Jumat, 17 Mei 2024

Stasiun Pengisian Hidrogen PLN Beroperasi Februari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – PT PLN (Persero) menggali potensi energi bersih di tanah air. Salah satunya adalah hidrogen. Perusahaan pelat merah itu telah membangun stasiun pengisian hidrogen atau hydrogen refueling station (HRS) pertama di Senayan, Jakarta.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menuturkan, PLN bersama pemerintah mengambil langkah-langkah strategis dalam transisi energi. Langkah itu menjadi bagian dari upaya mereduksi emisi karbon di sektor transportasi. ‘’Bukan hanya infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik. Kami juga siap menghadirkan hydrogen refueling station (HRS) pertama di Indonesia sebagai opsi energi yang ramah lingkungan bagi kendaraan,’’ ujarnya kemarin.

Yamaha

Saat ini, lanjut dia, progres pembangunan HRS itu telah mencapai 98 persen. Targetnya, fasilitas tersebut bisa selesai pada Februari 2024. Stasiun yang hampir rampung itu siap melayani segala jenis kendaraan berbasis hidrogen, mulai kendaraan pribadi, kendaraan umum, hingga kendaraan berat. Sebab, fasilitas tersebut telah dilengkapi dengan HRS 150 bar, 300 bar, dan secara bertahap akan dinaikkan hingga 700 bar.

Baca Juga:  Capai TKDN 84 Persen, PLN Sukses Bangun GI dan Transmisi Baru

PLN juga sedang membuat inovasi kendaraan listrik berbasis hidrogen yang bakal dipamerkan saat peresmian HRS Senayan. Kendaraan besutan subholding PLN Nusantara Power tersebut berbasis tekanan 150 bar. ‘’Pengembangan rantai pasok hidrogen hijau ini sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional. Artinya, kita beralih dari BBM yang mayoritas berbasis pada impor ke green hydrogen yang diproduksi domestik di dalam negeri,’’ jelasnya.

Berdasar penghitungan PLN, bahan bakar green hydrogen yang dihasilkan dari sisa operasional pembangkit sangat kompetitif jika dibandingkan dengan BBM. Perbandingannya, per 1 kilometer (km) mobil BBM membutuhkan biaya Rp1.400. Lalu, mobil listrik Rp370 per km dan mobil hidrogen hanya Rp350 per km.

- Advertisement -

PLN saat ini bisa memproduksi 199 ton green hydrogen. Dari total produksi tersebut, perseroan hanya memakai 75 ton untuk kebutuhan operasional pembangkit. Sementara, 124 ton sisanya bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya. Jumlah tersebut dapat dimanfaatkan untuk melayani 424 unit cell electric vehicle.(bil/dio/esi)

Baca Juga:  Pertama di Indonesia, PLN Operasikan Stasiun Pengisian Hidrogen untuk Kendaraan

Laporan JPG, Jakarta

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – PT PLN (Persero) menggali potensi energi bersih di tanah air. Salah satunya adalah hidrogen. Perusahaan pelat merah itu telah membangun stasiun pengisian hidrogen atau hydrogen refueling station (HRS) pertama di Senayan, Jakarta.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menuturkan, PLN bersama pemerintah mengambil langkah-langkah strategis dalam transisi energi. Langkah itu menjadi bagian dari upaya mereduksi emisi karbon di sektor transportasi. ‘’Bukan hanya infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik. Kami juga siap menghadirkan hydrogen refueling station (HRS) pertama di Indonesia sebagai opsi energi yang ramah lingkungan bagi kendaraan,’’ ujarnya kemarin.

Saat ini, lanjut dia, progres pembangunan HRS itu telah mencapai 98 persen. Targetnya, fasilitas tersebut bisa selesai pada Februari 2024. Stasiun yang hampir rampung itu siap melayani segala jenis kendaraan berbasis hidrogen, mulai kendaraan pribadi, kendaraan umum, hingga kendaraan berat. Sebab, fasilitas tersebut telah dilengkapi dengan HRS 150 bar, 300 bar, dan secara bertahap akan dinaikkan hingga 700 bar.

Baca Juga:  Trafik Data Telkomsel Tumbuh 21 Persen

PLN juga sedang membuat inovasi kendaraan listrik berbasis hidrogen yang bakal dipamerkan saat peresmian HRS Senayan. Kendaraan besutan subholding PLN Nusantara Power tersebut berbasis tekanan 150 bar. ‘’Pengembangan rantai pasok hidrogen hijau ini sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional. Artinya, kita beralih dari BBM yang mayoritas berbasis pada impor ke green hydrogen yang diproduksi domestik di dalam negeri,’’ jelasnya.

Berdasar penghitungan PLN, bahan bakar green hydrogen yang dihasilkan dari sisa operasional pembangkit sangat kompetitif jika dibandingkan dengan BBM. Perbandingannya, per 1 kilometer (km) mobil BBM membutuhkan biaya Rp1.400. Lalu, mobil listrik Rp370 per km dan mobil hidrogen hanya Rp350 per km.

PLN saat ini bisa memproduksi 199 ton green hydrogen. Dari total produksi tersebut, perseroan hanya memakai 75 ton untuk kebutuhan operasional pembangkit. Sementara, 124 ton sisanya bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya. Jumlah tersebut dapat dimanfaatkan untuk melayani 424 unit cell electric vehicle.(bil/dio/esi)

Baca Juga:  Kontribusi Sektor Lingkungan, PLN Tanam 283.739 Pohon Sepanjang 2023

Laporan JPG, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari