JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berharap, puncak virus Covid-19 akan terjadi pada akhir Mei. Harapan tersebut didasarkan pada upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah, dan melihat pengalaman di berbagai negara.
"Mei jadi puncaknya Covid-19 di Indonesia," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam video conference, Kamis (30/4).
Jika prediksi ini tak meleset, maka dia menaksir ekonomi akan berangsur pulih mulai Juni 2020. "Juni sudah mulai pemulihan, tapi itu tergantung modeling ekonomi yang kita buat," jelasnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menambahkan, selain karena Covid-19, tekanan ekonomi domestik juga datang dari faktor eksternal. Utamanya rendahnya harga minyak dunia.
Ini tak lain sebagai imbas virus corona yang telah menghambat aktivitas ekonomi di berbagai belahan dunia, sehingga menurunkan permintaan energi. Dari awal tahun hingga 24 April lalu, harga minyak dunia telah terkoreksi 70 persen.
Sri Mulyani menyebut, jika dihitung secara global, maka kerugian ekonomi akibat Covid-19 ini mencapai 9 triliun dolar AS pada 2020-2021. "Angka ini setara dengan total PDB Jepang dan Jerman," pungkas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berharap, puncak virus Covid-19 akan terjadi pada akhir Mei. Harapan tersebut didasarkan pada upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah, dan melihat pengalaman di berbagai negara.
"Mei jadi puncaknya Covid-19 di Indonesia," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam video conference, Kamis (30/4).
- Advertisement -
Jika prediksi ini tak meleset, maka dia menaksir ekonomi akan berangsur pulih mulai Juni 2020. "Juni sudah mulai pemulihan, tapi itu tergantung modeling ekonomi yang kita buat," jelasnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menambahkan, selain karena Covid-19, tekanan ekonomi domestik juga datang dari faktor eksternal. Utamanya rendahnya harga minyak dunia.
- Advertisement -
Ini tak lain sebagai imbas virus corona yang telah menghambat aktivitas ekonomi di berbagai belahan dunia, sehingga menurunkan permintaan energi. Dari awal tahun hingga 24 April lalu, harga minyak dunia telah terkoreksi 70 persen.
Sri Mulyani menyebut, jika dihitung secara global, maka kerugian ekonomi akibat Covid-19 ini mencapai 9 triliun dolar AS pada 2020-2021. "Angka ini setara dengan total PDB Jepang dan Jerman," pungkas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi