PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit periode 18-24 Maret 2020 mengalami penurunan pada setiap kelompok umur. Ini tak terlepas dari akibat merebaknya virus corona. Jumlah penurunan terbesar pada kelompok umur 10-20 tahun yakni, sebesar Rp89,32 per kilogram dari harga pekan lalu. Sehingga harga pembelian TBS untuk periode satu pekan ke depan menjadi Rp1.550,34 per kilogram.
Plt Kepala Dinas Perkebunan Riau Ahmad Syah Harrofie melalui Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Defris Hatmaja mengatakan, penurunan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Untuk faktor internal, penurunan harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya penurunan harga jual CPO dan kernel dari seluruh perusahaan sumber data. Penurunan yang terjadi cukup signifikan dibanding pekan lalu.
"Untuk harga jual CPO, PTPN V mengalami penurunan sebesar Rp413,40 per kilogram, Sinar Mas Group mengalami penurunan harga sebesar Rp234,00 per kilogram, Astra Agro Lestari Group mengalami penurunan sebesar Rp155,00 per kilogram, Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp402,34 per kilogram, dan PT Citra Riau Sarana mengalami penurunan sebesar Rp471,80 per kilogram dari harga pekan lalu," katanya.
Sedangkan untuk harga jual kernel, Astra Agro Lestari Group mengalami penurunan sebesar Rp175,82 per kilogram, Asian Agri Group mengalami kenaikan harga sebesar Rp232,00 per kilogram, dan PT Citra Riau Sarana mengalami penurunan sebesar Rp232,91 per kilogram dari harga pekan lalu.
Sementara dari faktor eksternal, penurunan harga TBS periode ini dipengaruhi oleh menurunnya permintaan CPO dunia akibat merebaknya virus COVID-19. Harga minyak sawit anjlok karena terjadi disrupsi permintaan di Uni Eropa dan Timur Tengah kala jumlah kasus infeksi Covid-19 di negara-negara tersebut bertambah dan menjadi risiko yang berdampak terhadap permintaan.
"Selain itu anjloknya harga minyak global juga memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan harga CPO. Biodisel merupakan energi alternatif untuk solar, sehingga koreksi harga minyak turut menekan prospek permintaan CPO untuk energi tersebut," jelasnya.(sol)