Kamis, 19 September 2024

Perjanjian Dagang dengan Swiss Bisa Pulihkan Ekspor CPO ke Eropa

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pandemi Covid-19 masih akan membayangi kinerja ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia tahun ini. Karena itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) merasa perlu memetakan dan mengembangkan ekspor. Terutama ke pasar Eropa.

Sepanjang 2020, Indonesia berhasil mencatatkan total volume ekspor sebesar 34 juta ton. Nilainya berkisar 22,9 miliar dolar AS atau setara dengan Rp329,9 triliun. Itu menjadi bagian dari surplus neraca dagang.

”Angka tersebut menunjukkan bahwa pada masa pandemi, kontribusi minyak sawit terhadap devisa negara sangat signifikan,” ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono, Selasa (9/3/2012).

Ekspor CPO Indonesia memang kerap menghadapi kendala. Salah satunya adalah black campaign oleh Uni Eropa (UE). Namun, baru-baru ini Indonesia menyegel perjanjian dagang dengan Swiss. Termasuk soal komoditas CPO. Gapki menilai perjanjian itu sebagai peluang untuk kembali mendominasi pasar Eropa.

- Advertisement -
Baca Juga:  Virtual Gathering PT DIPO Bertabur Promo dan Hadiah

"Meski pasar Swiss tidak signifikan, ada peluang Swiss dapat mendistribusikan kelapa sawit Indonesia ke negara Eropa lainnya,” ungkap Mukti.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan bahwa berbagai kampanye antisawit dan pelarangan di Benua Biru merupakan refleksi persaingan dagang dan tidak berpijak pada fakta. Keberatan itu disampaikan saat memimpin delegasi Indonesia dalam sidang gugatan diskriminasi CPO di World Trade Organization (WTO) beberapa waktu lalu.

- Advertisement -

"Ini refleksi ketakutan mereka terhadap tingginya daya saing kelapa sawit Indonesia. Jika bersaing secara sehat, kelapa sawit Indonesia jauh lebih murah dan lebih kompetitif daripada minyak nabati mereka yang berbahan rapeseed dan sejenisnya,” urai Jerry.

Menurut Mukti, Gapki optimistis menghadapi 2021. Produksi minyak kelapa sawit bahkan diprediksi naik karena pemeliharaan kebun yang lebih baik serta dorongan harga komoditas CPO yang tinggi. Dia juga menegaskan bahwa program biodiesel B30 bakal menyerap 9,2 juta kiloliter atau setara dengan 8 juta ton minyak sawit.

Baca Juga:  Nikmati Promo Candle Light Dinner di Labersa Hanya Rp555 Ribu

Soal proyeksi pasar ekspor, Mukti menyinggung pentingnya dampak vaksinasi untuk membangun kepercayaan pasar global. ”Keberhasilan program vaksin akan meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga meningkatkan konsumsi minyak nabati secara global, termasuk sawit,” ujarnya.(agf/c12/hep/jpg)

 

Editor: Eka G Putra

 

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pandemi Covid-19 masih akan membayangi kinerja ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia tahun ini. Karena itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) merasa perlu memetakan dan mengembangkan ekspor. Terutama ke pasar Eropa.

Sepanjang 2020, Indonesia berhasil mencatatkan total volume ekspor sebesar 34 juta ton. Nilainya berkisar 22,9 miliar dolar AS atau setara dengan Rp329,9 triliun. Itu menjadi bagian dari surplus neraca dagang.

”Angka tersebut menunjukkan bahwa pada masa pandemi, kontribusi minyak sawit terhadap devisa negara sangat signifikan,” ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono, Selasa (9/3/2012).

Ekspor CPO Indonesia memang kerap menghadapi kendala. Salah satunya adalah black campaign oleh Uni Eropa (UE). Namun, baru-baru ini Indonesia menyegel perjanjian dagang dengan Swiss. Termasuk soal komoditas CPO. Gapki menilai perjanjian itu sebagai peluang untuk kembali mendominasi pasar Eropa.

Baca Juga:  Virtual Gathering PT DIPO Bertabur Promo dan Hadiah

"Meski pasar Swiss tidak signifikan, ada peluang Swiss dapat mendistribusikan kelapa sawit Indonesia ke negara Eropa lainnya,” ungkap Mukti.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan bahwa berbagai kampanye antisawit dan pelarangan di Benua Biru merupakan refleksi persaingan dagang dan tidak berpijak pada fakta. Keberatan itu disampaikan saat memimpin delegasi Indonesia dalam sidang gugatan diskriminasi CPO di World Trade Organization (WTO) beberapa waktu lalu.

"Ini refleksi ketakutan mereka terhadap tingginya daya saing kelapa sawit Indonesia. Jika bersaing secara sehat, kelapa sawit Indonesia jauh lebih murah dan lebih kompetitif daripada minyak nabati mereka yang berbahan rapeseed dan sejenisnya,” urai Jerry.

Menurut Mukti, Gapki optimistis menghadapi 2021. Produksi minyak kelapa sawit bahkan diprediksi naik karena pemeliharaan kebun yang lebih baik serta dorongan harga komoditas CPO yang tinggi. Dia juga menegaskan bahwa program biodiesel B30 bakal menyerap 9,2 juta kiloliter atau setara dengan 8 juta ton minyak sawit.

Baca Juga:  "Boom Akhir Tahun", Beli Mobil Honda Bisa Dapat TV hingga Iphone

Soal proyeksi pasar ekspor, Mukti menyinggung pentingnya dampak vaksinasi untuk membangun kepercayaan pasar global. ”Keberhasilan program vaksin akan meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga meningkatkan konsumsi minyak nabati secara global, termasuk sawit,” ujarnya.(agf/c12/hep/jpg)

 

Editor: Eka G Putra

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari