RENGAT (RIAUPOS.CO) — Petani kelapa sawit dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) seharusnya dapat berlega hati. Pasalnya, harga tanda buah segar (TBS) mengalami naik dari sebelumnya.
Hanya saja, di balik adanya harga TBS naik, tidak sebanding dengan hasil panen. Sebab sejak beberapa bulan ini, produksi kebun kelapa sawit warga menurun akibat masa trek. "Masa trek ini akan berlangsung tiga hingga empat bulan ke depan," ujar Masyrullah yang juga Wakil Ketua DPRD Kabupaten Inhu, Rabu (15/4).
Akibat masa trek tersebut, warga tidak merasakan adanya harga TBS naik. Karena dari hasil panen saat ini, hampir separuh hilangnya dibanding dalam kondisi normal.
Biasanya untuk lahan satu kapling, hasil panen warga dapat mencapai dua ton, satu kali panen. Namun saat ini, hasil panen warga dari lahan tersebut hanya mencapai satu ton dan ada di antaranya 1,2 ton per satu kali panen. "Rata-rata hampir separuh hasil panen warga berkurang akibat masa trek,” ungkapnya.
Apalagi sebutnya, kenaikan harga TBS pada periode ini hanya berkisar antara Rp10 hingga Rp15 per kilogram. Seperti saat ini, TBS untuk usia tanam tujuh tahun, seharga Rp1.750 per kilogram.
Dengan kondisi yang ada, warga belum bisa berbuat banyak. Apalagi untuk menjaga ketersediaan pupuk yang harus dilakukan secara rutin. "Dalam waktu dekat sudah memasuk bulan puasa Ramadan ditambah lagi di masa pandemi corona, berbagai kebutuhan harian mulai naik," ucapnya.
Untuk itu, imbaunya, selama masa trek ini hendaknya warga terus melakukan panen secara rutin. Karena apabila buah tidak dipanen, juga akan berpengaruh kepada hasil panen berikutnya. "Ada di antara warga mulai enggan memanen, karena hasilnya tidak seimbang," terangnya.(kas)