Minggu, 7 Juli 2024

Bahan Bakar Nabati Bisa Kurangi Ketergantungan Terhadap Impor BBM

DUMAI (RIAUPOS.CO) – Menteri Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir melakukan kunjungan kerja ke Kota Dumai, Kamis (16/5/2019).  Kedatangan menteri Kabinet Indonesia Kerja itu bertujuan meninjau Uji Aplikasi Katalis ’’Merah-Putih’’ di Kilang Pertamina Unit DHDT Kilang RU (Refinery Unit) II Dumai.

Muhammad Nasir  mengatakan sejak tahun 2002, Indonesia menjadi net-importer BBM (50 persen kebutuhan berasal dari impor). Proyeksi kebutuhan pada 2015 berkisar 1,23 juta barrel/hari dan 1,56 juta barrel/hari pada Tahun 2020. ’’Karena cadangan migas domestik cenderung menurun, maka untuk ketahanan energi nasional, sudah saatnya Indonesia mendapatkan bahan bakar alternatif dari sumber domestik yang terbarukan yaitu minyak sawit,’’ ujarnya.

Baca Juga:  Kawasaki Luncurkan Seri W175 untuk Para Petualang

Pohon sawit sebagai penghasil minyak sawit dan minyak kernel tumbuh dengan subur di negara Indonesia. ’’Kedua jenis minyak nabati ini menjadi bahan baku dari biohidrokarbon yang akan dihasilkan dan menjadi substitusi BBM,’’ terangnya.
 

- Advertisement -
Dijelaskannya, tahun 2018, ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan produk turunannya, biodiesel dan oleochemical) mengalami kenaikan sebesar 8 persen atau dari 32,18 juta ton pada 2017 meningkat menjadi 34,71 juta ton di 2018. Sementara itu harga rata-rata CPO tahun 2018 tercatat 595,5 dolar AS per metrik ton atau menurun 17 persen dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 2017 yaitu 714,3 dolar AS per metrik ton.

’’Rendahnya harga minyak sawit ikut menggerus nilai devisa yang dihasilkan meskipun secara volume ekspor meningkat. Nilai sumbangan devisa minyak sawit pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 20,54 miliar dolar AS atau menurun 11 persen dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 22,97 miliar dollar AS,’’ ujarnya.

Untuk itulah, pihaknya melihat kehadiran inovasi katalis untuk menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN) menjadi salah satu solusi untuk medongkrak kembali harga sawit kita dan sekaligus mengurangi ketergantungan kita impor BBM.
’’Hasil riset dan pengembangan ini, menurut Menristekdikti memegang peran penting bagi kemandirian teknologi tanah air. Namun, Menristekdikti mengingatkan agar hasil ini tidak membuat kita berhenti dan berpuas diri,’’ jelasnya.
DUMAI (RIAUPOS.CO) – Menteri Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir melakukan kunjungan kerja ke Kota Dumai, Kamis (16/5/2019).  Kedatangan menteri Kabinet Indonesia Kerja itu bertujuan meninjau Uji Aplikasi Katalis ’’Merah-Putih’’ di Kilang Pertamina Unit DHDT Kilang RU (Refinery Unit) II Dumai.

Muhammad Nasir  mengatakan sejak tahun 2002, Indonesia menjadi net-importer BBM (50 persen kebutuhan berasal dari impor). Proyeksi kebutuhan pada 2015 berkisar 1,23 juta barrel/hari dan 1,56 juta barrel/hari pada Tahun 2020. ’’Karena cadangan migas domestik cenderung menurun, maka untuk ketahanan energi nasional, sudah saatnya Indonesia mendapatkan bahan bakar alternatif dari sumber domestik yang terbarukan yaitu minyak sawit,’’ ujarnya.

Baca Juga:  Hari Ayam dan Telur Dipusatkan di Riau

Pohon sawit sebagai penghasil minyak sawit dan minyak kernel tumbuh dengan subur di negara Indonesia. ’’Kedua jenis minyak nabati ini menjadi bahan baku dari biohidrokarbon yang akan dihasilkan dan menjadi substitusi BBM,’’ terangnya.
 

Dijelaskannya, tahun 2018, ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan produk turunannya, biodiesel dan oleochemical) mengalami kenaikan sebesar 8 persen atau dari 32,18 juta ton pada 2017 meningkat menjadi 34,71 juta ton di 2018. Sementara itu harga rata-rata CPO tahun 2018 tercatat 595,5 dolar AS per metrik ton atau menurun 17 persen dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 2017 yaitu 714,3 dolar AS per metrik ton.

’’Rendahnya harga minyak sawit ikut menggerus nilai devisa yang dihasilkan meskipun secara volume ekspor meningkat. Nilai sumbangan devisa minyak sawit pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 20,54 miliar dolar AS atau menurun 11 persen dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 22,97 miliar dollar AS,’’ ujarnya.

Untuk itulah, pihaknya melihat kehadiran inovasi katalis untuk menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN) menjadi salah satu solusi untuk medongkrak kembali harga sawit kita dan sekaligus mengurangi ketergantungan kita impor BBM.
’’Hasil riset dan pengembangan ini, menurut Menristekdikti memegang peran penting bagi kemandirian teknologi tanah air. Namun, Menristekdikti mengingatkan agar hasil ini tidak membuat kita berhenti dan berpuas diri,’’ jelasnya.
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari