatopa Simatupang MM dan Ketua GP Ansor Banser Riau, Purwaji.
Para pemateri menyebutkan bahwa Indonesia dikaruniai masyarakat yang berasal dari berbagai suku, bahasa, hingga agama. Dan perbedaan itu sudah ada sejak dulu sehingga diperlukan toleransi agar terjalis hubungan yang harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.
’’Jika masyarakatnya tenang, maka majulah kotanya. Kita sebagai umat beragama di dalam kitab suci diperintahkan untuk bisa memberikan manfaat di kota tempat kita berada. Salah satu yang harus dilakukan adalah hidup rukun dan damai,’’ kata Mangantar.
Para kader Nahdlatul Ulama termasuk Ansor, kata Purwaji, sangat ditanamkan semangat toleransi dalam menegakkan ajaran-ajaran agama Islam. Sejak dulu NU hadir untuk terus menyuarakan kerukunan yang dibalut ke dalam toleransi.
’’Banyak langkah, upaya yang sudah dan akan kita lakukan di Banser yang mencakup seluruh daerah di Riau. Kita ingin terus menciptakan kerukunan antarumat beragama,’’ kata Purwaji.
Terkait toleransi, Hinsatopa mengatakan tidak bisa hanya sekadar dikatakan, tetapi lebih dari itu yakni perbuatan. Jika seseorang ingin orang lain toleran kepadanya, sebaiknya harus bertanya dulu kepada diri sendiri apakah dia sudah toleran atau belum.
’’Harus kita mulai dari hal-hal kecil. Dari lingkungan kita misalnya. Jangan sampai kita tidak bergaul dan tidak peduli dengan lingkungan yang berbeda dengan kita. Jadi toleransi itu penerapan, bukan sekadar ucapan,’’ ujarnya.
Ketua DPD PIKI Riau, dr Hermes Sitompul SpRM menyebutkan PIKI hadir untuk memberikan sumbangsih baik pikiran maupun perbuatan yang dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara. Karena itu hasil-hasil diskusi yang mengemuka dijadikan bahan untuk ditindaklanjuti.
Salah satu usulan yang disampaikan peserta diskusi adalah memasyarakatkan semangat toleransi kepada generasi muda dengan cara-cara milenial sehingga menarik bagi kaum muda.(fas/rls)
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya