Jumat, 10 Mei 2024

Januari Nilai Ekspor-Impor Riau Naik

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat nilai ekspor Riau per Januari 2024 sebesar 1.508,28 juta dolar AS, dan nilai impor sebesar 201,71 juta dolar AS.

Secara Month-To-Month (Desember 2023 – Januari 2024), ekspor Riau naik sebesar 2,42 persen, dari 1.472,66 juta dolar AS menjadi 1.508,28 juta dolar AS. Sedangkan impor naik 22,74 persen, dari 164,34 juta dolar AS menjadi 201,71 juta dolar AS.

Yamaha

Kepala BPS Riau Asep Riyadi menjelaskan bahwa apabila dilihat dari komunitas non-migas secara M-to-M, ekspor mengalami peningkatan 3,55 persen dari 1.300,74 juta dolar AS menjadi 1.346,87 juta dolar AS. Apabila dilihat dari komunitas migas nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 6,11 persen dari 171,92 juta dolar AS menjadi 161,41 juta dolar AS.

‘’Apabila kita lihat secara M-to-M dari komunitas non-migas nilai impor ada peningkatan 3,36 persen dari 160,83 juta dolar AS menjadi 166,24 juta dolar AS. Sedangkan untuk komunitas migas ada peningkatan luar biasa nilai impornya sebesar 911,79 persen dari 3,51 juta dolar AS menjadi 35,47 juta dolar AS,’’ ujarnya dalam kegiatan rilis yang digelar Ruang Rapat Melati Kantor Gubernur Riau, Kamis (15/2).

Lebih lanjut,  jika dilihat secara tahun ke tahun atau Year to Year (Januari 2023 – Januari 2024), nilai ekspor Riau turun sebesar 10,57 persen, dari 1.686,60 juta dolar AS menjadi 1.508,28 juta dolar AS. Sedangkan impor Riau ada penurunan 39,23 persen, dari 331,91 juta dolar AS menjadi 201,71 juta dolar AS.

- Advertisement -

‘’Secara Y-o-Y, nilai impor komunitas non-migas mengalami penurunan sebesar 48,09 persen dari 320,25 juta dolar AS menjadi 166,24 juta dolar AS. Sedangkan untuk komunitas migas mengalami kenaikan sebesar 204,33 persen dari 11,66 juta dolar AS menjadi 35,47 juta dolar AS,’’ sambungnya.

Baca Juga:  Harga Beras Terus Naik, Cabai Rp100 Ribu per Kg

Dijelaskan Asep, secara Month-To-Month (Desember 2023 – Januari 2024), ekspor Riau naik sebesar 2,42 persen, dari 1.472,66 juta dolar AS menjadi 1.508,28 juta dolar AS. Sedangkan impor naik 22,74 persen, dari 164,34 juta dolar AS menjadi 201,71 juta dolar AS.

- Advertisement -

Menurut Asep, jika nilai tersebut tak dijaga maka ada kekhawatiran mempengaruhi perekonomian di Riau. ‘’Riau ini sumber ekonomi terbesarnya hanya 2 dominan. Migas dan nonmigas. Kalau ini tidak dijaga ada kekhawatiran ke depan perekonomian kurang menjanjikan,’’ sambungnya.

Karena itu, melalui rilis yang dihadiri stakeholder tersebut ia berharap, pemerintah bisa segera mengambil langkah upaya agar bulan depan nilainya bisa mengalami peningkatan. ‘’Salah satu tugas kami memberikan insight ke pemerintah supaya jika ada gejala penurunan, bisa di atasi. Karena tugas BPS bukan hanya menyediakan data. Tapi bagaimana data tersebut bisa dimanfaatkan,’’ paparnya.

Menanggapi hal tersebut, Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Riau M Job Kurniawan mengatakan, Pemerintah Provinsi Riau akan berdiskusi bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk menjaga peningkatan nilai ekspor Provinsi Riau di masa yang akan datang. ‘’Nilainya secara M-to-M ada peningkatan. Tapi secara YoY ada penurunan. Ini yang kita antisipasi. Kami akan ajak OPD terkait kumpul berasama,’’ ujarnya.

Hal tersebut dinilainya penting. Karena tak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi Riau ditentukan oleh angka ekspor migas dan non migas tersebut. ‘’Mau tidaka mau memang kalau mau meningkatkan perekonomian, nilai ekspor impornya juga harus ditingkatkan,’’ lanjutnya.

Ia berharap, ke depan nilai tersebut bisa meningkat dan membawa pengaruh baik bagi perekonomian Riau.

Awal Tahun, Ekspor Impor Melandai

Baca Juga:  Naik Tajam, Harga TBS Kelapa Sawit Riau Hampir Tembus Rp4 Ribu Per Kg

Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Januari lalu menjadi surplus ke-45 bulan beruntun.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar menyebutkan, sepanjang Januari, ekspor RI mencapai 20,52 miliar dolar AS dan impor 2,02 miliar dolar AS. ’’Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sejak Mei 2020,’’ ujarnya di Jakarta, Kamis (15/2).

Dia melanjutkan, meski surplus, angkanya turun 1,27 miliar dolar AS jika dibandingkan pada Desember 2023 yang mencapai 3,31 miliar dolar AS. Ekspor bulan lalu anjlok 8,06 persen bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Impor tercatat mencapai 18,51 miliar dolar AS atau turun 3,13 persen jika dibandingkan pada Desember 2023.

Neraca dagang sepanjang Januari ditopang komoditas nonmigas sebesar 3,32 miliar dolar AS. Penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Komoditas migas defisit 1,30 miliar dolar AS dengan kontributor terbesar hasil minyak dan minyak mentah.(azr/dee/dio/jpg)

Berdasar negara mitra, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan India sebesar 1,38 miliar dolar AS; Amerika Serikat 1,21 miliar dolar AS; dan Filipina 0,63 miliar dolar AS. ’’Surplus terbesar yang dialami India didorong bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta bijih kerak dan abu logam,’’ paparnya.

Indonesia, lanjut Amalia, juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara. Tiga terdalam adalah Cina sebesar 1,38 miliar dolar AS; Australia 0,43 miliar dolar AS; dan Thailand 0,42 miliar dolar AS.

Defisit dengan Cina didorong komoditas mesin dan alat peralatan mekanik serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik.(azr/dee/dio/jpg)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat nilai ekspor Riau per Januari 2024 sebesar 1.508,28 juta dolar AS, dan nilai impor sebesar 201,71 juta dolar AS.

Secara Month-To-Month (Desember 2023 – Januari 2024), ekspor Riau naik sebesar 2,42 persen, dari 1.472,66 juta dolar AS menjadi 1.508,28 juta dolar AS. Sedangkan impor naik 22,74 persen, dari 164,34 juta dolar AS menjadi 201,71 juta dolar AS.

Kepala BPS Riau Asep Riyadi menjelaskan bahwa apabila dilihat dari komunitas non-migas secara M-to-M, ekspor mengalami peningkatan 3,55 persen dari 1.300,74 juta dolar AS menjadi 1.346,87 juta dolar AS. Apabila dilihat dari komunitas migas nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 6,11 persen dari 171,92 juta dolar AS menjadi 161,41 juta dolar AS.

‘’Apabila kita lihat secara M-to-M dari komunitas non-migas nilai impor ada peningkatan 3,36 persen dari 160,83 juta dolar AS menjadi 166,24 juta dolar AS. Sedangkan untuk komunitas migas ada peningkatan luar biasa nilai impornya sebesar 911,79 persen dari 3,51 juta dolar AS menjadi 35,47 juta dolar AS,’’ ujarnya dalam kegiatan rilis yang digelar Ruang Rapat Melati Kantor Gubernur Riau, Kamis (15/2).

Lebih lanjut,  jika dilihat secara tahun ke tahun atau Year to Year (Januari 2023 – Januari 2024), nilai ekspor Riau turun sebesar 10,57 persen, dari 1.686,60 juta dolar AS menjadi 1.508,28 juta dolar AS. Sedangkan impor Riau ada penurunan 39,23 persen, dari 331,91 juta dolar AS menjadi 201,71 juta dolar AS.

‘’Secara Y-o-Y, nilai impor komunitas non-migas mengalami penurunan sebesar 48,09 persen dari 320,25 juta dolar AS menjadi 166,24 juta dolar AS. Sedangkan untuk komunitas migas mengalami kenaikan sebesar 204,33 persen dari 11,66 juta dolar AS menjadi 35,47 juta dolar AS,’’ sambungnya.

Baca Juga:  Tambah Cuan, Harga TBS Kelapa Sawit Naik Lagi Jadi Rp2.241 per Kg

Dijelaskan Asep, secara Month-To-Month (Desember 2023 – Januari 2024), ekspor Riau naik sebesar 2,42 persen, dari 1.472,66 juta dolar AS menjadi 1.508,28 juta dolar AS. Sedangkan impor naik 22,74 persen, dari 164,34 juta dolar AS menjadi 201,71 juta dolar AS.

Menurut Asep, jika nilai tersebut tak dijaga maka ada kekhawatiran mempengaruhi perekonomian di Riau. ‘’Riau ini sumber ekonomi terbesarnya hanya 2 dominan. Migas dan nonmigas. Kalau ini tidak dijaga ada kekhawatiran ke depan perekonomian kurang menjanjikan,’’ sambungnya.

Karena itu, melalui rilis yang dihadiri stakeholder tersebut ia berharap, pemerintah bisa segera mengambil langkah upaya agar bulan depan nilainya bisa mengalami peningkatan. ‘’Salah satu tugas kami memberikan insight ke pemerintah supaya jika ada gejala penurunan, bisa di atasi. Karena tugas BPS bukan hanya menyediakan data. Tapi bagaimana data tersebut bisa dimanfaatkan,’’ paparnya.

Menanggapi hal tersebut, Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Riau M Job Kurniawan mengatakan, Pemerintah Provinsi Riau akan berdiskusi bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk menjaga peningkatan nilai ekspor Provinsi Riau di masa yang akan datang. ‘’Nilainya secara M-to-M ada peningkatan. Tapi secara YoY ada penurunan. Ini yang kita antisipasi. Kami akan ajak OPD terkait kumpul berasama,’’ ujarnya.

Hal tersebut dinilainya penting. Karena tak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi Riau ditentukan oleh angka ekspor migas dan non migas tersebut. ‘’Mau tidaka mau memang kalau mau meningkatkan perekonomian, nilai ekspor impornya juga harus ditingkatkan,’’ lanjutnya.

Ia berharap, ke depan nilai tersebut bisa meningkat dan membawa pengaruh baik bagi perekonomian Riau.

Awal Tahun, Ekspor Impor Melandai

Baca Juga:  Chevrolet Corvette Ditemukan Ditumpukan Sampah, Harganya Fantastis

Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Januari lalu menjadi surplus ke-45 bulan beruntun.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar menyebutkan, sepanjang Januari, ekspor RI mencapai 20,52 miliar dolar AS dan impor 2,02 miliar dolar AS. ’’Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sejak Mei 2020,’’ ujarnya di Jakarta, Kamis (15/2).

Dia melanjutkan, meski surplus, angkanya turun 1,27 miliar dolar AS jika dibandingkan pada Desember 2023 yang mencapai 3,31 miliar dolar AS. Ekspor bulan lalu anjlok 8,06 persen bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Impor tercatat mencapai 18,51 miliar dolar AS atau turun 3,13 persen jika dibandingkan pada Desember 2023.

Neraca dagang sepanjang Januari ditopang komoditas nonmigas sebesar 3,32 miliar dolar AS. Penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Komoditas migas defisit 1,30 miliar dolar AS dengan kontributor terbesar hasil minyak dan minyak mentah.(azr/dee/dio/jpg)

Berdasar negara mitra, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan India sebesar 1,38 miliar dolar AS; Amerika Serikat 1,21 miliar dolar AS; dan Filipina 0,63 miliar dolar AS. ’’Surplus terbesar yang dialami India didorong bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta bijih kerak dan abu logam,’’ paparnya.

Indonesia, lanjut Amalia, juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara. Tiga terdalam adalah Cina sebesar 1,38 miliar dolar AS; Australia 0,43 miliar dolar AS; dan Thailand 0,42 miliar dolar AS.

Defisit dengan Cina didorong komoditas mesin dan alat peralatan mekanik serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik.(azr/dee/dio/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari