Jumat, 22 November 2024

Pengolahan Susu Terkendala Minimnya Bahan Baku

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi didukung sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang terus meningkat.

"Walaupun terdampak pandemi Covid-19, PDB industri mamin masih mampu tumbuh positif 2,54 persen pada 2021," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Selasa (5/4).

- Advertisement -

Pada periode yang sama, industri mamin berkontribusi 38,05 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas. "Capaian tersebut menjadikan industri mamin sebagai subsektor dengan kontribusi PDB paling besar," ungkapnya.

Pada 2021, nilai pengapalan industri mamin mencapai USD 44,82 miliar atau berkontribusi 25,3 persen terhadap ekspor industri pengolahan nonmigas. Neraca perdagangan industri mamin juga surplus USD 31,52 miliar. "Di sisi lain, minat investasi juga masih cukup besar. Yaitu, mencapai Rp 58,9 triliun pada tahun lalu," jelas Agus.

Baca Juga:  Akan Dilantik Jadi Komut Pertamina, Harta Ahok Rp25 M

Salah satu sektor penopang kinerja pada industri mamin adalah industri pengolahan susu, yang juga mendapat prioritas pengembangan sesuai dengan rencana induk pembangunan industri nasional (RIPIN) 2015–2035. "Namun, industri ini masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku. Sebab, sampai saat ini baru sekitar 0,87 juta ton atau 21 persen bahan baku merupakan susu segar dalam negeri (SSDN)," paparnya.

- Advertisement -

Mayoritas bahan baku masih didatangkan dari luar negeri. Misalnya, dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, buttermilk, dan whey. "Dalam periode lima tahun terakhir, pasokan SSDN tumbuh rata-rata 0,9 persen per tahun, sedangkan kebutuhan industrinya tumbuh hingga 6 persen per tahun," ujarnya.

Baca Juga:  NPM Launching 10 Bus Kelas Eksekutif Plus

Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, industri pengolahan susu menegaskan permintaan kepastian bahan baku untuk melakukan ekspansi kapasitas produksi. Direktur Urusan Korporat PT Frisian Flag Indonesia Andrew Ferryawan Saputro menyatakan, tahun ini pihaknya menambah fasilitas produksi di Cikarang. Otomatis, kebutuhan bahan baku susu bakal meningkat. Jika langkah itu tidak diiringi dengan pengembangan sumber bahan baku, industri akan semakin bergantung pada importasi.

"Kami Frisian Flag, Nestle, dan Indolakto tetap berinvestasi di Indonesia. Itu juga harus diiringi dengan kepastian bahan baku," tegasnya. (agf/c14/dio/esi)

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi didukung sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang terus meningkat.

"Walaupun terdampak pandemi Covid-19, PDB industri mamin masih mampu tumbuh positif 2,54 persen pada 2021," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Selasa (5/4).

- Advertisement -

Pada periode yang sama, industri mamin berkontribusi 38,05 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas. "Capaian tersebut menjadikan industri mamin sebagai subsektor dengan kontribusi PDB paling besar," ungkapnya.

Pada 2021, nilai pengapalan industri mamin mencapai USD 44,82 miliar atau berkontribusi 25,3 persen terhadap ekspor industri pengolahan nonmigas. Neraca perdagangan industri mamin juga surplus USD 31,52 miliar. "Di sisi lain, minat investasi juga masih cukup besar. Yaitu, mencapai Rp 58,9 triliun pada tahun lalu," jelas Agus.

- Advertisement -
Baca Juga:  Akan Dilantik Jadi Komut Pertamina, Harta Ahok Rp25 M

Salah satu sektor penopang kinerja pada industri mamin adalah industri pengolahan susu, yang juga mendapat prioritas pengembangan sesuai dengan rencana induk pembangunan industri nasional (RIPIN) 2015–2035. "Namun, industri ini masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku. Sebab, sampai saat ini baru sekitar 0,87 juta ton atau 21 persen bahan baku merupakan susu segar dalam negeri (SSDN)," paparnya.

Mayoritas bahan baku masih didatangkan dari luar negeri. Misalnya, dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, buttermilk, dan whey. "Dalam periode lima tahun terakhir, pasokan SSDN tumbuh rata-rata 0,9 persen per tahun, sedangkan kebutuhan industrinya tumbuh hingga 6 persen per tahun," ujarnya.

Baca Juga:  Ikut Kuis XL Axiata, Pelanggan Asal Pidie Jaya Raih Hadiah Jutaan Rupiah

Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, industri pengolahan susu menegaskan permintaan kepastian bahan baku untuk melakukan ekspansi kapasitas produksi. Direktur Urusan Korporat PT Frisian Flag Indonesia Andrew Ferryawan Saputro menyatakan, tahun ini pihaknya menambah fasilitas produksi di Cikarang. Otomatis, kebutuhan bahan baku susu bakal meningkat. Jika langkah itu tidak diiringi dengan pengembangan sumber bahan baku, industri akan semakin bergantung pada importasi.

"Kami Frisian Flag, Nestle, dan Indolakto tetap berinvestasi di Indonesia. Itu juga harus diiringi dengan kepastian bahan baku," tegasnya. (agf/c14/dio/esi)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari