JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit USD 0,85 miliar atau Rp11,9 triliun (kurs 14.000) sepanjang Januari 2020. Defisit neraca perdagangan itu dibukukan dari ekspor Indonesia yang hanya sebesar 13,41 miliar dolar AS, sedangkan impornya mencapai 14,28 miliar dolar AS.
Berdasarkan data BPS, ekspor Indonesia secara bulanan atau Month to Month (MtM) menurun 7,16 persen dibandingkan Desember 2019. Dalam waktu sebulan, kinerja ekspor nasional menurun dari 14,45 miliar dolar AS menjadi 13,41 miliar dolar AS . Namun, secara Year on Year (YoY), ekspor menurun sebesar 3,71 persen.
Penurunan ekspor bulanan ini disebabkan oleh menurunnya ekspor migas yang turun dari 1,13 miliar dolar AS menjadi 805 juta dolar AS atau turun sebesar 28,73 persen. Ekspor nonmigas juga mengalami penurunan dari 13,314 miliar dolar AS menjadi 12,60 miliardolar AS atau turun sebesar 5,33 persen.
Rinciannya, penurunan terbesar ekspor migas dipengaruhi oleh menurunnya ekspor minyak mentah sebesar 33,36 persen menjadi 637 juta dolar AS . Sementara itu, penurunan ekspor nonmigas terbesar dipengaruhi oleh ekspor lemak dan minyak hewan nabati sebesar 703,2 juta dolar AS atau 34,08 persen.
“Rata-rata semuanya merah. Untuk pertanian, month to month mengalami penurunan, tetapi YoY mengalami peningkatan. Yang turun cukup besar di antaranya adalah eskpor sarang burung dan biji kakao,” ungkap Kepala BPS Suhariyanto saat jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin (17/2).
Di sisi lain, nilai impor migas nasional tercatat sebesar 14,27 miliar dolar AS, mengalami penurunan sebesar 1,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Demikian pula jika dibandingkan Januari 2019 (YoY), mengalami penurunan sebesar 4,78 persen.
Impor nonmigas sebesar 12,29 miliar dolar AS tecatat menurun sebesar 7,85 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MtM). Sedangkan bila dibanding secara tahunan (YoY), menurun 0,69 persen.
Sepanjang Januari 2020, impor untuk barang konsumsi mengalami penurunan paling tinggi di antara golongan barang lainnya, hingga 11,19 persen (MtM). Untuk golongan bahan baku/penolong berkontribusi sebesar 1,67 persen atau 10,58 miliar dolar AS.
“Barang yang mengalami peningkatan impor, kendaraan dan bagiannya masih mengalami peningkatan, bahan kimia organik, plastik dan barang dari plastik, bahan kimia anorganik, berbagai produk kimia. Lalu yang turun itu susu, mentega telur, besi dan baja, sayuran dan lain-lain,” pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman