JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat, Selasa (24/3). Bloomberg melaporkan, rupiah berada pada level Rp16.500 per dolar AS. Sementara itu, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah pada level Rp 16.486. Melalui konferensi pers jarak jauh, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa nilai tukar rupiah cukup stabil sepanjang hari kemarin. Situasi tersebut disebabkan menurunnya kepanikan investor global.
"Juga keterlibatan eksporter yang membantu memasok dolar AS ke pasar valas. Sehingga nilai tukar rupiah bergerak stabil," jelas pria kelahiran Sukoharjo itu.
Perry memastikan cadangan devisa Indonesia lebih dari cukup untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga kecukupan cadangan devisa selama pandemi Covid-19.
Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai langkah BI mewajibkan transaksi lindung nilai bagi korporasi cukup tepat untuk mengelola risiko nilai tukar. Selain itu, langkah pemerintah menangani Covid-19 menjadi lebih masif dengan adanya rapid test, pemetaan prioritas wilayah rawan, serta desentralisasi kewenangan terhadap laboratorium-laboratorium yang ditunjuk Kementerian Kesehatan.
"Selain itu, kebijakan ekonomi terkait dengan instruksi presiden untuk penghematan belanja pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat mengurangi tekanan dan volatilitas yang cenderung tinggi di pasar keuangan domestik," ucapnya. Begitu pula tujuh jurus kebijakan BI yang diharapkan memberikan stimulus bagi perekonomian Tanah Air.
"Dengan berbagai kombinasi kebijakan stimulus dari pemerintah maupun bauran kebijakan BI, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cenderung stabil dan tetap resilient meskipun cenderung melambat," ungkapnya.
Dalam jangka pendek ini, menurut dia, investor asing masih mencermati perkembangan Covid-19. Seberapa lama wabah virus asal Wuhan tersebut akan berlangsung dan seberapa besar memengaruhi potensi perlambatan ekonomi global. Jika outbreak Covid-19 mulai mereda, harapannya tekanan pada pasar keuangan dan nilai tukar negara berkembang cenderung mereda.(han/c20/hep/jpg)
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat, Selasa (24/3). Bloomberg melaporkan, rupiah berada pada level Rp16.500 per dolar AS. Sementara itu, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah pada level Rp 16.486. Melalui konferensi pers jarak jauh, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa nilai tukar rupiah cukup stabil sepanjang hari kemarin. Situasi tersebut disebabkan menurunnya kepanikan investor global.
"Juga keterlibatan eksporter yang membantu memasok dolar AS ke pasar valas. Sehingga nilai tukar rupiah bergerak stabil," jelas pria kelahiran Sukoharjo itu.
- Advertisement -
Perry memastikan cadangan devisa Indonesia lebih dari cukup untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga kecukupan cadangan devisa selama pandemi Covid-19.
Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai langkah BI mewajibkan transaksi lindung nilai bagi korporasi cukup tepat untuk mengelola risiko nilai tukar. Selain itu, langkah pemerintah menangani Covid-19 menjadi lebih masif dengan adanya rapid test, pemetaan prioritas wilayah rawan, serta desentralisasi kewenangan terhadap laboratorium-laboratorium yang ditunjuk Kementerian Kesehatan.
- Advertisement -
"Selain itu, kebijakan ekonomi terkait dengan instruksi presiden untuk penghematan belanja pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat mengurangi tekanan dan volatilitas yang cenderung tinggi di pasar keuangan domestik," ucapnya. Begitu pula tujuh jurus kebijakan BI yang diharapkan memberikan stimulus bagi perekonomian Tanah Air.
"Dengan berbagai kombinasi kebijakan stimulus dari pemerintah maupun bauran kebijakan BI, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cenderung stabil dan tetap resilient meskipun cenderung melambat," ungkapnya.
Dalam jangka pendek ini, menurut dia, investor asing masih mencermati perkembangan Covid-19. Seberapa lama wabah virus asal Wuhan tersebut akan berlangsung dan seberapa besar memengaruhi potensi perlambatan ekonomi global. Jika outbreak Covid-19 mulai mereda, harapannya tekanan pada pasar keuangan dan nilai tukar negara berkembang cenderung mereda.(han/c20/hep/jpg)