JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melonjak pada Rabu (18/3) menyusul kebijakan lockdown yang diberlakukan pemerintah Malaysia untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) semakin meluas. Demikian rilis cnbc.com.
Aktivitas di perkebunan dan industri kelapa sawit Malaysia terpaksa harus ditutup dalam dua minggu ke depan. Reuters melaporkan Asosiasi Industri Minyak Sawit Malaysia (MPOA) sebelumnya meminta pengecualian untuk tetap beroperasi. Namun tak mendapatkan balasan dari pemerintah. Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua MPOA Nageeb Wahab.
Lockdown jelas memiliki dampak negatif bagi industri unggulan negeri jiran itu. Dengan adanya penghentian aktivitas operasi selama dua minggu, maka tandan buah segar akan jadi busuk dan petani sawit menjadi terancam.
Pasokan dan stok sawit Malaysia menjadi turun drastis. Inilah yang membuat harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) melesat pada perdagangan hari ini.
Pada Rabu (18/3) pukul 12.00 WIB , harga CPO kontrak naik 50 ringgit atau bertambah 1,78% dibanding posisi penutupan kemarin. CPO per tonnya kini diperdagangkan dengan harga RM 2.290.
"Stok (minyak sawit) sudah rendah, jika para petani tidak dibiarkan untuk beraktivitas setelah memenuhi permintaan ekspor, maka total persediaan akan menjadi sangat sedikit. Stok akan terkuras dan berada di level terendah yang pernah ada," kata Ivy Ng, Kepala Riset Bidang Agrikultur CIMB Investment Bank.
Ivy memperkirakan potensi penurunan pasokan CPO akibat lockdown sebesar 708.500 ton. Ini berpotensi menurunkan persediaan sampai akhir Maret sebesar 1 juta ton dari total persediaan Februari di level 1,68 juta ton.
Data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) menunjukkan, stok pada bulan Februari sebanyak 1,68 juta ton itu merupakan tingkat persediaan terendah sejak Juni 2017. Menurut Nageed selaku ketua asosiasi, butuh waktu 2-3 bulan untuk semua kembali normal setelah adanya lockdown.(int/zed)
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melonjak pada Rabu (18/3) menyusul kebijakan lockdown yang diberlakukan pemerintah Malaysia untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) semakin meluas. Demikian rilis cnbc.com.
Aktivitas di perkebunan dan industri kelapa sawit Malaysia terpaksa harus ditutup dalam dua minggu ke depan. Reuters melaporkan Asosiasi Industri Minyak Sawit Malaysia (MPOA) sebelumnya meminta pengecualian untuk tetap beroperasi. Namun tak mendapatkan balasan dari pemerintah. Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua MPOA Nageeb Wahab.
- Advertisement -
Lockdown jelas memiliki dampak negatif bagi industri unggulan negeri jiran itu. Dengan adanya penghentian aktivitas operasi selama dua minggu, maka tandan buah segar akan jadi busuk dan petani sawit menjadi terancam.
Pasokan dan stok sawit Malaysia menjadi turun drastis. Inilah yang membuat harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) melesat pada perdagangan hari ini.
- Advertisement -
Pada Rabu (18/3) pukul 12.00 WIB , harga CPO kontrak naik 50 ringgit atau bertambah 1,78% dibanding posisi penutupan kemarin. CPO per tonnya kini diperdagangkan dengan harga RM 2.290.
"Stok (minyak sawit) sudah rendah, jika para petani tidak dibiarkan untuk beraktivitas setelah memenuhi permintaan ekspor, maka total persediaan akan menjadi sangat sedikit. Stok akan terkuras dan berada di level terendah yang pernah ada," kata Ivy Ng, Kepala Riset Bidang Agrikultur CIMB Investment Bank.
Ivy memperkirakan potensi penurunan pasokan CPO akibat lockdown sebesar 708.500 ton. Ini berpotensi menurunkan persediaan sampai akhir Maret sebesar 1 juta ton dari total persediaan Februari di level 1,68 juta ton.
Data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) menunjukkan, stok pada bulan Februari sebanyak 1,68 juta ton itu merupakan tingkat persediaan terendah sejak Juni 2017. Menurut Nageed selaku ketua asosiasi, butuh waktu 2-3 bulan untuk semua kembali normal setelah adanya lockdown.(int/zed)