Minggu, 21 Desember 2025
spot_img

Investor Masih Menahan Dana Selama Pandemi 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurunkan target dana yang dihimpun dari pasar modal tahun ini. Dari semula Rp160 triliun menjadi hanya Rp100 triliun. Penyesuaian tersebut dilakukan lantaran mayoritas investor menunda berinvestasi saat pandemig SARS-CoV-2.

"Memang kondisi pandemi ini harus kita lakukan penyesuaian target tehadap beberapa target yang dicanangkan sebelumnya," kata Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK Hoesen dalam video conference, Selasa (3/11).

Hingga 26 Oktober, tercatat 141 penawaran emiten dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp94,4 triliun. Dari jumlah penawaran tersebut, 45 emiten di antaranya adalah penawaran baru. Selain itu, masih ada 49 emiten yang berencana melakukan penawaran senilai Rp 20,75 triliun.

Baca Juga:  Sambut Nataru, MP Gelar Light of Christmas dan End Year Sale

Meski demikian, Wakil Ketua I Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Start-up Indonesia (Amvesindo) William Gozali mengatakan, investor masih tertarik menanamkan dana segar kepada para start-up di Indonesia. Hingga kuartal III 2020 jumlah pendanaan kepada start-up mencapai 1,92 miliar dolar AS melalui 52 transaksi. Bahkan, hingga akhir tahun diprediksi mencapai 2 miliar dolar AS.

Dia menyebut, beberapa sektor berpotensi besar dilirik investor. Seperti sektor kecantikan, social commerce, foodtech, healthtech, dan edutech. "Indonesia memiliki banyak UMKM. Start-up memberikan solusi untuk digitalisasi UMKM yang masih memiliki ruang besar," beber William.

Menurut dia, memberikan pendanaan kepada start-up maupun UMKM memiliki potensi pertumbuhan yang terukur dari pasar yang besar dan terus berkembang. Sehingga produk yang dihasilkan dapat memberikan dampak yang besar. Juga, kemampuan beradaptasi dengan ketidakpastian. 

Baca Juga:  Asian Agri Beri Pelatihan UMKM Riau

"Salah satu indikatornya adalah diversifikasi baik dalam aspek produk, model bisnis, segmen pelanggan, dan lainnya," ucapnya. Selain itu, start-up mampu melakukan efisiensi dengan model bisnis dan penggunaaan dana. Sehingga penggunaan dana dapat dioptimalkan dalam menghadapi dinamika pasar.(han/das)

Laporan: JPG (Jakarta)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurunkan target dana yang dihimpun dari pasar modal tahun ini. Dari semula Rp160 triliun menjadi hanya Rp100 triliun. Penyesuaian tersebut dilakukan lantaran mayoritas investor menunda berinvestasi saat pandemig SARS-CoV-2.

"Memang kondisi pandemi ini harus kita lakukan penyesuaian target tehadap beberapa target yang dicanangkan sebelumnya," kata Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK Hoesen dalam video conference, Selasa (3/11).

Hingga 26 Oktober, tercatat 141 penawaran emiten dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp94,4 triliun. Dari jumlah penawaran tersebut, 45 emiten di antaranya adalah penawaran baru. Selain itu, masih ada 49 emiten yang berencana melakukan penawaran senilai Rp 20,75 triliun.

Baca Juga:  Taspen Bayarkan Pensiun 13 Mulai 10 Agustus 2020

Meski demikian, Wakil Ketua I Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Start-up Indonesia (Amvesindo) William Gozali mengatakan, investor masih tertarik menanamkan dana segar kepada para start-up di Indonesia. Hingga kuartal III 2020 jumlah pendanaan kepada start-up mencapai 1,92 miliar dolar AS melalui 52 transaksi. Bahkan, hingga akhir tahun diprediksi mencapai 2 miliar dolar AS.

Dia menyebut, beberapa sektor berpotensi besar dilirik investor. Seperti sektor kecantikan, social commerce, foodtech, healthtech, dan edutech. "Indonesia memiliki banyak UMKM. Start-up memberikan solusi untuk digitalisasi UMKM yang masih memiliki ruang besar," beber William.

- Advertisement -

Menurut dia, memberikan pendanaan kepada start-up maupun UMKM memiliki potensi pertumbuhan yang terukur dari pasar yang besar dan terus berkembang. Sehingga produk yang dihasilkan dapat memberikan dampak yang besar. Juga, kemampuan beradaptasi dengan ketidakpastian. 

Baca Juga:  Ekonomi Nasional Masih Lemah, Laba Bersih KBI Tumbuh 55 Persen

"Salah satu indikatornya adalah diversifikasi baik dalam aspek produk, model bisnis, segmen pelanggan, dan lainnya," ucapnya. Selain itu, start-up mampu melakukan efisiensi dengan model bisnis dan penggunaaan dana. Sehingga penggunaan dana dapat dioptimalkan dalam menghadapi dinamika pasar.(han/das)

- Advertisement -

Laporan: JPG (Jakarta)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurunkan target dana yang dihimpun dari pasar modal tahun ini. Dari semula Rp160 triliun menjadi hanya Rp100 triliun. Penyesuaian tersebut dilakukan lantaran mayoritas investor menunda berinvestasi saat pandemig SARS-CoV-2.

"Memang kondisi pandemi ini harus kita lakukan penyesuaian target tehadap beberapa target yang dicanangkan sebelumnya," kata Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK Hoesen dalam video conference, Selasa (3/11).

Hingga 26 Oktober, tercatat 141 penawaran emiten dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp94,4 triliun. Dari jumlah penawaran tersebut, 45 emiten di antaranya adalah penawaran baru. Selain itu, masih ada 49 emiten yang berencana melakukan penawaran senilai Rp 20,75 triliun.

Baca Juga:  Capai TKDN 84 Persen, PLN Sukses Bangun GI dan Transmisi Baru

Meski demikian, Wakil Ketua I Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Start-up Indonesia (Amvesindo) William Gozali mengatakan, investor masih tertarik menanamkan dana segar kepada para start-up di Indonesia. Hingga kuartal III 2020 jumlah pendanaan kepada start-up mencapai 1,92 miliar dolar AS melalui 52 transaksi. Bahkan, hingga akhir tahun diprediksi mencapai 2 miliar dolar AS.

Dia menyebut, beberapa sektor berpotensi besar dilirik investor. Seperti sektor kecantikan, social commerce, foodtech, healthtech, dan edutech. "Indonesia memiliki banyak UMKM. Start-up memberikan solusi untuk digitalisasi UMKM yang masih memiliki ruang besar," beber William.

Menurut dia, memberikan pendanaan kepada start-up maupun UMKM memiliki potensi pertumbuhan yang terukur dari pasar yang besar dan terus berkembang. Sehingga produk yang dihasilkan dapat memberikan dampak yang besar. Juga, kemampuan beradaptasi dengan ketidakpastian. 

Baca Juga:  XL Axiata Siap Dukung Gelaran World Superbike di Mandalika

"Salah satu indikatornya adalah diversifikasi baik dalam aspek produk, model bisnis, segmen pelanggan, dan lainnya," ucapnya. Selain itu, start-up mampu melakukan efisiensi dengan model bisnis dan penggunaaan dana. Sehingga penggunaan dana dapat dioptimalkan dalam menghadapi dinamika pasar.(han/das)

Laporan: JPG (Jakarta)

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari