PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Pelalawan dan Kampar akibat meluapnya air Sungai Kampar kembali meluas, Selasa (4/3). Bahkan, ketinggian genangan air yang merendam sejumlah badan jalan terus mengalami peningkatan termasuk di Km 83 Desa Kemang.
Hal ini dipengaruhi naiknya debit air Sungai Kampar akibat dibukanya pintu pelimpahan air waduk PLTA Koto Panjang, Kampar. Selasa (4/3), debit air Sungai Kampar naik 37 sentimeter (cm) menjadi 3,52 meter di atas batas normal.
“Hingga saat ini, banjir yang menggenangi sejumlah badan jalan di tiga kecamatan terus naik. Akibat genangan air ini, akses jalan darat sudah tidak dapat lagi ditempuh menggunakan alat transportasi darat dan jalan hanya bisa dilintasi menggunakan sampan ataupun pompong,” terang Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan Zulfan, Selasa (4/3).
Salah satu badan jalan yang tergenang banjir ada di Kecamatan Langgam. “Jalan di Kecamatan Langgam yang direndam banjir yakni Jalan Pemda Langgam yang menghubungkan Jalan Koridor RAPP ke Kelurahan Langgam. Kemudian jalan penghubung Kelurahan Langgam dengan Desa Lubuk Ogung Kecamatan Bandar Sungai Kijang, serta jalan penghubung Desa Sotol dan Tambak. Jalan ini sudah tidak bisa dilintasi mobil dan juga sepeda motor. Hanya bisa ditempuh menggunakan sampan atau pompong,” paparnya.
Selain di Kecamatan Langgam, sambung Zulfan, banjir juga telah merendam dan memutus sejumlah badan jalan di Kecamatan Pangkalankerinci, tepatnya di Desa Kuala Terusan dan Desa Rantau Baru.
“Di dua lokasi banjir ini juga hanya bisa ditempuh mengunakan alat transportasi air, baik sampan atau pompong. Meski demikian, hingga saat ini kondisi Jalan Lintas Timur (Jalintim) Kilometer (KM) 83 Desa Kemang masih aman. Tapi air sudah mendekati bahu jalan. Dua hari mungkin mulai merendam badan jalan,” ujar Zulfan.
Dijelaskannya, banjir juga telah mulai merendam sejumlah badan jalan di Kecamatan Pelalawan. Seperti Desa Sering dan Kelurahan Pelalawan. Hanya saja, sejauh ini, banjir masih belum menghambat moda transportasi masyarakat tempatan. Pasalnya, badan jalan masih dapat ditempuh menggunakan alat transportasi darat.
“Untuk itu, kita terus mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di bantaran sungai agar meningkatkan kewaspadaannya terhadap banjir. Pasalnya, debit air Sungai Kampar ini diprediksi kembali meningkat dan meluap beberapa hari ke depan,’’ ujarnya.
“Saat ini, kami tengah melakukan pendataan terhadap warga terdampak banjir di Kecamatan Pangkalankerinci, Langgam, dan Pelalawan. Khususnya desa dan kelurahan yang berada di bantaran Sungai Kampar,” paparnya.
Sahruddin, salah seorang pengendara sepeda motor saat ditemui Riau Pos di Jalan Koridor Langgam RAPP mengatakan, dirinya terpaksa antre untuk mendapatkan jasa penyeberangan menggunakan pompong dan harus membayar Rp120 ribu untuk sekali penyeberangan menuju kampung halamannya di Kelurahan Langgam, Kecamatan Langgam.
“Ya, mau tak mau karena kita perlu, terpaksa harus rela bayar ongkos penyeberangan yang cukup mahal. Dari pada harus bertahan dan tidur di jalan menunggu banjir yang tak pasti akan surut total dan dapat dilintasi kendaraan roda dua dengan lancar dan normal,” tuturnya.
Menurut pria yang berprofesi sebagai penjahit di Jalan Tengku Said Jaffar Pangkalankerinci ini, seharusnya pemerintah harus berkaca dari kejadian banjir pada tahun-tahun sebelumnya.
Pemerintah daerah diharapkan dapat menyiapkan bantuan alat transportasi penyeberangan gratis, terutama bagi masyarakat kecil pengendara roda dua di Kecamatan Langgam dan Pangkalankerinci yang berada di daerah bantaran Sungai Kampar.
Begitu juga dengan pemerintah pusat yang seharusnya juga dapat mencari solusi untuk menangani permasalahan banjir tahunan yang menggenangi badan Jalan Lintas Provinsi ini. Salah satunya membangun jembatan flyover.
“Jadi, jangan tunggu korban jiwa dulu baru merealisasikan harapan masyarakat pengguna jalan. Apalagi jalintim ini merupakan akses penghubung sejumlah daerah. Jika jalan ini nantinya kembali putus karena direndam banjir, tentunya akan berdampak terhadap merosotnya ekonomi rakyat,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Pelalawan Ferry Zulkarnain Fasda Bino mengatakan, kondisi keuangan daerah yang mengalami defisit anggaran telah menyebabkan pihaknya tidak mampu untuk merealisasikan bantuan sampan dan pompong gratis kepada masyarakat.
“Namun demikian, kita akan segera menggelar pertemuan dengan pengusaha jasa pompong dan sampan untuk membahas tarif penyeberangan dengan harga yang wajar dan tidak memberatkan warga yang menggunakan jasa tersebut,’’ ujarnya.
“Tapi ini tentunya kembali kepada kesepakatan warga dengan pemilik usaha pompong atau sampan, kalau mau terima tarif itu. Intinya, para pengguna jalan juga harus kompak dan bersama-sama menolak tarif yang dinilai memberatkan sehingga pengusaha jasa pompong dan sampan ini akan berpikir dan menerima kesepakatan harga yang diinginkan warga,” tambahnya.
Di tempat terpisah, Kapolsek Pangkalankerinci AKP Tatit Rizkyan Hanafi SIK menambahkan, banjir kembali meningkat di Kelurahan Pangkalankerinci Kota dengan ketinggian air setinggi menjadi 40 cm di wilayah Dusun Kualo. “Demikian juga dengan Jalintim kilometer 73 mulai terendam air setinggi 3 cm. Untuk wilayah Kelurahan Pangkalankerinci Barat masih aman dari genangan air,’’ jelasnya.
“Sedangkan Kelurahan Pangkalankerinci Timur mulai tergenang banjir hingga 30 hingga 40 Cm yang juga dipengaruhi dampak dari pasang air sungai Kampar. Dan ada 50 unit rumah masyarakat dengan jumlah 50 kepala keluarga (KK) menjadi korban terdampak banjir, tepatnya di Dusun Pulau Payung di bawah jembatan kembar Jalan Lintas Timur (Jalintim),” tambahnya.
Dikatakannya bahwa, ada dua lokasi banjir terparah di Kecamatan Pangkalankerinci. Yakni di Desa Rantau Baru dan Kuala Terusan yang tepat berada di tepi Sungai Kampar. Dan akses jalan menuju dua desa ini telah terputus.
“Di dua desa ini, ada 100 unit rumah dengan 100 KK yang halamannya sudah mulai tergenang air. Artinya, ada sebanyak 150 KK yang telah menjadi korban terdampak banjir di satu kelurahan dan dua desa di Kecamatan Pangkalankerinci,’’ ujarnya.
Kapolsek Langgam Ipda Jery Paulus Sinaga mengatakan banjir akibat luapan Sungai Kampar dampak pembukaan PLTA Koto Kampar mulai terasa di Kecamatan Langgam. “Alhasil, akses jalan darat ini tidak dapat lagi dilalui kendaraan jenis apapun. Warga terpaksa menggunakan jasa penyeberangan transportasi air, baik itu sampan atau pompong,” paparnya.
Berdasarkan pendataan sementara Polsek Langgam, rumah warga yang terdampak sebanyak 23 unit di Kelurahan Langgam. Selain itu satu unit sekolah SDN 004 Muaro Sako, dan dua musala. Dan sejauh ini, masyarakat belum ada yang mengungsi karena sudah terbiasa.
“Jadi, dengan adanya banjir yang telah memutus sejumlah badan Jalan di Kecamatan Langgam ini, maka kita dari Polsek Langgam telah berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan untuk mendirikan posko banjir dan dapur umum. Kemudian tim juga melakukan patroli dan monitoring ke lokasi banjir,’’ ujarnya.
PLTA Koto Panjang Kurangi Bukaan Pelimpahan Waduk
Manajemen PLTA Koto Panjang akan mengurangi bukaan lima pintu pelimpahan waduk (spillway gate) setinggi 50 cm, Selasa (4/3) sekitar pukul 14.00 WIB. Manajer PLTA Koto Panjang Dhani Irwansyah menjelaskan, ini dilakukan berhubung penurunan intensitas curah hujan di sisi hulu waduk dan diikuti masih turunnya inflow waduk (<1.000 m3/s).
Sehingga menyebabkan level elevasi waduk PLTA Koto Panjang cenderung menurun. ”Berdasarkan hasil pembahasan Tim Koordinasi Bendungan PLTA Koto Panjang, maka dilakukan pengurangan tinggi bukaan pintu pelimpahan air waduk,” jelas Dhani Irwansyah, Selasa (4/3).
Dhani Irwansyah menjelaskan, saat ini bukaan lima pintu pelimpahan waduk PLTA Koto Panjang setinggi 120 cm (1,2 meter). ”Jadi total bukaan lima pintu pelimpahan waduk PLTA Koto Panjang setinggi 70 cm. Diperkirakan penurunan permukaan Sungai Kampar 20 cm sampai 40 cm dari kondisi terakhir,” tegas Dhani Irwansyah.
Buka Puasa dan Sahur di Atas Panggung dalam Rumah
Banjir masih melanda Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Selasa (4/3). Kepala Desa Buluh Cina Azrianto menjelaskan, sekitar 1.676 warga yang terdampak banjir.
Warga terpaksa membuat panggung dalam rumah untuk bisa bertahan dan buka puasa dan sahur dengan kondisi seperti ini. “Sampai saat ini warga belum mendapatkan bantuan. Apalagi banjir yang melanda Desa Buluh Cina ini bisa berbulan-bulan,” ungkap Azrianto.
Azrianto menjelaskan, banjir sudah memasuki rumah warga dengan ketinggian air 25 cm sampai 110 cm. Fasilitas umum, masjid, dan sekolah sudah tergenang banjir. “Hewan ternak sudah diungsikan ke tempat yang lebih tinggi,” jelas Azrianto.
Kalaksa BPBD Kabupaten Kampar Agustar melalui Kepala Pusdalops Adi Candra Lukita menjelaskan, sampai Selasa (4/3) banjir juga melanda Desa Pulau Payung, Kecamatan Rumbio Jaya. Sebanyak 208 unit rumah terendam banjir dan 1.200 jiwa terdampak.
’’Banjir juga melanda Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara yang menyebabkan 132 unit rumah terendam banjir. Ketinggian air berkisaran lebih kuran 60 cm sampai 80 cm,’’ jelas Adi Candra.
Adi Candra menambahkan, banjir juga melanda Desa Kumantan, Kecamatan Bangkinang Kota. Sebanyak 60 unit rumah warga terendam banjir. Ketinggian air berkisar 40 cm sampai 60 cm. ’’Banjir juga melanda Desa Sungai Jalau Kecamatan Kampar Utara. Sebanyak 95 unit rumah warga terendam banjir. Ketinggian air berkisaran lebih kurang 55 cm sampai 105 cm,’’ jelas Adi Candra.
Adi Candra menambahkan, banjir juga terjadi di Desa Sungai Tonang, Kecamatan Kampar Utara. Sebanyak 12 unit rumah warga terendam banjir. ‘’Banjir juga melanda Desa Lubuk Siam, Kecamatan Siak Hulu. Sebanyak 345 unit rumah terendam banjir. Sekitar 2.282 jiwa yang terdampak banjir,’’ jelas Adi Candra.
Banjir juga melanda Desa Pulau Rambai, Kecamatan Kampa. Sebanyak 185 unit rumah warga terendam banjir. ‘’Banjir juga melanda Desa Tanjung Balam, Kecamatan Siak Hulu. Sebanyak 230 unit rumah terendam banjir. Dan 1.042 jiwa terdampak banjir,’’ jelas Adi Candra.
Wali Kota Pekanbaru Tinjau Warga Terdampak Banjir
Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho meninjau lokasi banjir yang merendam permukiman masyarakat di sekitar Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Rumbai, Selasa (4/3). Agung turun bersama Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) III Syauqiyatul Afnani Rangkuti dan didampingi sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Ada ratusan Kepala Keluarga (KK) yang terdampak banjir akibat luapan Sungai Siak. “Harapannya ini menjadi kolaborasi pusat, provinsi dan kota untuk penanganan banjir,” kata Agung di sela-sela tinjauan.
Dari koordinasi yang dilakukan, pintu air akan dibuatkan langsung oleh pihak BWSS III supaya mampu menahan luapan air ke permukiman masyarakat. Agung memastikan akan segera melakukan rapat dengan tiga kewenangan penanganan banjir ini, yaitu dari pemerintah kota, provinsi, dan pusat. “Agar nanti daerah-daerah normalisasi sungai bisa segera dikerjakan sesuai dengan kewenangan masing-masing,” ungkapnya.
Agung menambahkan, pemerintah kota fokus penanganan terhadap masyarakat yang terdampak banjir di lokasi tersebut. Ia memastikan warga yang terdampak banjir juga mendapatkan tenda evakuasi.
“Kita minta pak camat untuk patroli, kerja sama dengan dinas sosial, BPBD, pihak kepolisian, dandim. Kami juga sudah menyiapkan untuk berbuka puasa bagi warga korban banjir sebanyak 2.000 lebih KK termasuk untuk sahurnya. Kita akan siapkan dapur umumnya,” terangnya.
Sungai Kuantan Surut, Permukiman Warga Aman
Sementara itu, air Sungai Kuantan surut dan berangsur-angsur mulai normal. Dari pantauan Riau Pos di Tepian Narosa Telukkuantan, air Sungai Kuantan terlihat jauh surut. Begitu juga di Kecamatan Sentajo Raya dan Pasar Benai Kecamatan Benai.
Tak terlihat genangan air di areal persawahan di Sentajo dan Benai. Yang terlihat hanya bekas lumpur dan tanah yang terlihat pada tanaman yang dua hari lalu terendam luapan suangai Kuantan. Kondisi ini juga membuat permukiman atau rumah-rumah warga di bantaran Sungai Kuantan aman dari banjir untuk sementara waktu.
Namun bukan tidak mungkin kembali terjadi kalau intensitas hujan kembali tinggi dari hulu sungai sampai ke Kuansing. Kondisi ini dipaparkan oleh Sekcam Kuantan Hilir Seberang Syahferi. “Alhamdulillah, air sudah surut,” katanya.
Tetapi di Desa Lumbok, Pulau Beralo, Sungai Soriak, air masih menggenangi hingga ke jalan desa. Ini disebabkan luapan Sungai Kukok yang bergerak lamban dan landai. “Kalau Sungai Kuantan sudah surut, tinggal genangan air luapan Sungai Kukok,” kata Syahferi. Begitu pula di Inuman, menurut Camat Inuman Zamri, saat ini rumah warga sudah aman dari banjir. Tetapi kondisi intensitas curah hujan yang tidak menentu, dia tetap mengimbau masyarakat tetap waspada.(amn/kom/dac/das)