JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit1,33 miliar Dolar AS sepanjang November 2019. Defisit neraca perdagangan itu dibukukan dari ekspor Indonesia yang hanya sebesar 14,01 miliar dolar AS, sedangkan impornya mencapai 15,34 miliar dolar AS.
“Neraca pedagangan kita bulan November, ekspor kita USD 14,01 miliar dan impor USD 15,34 miliar. Bulan November kita mengalami defisit yang cukup dalam yaitu USD 1,33 miliar,†ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam Konferensi Pers, Jakarta, Senin (16/12).
Nilai ekspor Indonesia pada November 2019 mencapai USD 14,01 miliar atau turun 6,17 persen jika dibandingkan dengan Oktober lalu. Penurunan terbesar terjadi pada sektor pertambangan, yaitu turun 14,45 persen diikuti industri pengolahan 6,78 persen, dan pertanian 1,55 persen.
Nilai ekspor yang menurun disumbangkan oleh menurunnya bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD 239,6 juta, lalu besi dan baja sebesar USD 169 juta, dan bahan bakar mineral sebesar USD 138,5 juta. Selain itu juga ada kendaraan dan bagiannya yang turun sebesar USD 122,4 juta dan logam mulia, perhiasan turun USD 105,2 juta.
“Penurunan ekspor November ini kalau dibandingkan dengan Oktober kemarin disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas sebesar 7,92 persen yaitu dari 14,01 juta dolar AS menjadi 12,9 juta dolar AS,†katanya.
Untuk nilai impor, pada November 2019 sebesar 15,34 miliar dolar AS atau naik 3,94 persen dibandingkan Oktober. Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan nilai impor tertinggi adalah mesin atau peralatan listrik sebesar 146,8 juta dolar AS, bahan bakar mineral sebesar 137,8 juta dolar AS, kendaraan dan bagiannya sebesar 51,5 juta dolar AS, mesin dan peralatan mekanis sebesar 50,9 juta dolar AS, dan buah-buahan sebesar 46,7 juta dolar AS.
“Hal itu disebabkan oleh naiknya nilai impor migas sebesar 379,1 juta dolar AS dan nonmigas naik 202 juta dolar AS,†tuturnya.
Editor :Deslina
Sumber: jawapos.com