JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 yang merebak ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia telah membuat aktivitas perdagangan turut tertekan. Apalagi untuk produk buah impor seperti jeruk, kelengkeng, apel dan pir akibat terganggunya distribusi yang berdampak pada lonjakan harga di dalam negeri.
Berdasarkan data, sejak Januari hingga Februari saja, omset penjualan buah impor seperti jeruk santang dan jeruk sunkis mengalami penurunan sebesar 45 hingga 60 persen.
Hal ini pun seharusnya menjadi peluang bagi buah lokal untuk mengisi kebutuhan pasar. Direktur Buah dan Florikultura Kementan Liferdi Lukman pun menyebut bahwa kondisi pandemi Covid-19 ini berdampak langsung terhadap impor buah-buahan asal China.
“Jumlahnya menurun tajam. Berdasarkan data BPS, impor buah-buahan pada bulan Februari pada tahun 2020 sebanyak 14,5 ribu ton, turun 45 persen dibandingkan impor di bulan sebelumnya. Kalau dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2019, impor buah turun hingga 54 persen,†kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (8/4).
Menurutnya, kondisi tersebut justru membuka peluang besar bagi buah-buahan lokal untuk mengisi pasar, menggantikan buah impor.
“Buah-buahan lokal musiman seperti manggis, duku, alpukat, buah naga, jeruk saat ini sedang panen. Bahkan buah-buahan semusim seperti pisang, jambu biji, papaya, salak, semangka, dan melon terus berbuah sepanjang tahun. Ketersediaan buah-buah lokal secara umum mencukupi,†ungkap pria asal Minang ini.
Untuk saat ini, buah-buahan yang sedang mengalami lonjakan permintaan, antara lain jambu biji, jeruk lemon dan alpukat. Pasalnya, buah-buah tersebut bagus untuk meningkatkan daya tahan tubuh untuk menangkal virus corona
“Disinyalir sekitar 85 persen yang positif Corona tidak menunjukkan gejala karena memiliki imunitas yang baik,†terang dia.
Lebih lanjut, Liferdi menjelaskan bahwa ditengah pandemi Covid-19, pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk memastikan ketersediaan buah-buahan lokal. Apalagi, pihaknya juga menggandeng perusahaan star up untuk menjual produk dalam negeri.
“Pasar online ini tidak semua punya akses langsung ke petani, oleh karena itu, kami akan siapkan sistem informasi peta ketersediannya,†tutupnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman