Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Virus Corona Hantui Perekonomian Sepekan Terakhir

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Virus corona masih membayangi perekonomian dunia sebagai sentimen utama. Awal pekan ini pasar sempat menguat setelah Komisi Kesehatan Nasional Cina melaporkan tren kasus virus corona mulai melambat.

Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, hal tersebut optimisme bahwa penyebaran virus corona sudah mulai mampu diatasi. Cina juga mengambil berbagai langkah kebijakan untuk menahan penurunan ekonomi negara tersebut akibat virus corona.

"Pabrik-pabrik juga mulai dibuka kembali biarpun banyak juga yang masih menunda operasi akibat wabah virus corona," ujarnya Sabtu (15/2).

Namun, lanjutnya, di pertengahan pekan Cina mengonfirmasi telah terjadi 15.152 kasus baru dan 254 kematian tambahan. Hal ini membuat total korban meninggal menjadi 1.367, dan jumlah orang yang terinfeksi virus ini naik hingga nyaris mendekati angka 60.000 orang.

"Jumlah kasus baru bisa meningkat banyak karena Otoritas kesehatan di Provinsi Hubei telah mengubah metode pelaporan kasus. Hal ini membuat kekawatiran kembali memuncak di bursa global dan regional," tuturnya.

Baca Juga:  Upah Minimum 2021 Tak Berubah, Ini Alasannya

Apalagi, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pernah mengatakan bahwa jenis virus Korona baru ini jelas lebih berdampak pada ekonomi dunia ketimbang epidemi SARS 2002-2003. Dampak ekonomi virus corona sangat besar terhadap ekonomi global karena Tiongkok memiliki berkontribusi 17 persen terhadap ekonomi global.

Pada kasus wabah SARS tahun 2002-2003 ekonomi Cina hanya berkontribusi sekitar 4 persen terhadap ekonomi global, atau telah terjadi kenaikan empat kali lipat lebih. Peneliti dari pemerintah Cina menyatakan bahwa wabah virus corona diperkirakaan dapat mengurangi 1 persen tingkat pertumbuhan ekonomi negara Cina di tahun 2020.

S&P Global Ratings telah menurunkan perkiraan pertumbuhan Cina di tahun 2020 dari sebelumnya 5,7 persen menjadi 5 persen akibat wabah virus corona. "Dampak ekonomi dari virus korona akan sangat diperhatikan pelaku pasar dan menjadi tekanan bagi pasar keuangan dunia bila wabah corona belum dapat ditanggulangi," imbuhnya.

Hans Kwee melanjutkan lebih jauh, cukup banyaknya produk yang Indonesia beli dari Cina maka dampak virus corona turut berpengaruh pada perekonomian tanah air. Meskipun demikian, penasehat kesehatan Cina pun menyatakan bahwa wabah virus Korona diperkirakan akan segera mencapai puncaknya dan akan berakhir bulan April.

Baca Juga:  AHY: Fraksi Demokrat di DPR Harus Tolak Aturan Baru JHT

"Kami perkirakaan ketika wabah virus korona mencapai puncak dan mulai turun itulah waktu pasar keuangan dunia kembali akan menguat," ucapnya.

Menurutnya, angin segar tersebut sempat menunjukan trend diawal pekan tetapi perubahan metode perhitungan telah merubah trend. Pernyataan WHO yang mengkawatirkan jumlah kasus virus corona di luar Cina mungkin merupakan fenomena puncak juga menjadi perhatian pasar.

Data FactSet menunjukan sekitar 77 persen emiten dalam Indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan. Dari data itu sebanyak 72 persen memberikan kinerja lebih baik dari perkiraan para analis. Hal ini menjadi sentiment positif bagi pasar. “Penaggulanagan perlu dilakukan di seluruh dunia sehingga tidak mengurangi aktifitas ekonomi,” ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Virus corona masih membayangi perekonomian dunia sebagai sentimen utama. Awal pekan ini pasar sempat menguat setelah Komisi Kesehatan Nasional Cina melaporkan tren kasus virus corona mulai melambat.

Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, hal tersebut optimisme bahwa penyebaran virus corona sudah mulai mampu diatasi. Cina juga mengambil berbagai langkah kebijakan untuk menahan penurunan ekonomi negara tersebut akibat virus corona.

- Advertisement -

"Pabrik-pabrik juga mulai dibuka kembali biarpun banyak juga yang masih menunda operasi akibat wabah virus corona," ujarnya Sabtu (15/2).

Namun, lanjutnya, di pertengahan pekan Cina mengonfirmasi telah terjadi 15.152 kasus baru dan 254 kematian tambahan. Hal ini membuat total korban meninggal menjadi 1.367, dan jumlah orang yang terinfeksi virus ini naik hingga nyaris mendekati angka 60.000 orang.

- Advertisement -

"Jumlah kasus baru bisa meningkat banyak karena Otoritas kesehatan di Provinsi Hubei telah mengubah metode pelaporan kasus. Hal ini membuat kekawatiran kembali memuncak di bursa global dan regional," tuturnya.

Baca Juga:  Bank bjb Sebar Deviden Rp925,04 Miliar

Apalagi, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pernah mengatakan bahwa jenis virus Korona baru ini jelas lebih berdampak pada ekonomi dunia ketimbang epidemi SARS 2002-2003. Dampak ekonomi virus corona sangat besar terhadap ekonomi global karena Tiongkok memiliki berkontribusi 17 persen terhadap ekonomi global.

Pada kasus wabah SARS tahun 2002-2003 ekonomi Cina hanya berkontribusi sekitar 4 persen terhadap ekonomi global, atau telah terjadi kenaikan empat kali lipat lebih. Peneliti dari pemerintah Cina menyatakan bahwa wabah virus corona diperkirakaan dapat mengurangi 1 persen tingkat pertumbuhan ekonomi negara Cina di tahun 2020.

S&P Global Ratings telah menurunkan perkiraan pertumbuhan Cina di tahun 2020 dari sebelumnya 5,7 persen menjadi 5 persen akibat wabah virus corona. "Dampak ekonomi dari virus korona akan sangat diperhatikan pelaku pasar dan menjadi tekanan bagi pasar keuangan dunia bila wabah corona belum dapat ditanggulangi," imbuhnya.

Hans Kwee melanjutkan lebih jauh, cukup banyaknya produk yang Indonesia beli dari Cina maka dampak virus corona turut berpengaruh pada perekonomian tanah air. Meskipun demikian, penasehat kesehatan Cina pun menyatakan bahwa wabah virus Korona diperkirakan akan segera mencapai puncaknya dan akan berakhir bulan April.

Baca Juga:  Tahun 2022, Pegadaian Kanwil Pekanbaru Siap Lakukan Ekspansi Bisnis

"Kami perkirakaan ketika wabah virus korona mencapai puncak dan mulai turun itulah waktu pasar keuangan dunia kembali akan menguat," ucapnya.

Menurutnya, angin segar tersebut sempat menunjukan trend diawal pekan tetapi perubahan metode perhitungan telah merubah trend. Pernyataan WHO yang mengkawatirkan jumlah kasus virus corona di luar Cina mungkin merupakan fenomena puncak juga menjadi perhatian pasar.

Data FactSet menunjukan sekitar 77 persen emiten dalam Indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan. Dari data itu sebanyak 72 persen memberikan kinerja lebih baik dari perkiraan para analis. Hal ini menjadi sentiment positif bagi pasar. “Penaggulanagan perlu dilakukan di seluruh dunia sehingga tidak mengurangi aktifitas ekonomi,” ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari