Kamis, 19 September 2024

Airlangga Sebut Pemerintah Dukung Inovasi Keuangan Digital

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat dalam berbagai sektor. Setelah pandemi, perilaku masyarakat cenderung memiliki tingkat pemanfaatan teknologi yang tinggi. Situasi ini merupakan peluang besar yang harus dimanfaatkan untuk melakukan akselerasi transformasi digital di sektor keuangan sehingga dapat berkontribusi positif pada percepatan pemulihan ekonomi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah terus mendorong percepatan transformasi digital di seluruh aspek penunjang aktivitas ekonomi, terutama aktivitas ekonomi digital di Indonesia yang terus mengalami peningkatan.  Bahkan 41,9 persen total transaksi ekonomi digital di Kawasan Asia Tenggara selama tahun 2020 berasal dari Indonesia.

"Saat ini, total transaksi ekonomi digital Indonesia telah mencapai 44 miliar dolar AS dan mayoritas disumbang oleh e-commerce," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Riau Pos, Selasa (12/10).

Transaksi e-commerce, perbankan digital, dan uang elektronik juga diprediksi akan terus meningkat di tahun ini dengan peningkatan terbesar pada transaksi e-commerce, yakni sebesar 48,4 persen (YoY). Sementara itu, uang elektronik dan perbankan digital diproyeksikan masing-masing akan mengalami peningkatan sebesar 35,7 persen (YoY) dan 30,1 persen (YoY). 

- Advertisement -
Baca Juga:  Peralihan dari Labanisasi ke Kapitalisasi pada Era Disrupsi

Fintech lending turut mengalami perkembangan pesat di mana outstanding pinjaman pada Agustus 2021 tercatat meningkat signifikan menjadi Rp26,09 triliun dengan total pinjaman baru sepanjang tahun 2021 mencapai Rp101, 47 triliun.

Dibalik peluang inovasi yang besar, Indonesia juga masih memiliki sejumlah tantangan yang harus diatasi agar dapat menciptakan ekosistem ekonomi digital yang baik. Indeks Inovasi Global Indonesia tahun 2020 menunjukkan posisi Indonesia berada di ranking ke-85 dari 131 negara. Sementara, Indeks Literasi Digital Indonesia tahun 2020 berada pada skala sedang.

- Advertisement -

"Situasi ini memerlukan terobosan baru dari seluruh pihak. Pembangunan infrastruktur digital, pengembangan SDM, dan regulasi merupakan kunci utama dalam mewujudkan ekosistem ekonomi digital yang mendukung pemulihan ekonomi di berbagai sektor, termasuk sektor keuangan," ujar Menko Airlangga.

Baca Juga:  BNI Bidik Penyaluran KUR Sebesar Rp 22 Triliun

Pemerintah juga mendorong hadirnya bank digital di Tanah Air. Saat ini, aturan terkait bank umum diatur dalam POJK Nomor 12 Tahun 2021 tentang Bank Umum yang mengelompokkan bank berdasarkan modal inti. Bank dikelompokkan menjadi empat 4 Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI), yaitu modal inti sampai dengan Rp6 triliun, modal inti antara Rp6 triliun-Rp14 triliun, modal inti antara Rp14 triliun-Rp70 triliun, dan dengan Modal inti lebih dari Rp70 triliun. 

Adanya aturan umum ini membuat banyak Bank Buku 1 yang melakukan merger untuk memenuhi persyaratan modal yang naik secara signifikan seiring dengan perkembangan dan transformasi ekonomi digital, saat ini sejumlah perusahaan financial technology (fintech) membeli bank Bank Buku 1 dan mengubahnya menjadi bank digital. "Saat ini, bank digital menjadi semakin bertambah, hasil transformasi dari bank-bank kecil yang dibeli oleh fintech dan diubah menjadi berbasis bank digital," ujarnya.(egp)
 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat dalam berbagai sektor. Setelah pandemi, perilaku masyarakat cenderung memiliki tingkat pemanfaatan teknologi yang tinggi. Situasi ini merupakan peluang besar yang harus dimanfaatkan untuk melakukan akselerasi transformasi digital di sektor keuangan sehingga dapat berkontribusi positif pada percepatan pemulihan ekonomi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah terus mendorong percepatan transformasi digital di seluruh aspek penunjang aktivitas ekonomi, terutama aktivitas ekonomi digital di Indonesia yang terus mengalami peningkatan.  Bahkan 41,9 persen total transaksi ekonomi digital di Kawasan Asia Tenggara selama tahun 2020 berasal dari Indonesia.

"Saat ini, total transaksi ekonomi digital Indonesia telah mencapai 44 miliar dolar AS dan mayoritas disumbang oleh e-commerce," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Riau Pos, Selasa (12/10).

Transaksi e-commerce, perbankan digital, dan uang elektronik juga diprediksi akan terus meningkat di tahun ini dengan peningkatan terbesar pada transaksi e-commerce, yakni sebesar 48,4 persen (YoY). Sementara itu, uang elektronik dan perbankan digital diproyeksikan masing-masing akan mengalami peningkatan sebesar 35,7 persen (YoY) dan 30,1 persen (YoY). 

Baca Juga:  BNI Bidik Penyaluran KUR Sebesar Rp 22 Triliun

Fintech lending turut mengalami perkembangan pesat di mana outstanding pinjaman pada Agustus 2021 tercatat meningkat signifikan menjadi Rp26,09 triliun dengan total pinjaman baru sepanjang tahun 2021 mencapai Rp101, 47 triliun.

Dibalik peluang inovasi yang besar, Indonesia juga masih memiliki sejumlah tantangan yang harus diatasi agar dapat menciptakan ekosistem ekonomi digital yang baik. Indeks Inovasi Global Indonesia tahun 2020 menunjukkan posisi Indonesia berada di ranking ke-85 dari 131 negara. Sementara, Indeks Literasi Digital Indonesia tahun 2020 berada pada skala sedang.

"Situasi ini memerlukan terobosan baru dari seluruh pihak. Pembangunan infrastruktur digital, pengembangan SDM, dan regulasi merupakan kunci utama dalam mewujudkan ekosistem ekonomi digital yang mendukung pemulihan ekonomi di berbagai sektor, termasuk sektor keuangan," ujar Menko Airlangga.

Baca Juga:  Pertamina Siapkan Layanan BBM Tambahan

Pemerintah juga mendorong hadirnya bank digital di Tanah Air. Saat ini, aturan terkait bank umum diatur dalam POJK Nomor 12 Tahun 2021 tentang Bank Umum yang mengelompokkan bank berdasarkan modal inti. Bank dikelompokkan menjadi empat 4 Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI), yaitu modal inti sampai dengan Rp6 triliun, modal inti antara Rp6 triliun-Rp14 triliun, modal inti antara Rp14 triliun-Rp70 triliun, dan dengan Modal inti lebih dari Rp70 triliun. 

Adanya aturan umum ini membuat banyak Bank Buku 1 yang melakukan merger untuk memenuhi persyaratan modal yang naik secara signifikan seiring dengan perkembangan dan transformasi ekonomi digital, saat ini sejumlah perusahaan financial technology (fintech) membeli bank Bank Buku 1 dan mengubahnya menjadi bank digital. "Saat ini, bank digital menjadi semakin bertambah, hasil transformasi dari bank-bank kecil yang dibeli oleh fintech dan diubah menjadi berbasis bank digital," ujarnya.(egp)
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari