Jumat, 20 September 2024

9 Juta Perangkat Android Terinfeksi Malware

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Smartphone Android menjadi salah satu perangkat yang paling banyak digunakan di dunia saat ini. Bersanding dengan Android, ada smartphone dengan sistem operasi (OS) lainnya yakni iOS dari Apple yang juga cukup mendominasi.

Untuk iOS dari Apple, banyak pihak meyakini bahwa dukungan OS tersebut lebih aman buat perangkat yang memakainya. Hal ini tak lepas dari ketatnya aturan dan eksklusivitas toko aplikasi mereka yang tidak bisa sembarang dimasuki para pengembang aplikasi.

Hal ini berbeda dengan Android yang cenderung “bebas”, membuat OS bikinan Google ini menjadi lebih tidak aman jika dibandingkan dengan iOS dari Apple. Soal OS Android yang kurang aman baru-baru ini juga dilaporkan bahwa setidaknya ada 9,3 juta perangkat Android yang telah terinfeksi oleh malware kelas baru yang menyamar sebagai game dengan berbagai genre.

Baca Juga:  DJPb Kemenkeu Gelar Seminar Menjaga Kesehatan APBN

Selain itu, dilaporkan juga bahwa AppGallery (toko aplikasi) yang dikembangkan Huawei disebut mencuri informasi perangkat dan nomor ponsel korban. Temuan inj diungkapkan oleh peneliti dari Doctor Web, yang mengklasifikasikan trojan sebagai “Android.Cynos.7.origin,” karena fakta bahwa malware tersebut adalah versi modifikasi dari malware Cynos.

- Advertisement -

Dari total 190 game nakal yang diidentifikasi, beberapa dirancang untuk menargetkan pengguna berbahasa Rusia, sementara yang lain ditujukan untuk audiens Tiongkok atau internasional.

Setelah diinstal, aplikasi meminta izin kepada korban untuk melakukan dan mengelola panggilan telepon, menggunakan akses untuk mengumpulkan nomor telepon mereka bersama dengan informasi perangkat lain seperti geolokasi, parameter jaringan seluler, dan metadata sistem.

- Advertisement -

“Sekilas, kebocoran (data) berupa nomor ponsel mungkin tampak seperti masalah yang signifikan. Namun pada kenyataannya, hal itu dapat sangat merugikan pengguna, terutama mengingat fakta bahwa anak-anak adalah target utama dari game tersebut,” kata peneliti Doctor Web dilansir daru TheHackerNews.

Baca Juga:  PLN Peduli Bantu UMKM Warung Segar

Sementara aplikasi yang mengandung malware telah dihapus dari toko aplikasi, pengguna yang telah menginstal aplikasi di perangkat mereka harus menghapusnya secara manual untuk mencegah eksploitasi lebih lanjut.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Smartphone Android menjadi salah satu perangkat yang paling banyak digunakan di dunia saat ini. Bersanding dengan Android, ada smartphone dengan sistem operasi (OS) lainnya yakni iOS dari Apple yang juga cukup mendominasi.

Untuk iOS dari Apple, banyak pihak meyakini bahwa dukungan OS tersebut lebih aman buat perangkat yang memakainya. Hal ini tak lepas dari ketatnya aturan dan eksklusivitas toko aplikasi mereka yang tidak bisa sembarang dimasuki para pengembang aplikasi.

Hal ini berbeda dengan Android yang cenderung “bebas”, membuat OS bikinan Google ini menjadi lebih tidak aman jika dibandingkan dengan iOS dari Apple. Soal OS Android yang kurang aman baru-baru ini juga dilaporkan bahwa setidaknya ada 9,3 juta perangkat Android yang telah terinfeksi oleh malware kelas baru yang menyamar sebagai game dengan berbagai genre.

Baca Juga:  PLN Peduli Bantu UMKM Warung Segar

Selain itu, dilaporkan juga bahwa AppGallery (toko aplikasi) yang dikembangkan Huawei disebut mencuri informasi perangkat dan nomor ponsel korban. Temuan inj diungkapkan oleh peneliti dari Doctor Web, yang mengklasifikasikan trojan sebagai “Android.Cynos.7.origin,” karena fakta bahwa malware tersebut adalah versi modifikasi dari malware Cynos.

Dari total 190 game nakal yang diidentifikasi, beberapa dirancang untuk menargetkan pengguna berbahasa Rusia, sementara yang lain ditujukan untuk audiens Tiongkok atau internasional.

Setelah diinstal, aplikasi meminta izin kepada korban untuk melakukan dan mengelola panggilan telepon, menggunakan akses untuk mengumpulkan nomor telepon mereka bersama dengan informasi perangkat lain seperti geolokasi, parameter jaringan seluler, dan metadata sistem.

“Sekilas, kebocoran (data) berupa nomor ponsel mungkin tampak seperti masalah yang signifikan. Namun pada kenyataannya, hal itu dapat sangat merugikan pengguna, terutama mengingat fakta bahwa anak-anak adalah target utama dari game tersebut,” kata peneliti Doctor Web dilansir daru TheHackerNews.

Baca Juga:  Strategi Mitsubishi Layani Konsumen di Tengah Wabah Covid-19

Sementara aplikasi yang mengandung malware telah dihapus dari toko aplikasi, pengguna yang telah menginstal aplikasi di perangkat mereka harus menghapusnya secara manual untuk mencegah eksploitasi lebih lanjut.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari