JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Stabilitas harga dan ketersediaan daging menjadi perhatian khusus pemerintah menjelang Idulfitri. Dua badan usaha milik negara (BUMN) klaster pangan mendatangkan daging sapi beku boneless asal Brazil. Secara bertahap, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan PT Berdikari (Persero) akan mengimpor total 420 ton daging.
Direktur Utama PT RNI Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa impor tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menjaga ketersediaan daging. Khususnya daging sapi. Itu juga sejalan dengan perwujudan ketahanan pangan nasional.
Selain itu, impor tersebut menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk mengkaji kualitas daging sapi asal Brazil. "Ini upaya agar impor tidak sekadar untuk memenuhi pasokan, tetapi juga menjadi pembelajaran agar industri daging sapi dalam negeri semakin baik," ujar Arief, Ahad (2/5).
Dia menyebutkan bahwa hal tersebut sesuai dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir. Kepada RNI, menteri 50 tahun itu meminta adanya pengkajian skema transformasi pangan komoditas daging. Mulai kajian kualitas pada negara asal, kualitas dagingnya, hingga model bisnisnya.
Terkait daging, salah satu langkah transformasi yang akan pemerintah ambil adalah pembelian peternakan sapi di Belgia. Dengan demikian, pemerintah bisa menekan impor daging sapi pada masa mendatang.
Arief mengakui bahwa BUMN klaster pangan yang bergerak dalam industri peternakan memang masih menerima penugasan impor dari pemerintah. Sebab, kebutuhan daging meningkat menjelang hari raya. Sementara itu, produksi dalam negeri terbatas. "Sampai akhir 2021, RNI melalui Berdikari akan mendistribusikan 20 ribu ton daging sapi," urainya. (agf/c12/hep/jpg)
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Stabilitas harga dan ketersediaan daging menjadi perhatian khusus pemerintah menjelang Idulfitri. Dua badan usaha milik negara (BUMN) klaster pangan mendatangkan daging sapi beku boneless asal Brazil. Secara bertahap, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan PT Berdikari (Persero) akan mengimpor total 420 ton daging.
Direktur Utama PT RNI Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa impor tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menjaga ketersediaan daging. Khususnya daging sapi. Itu juga sejalan dengan perwujudan ketahanan pangan nasional.
- Advertisement -
Selain itu, impor tersebut menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk mengkaji kualitas daging sapi asal Brazil. "Ini upaya agar impor tidak sekadar untuk memenuhi pasokan, tetapi juga menjadi pembelajaran agar industri daging sapi dalam negeri semakin baik," ujar Arief, Ahad (2/5).
Dia menyebutkan bahwa hal tersebut sesuai dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir. Kepada RNI, menteri 50 tahun itu meminta adanya pengkajian skema transformasi pangan komoditas daging. Mulai kajian kualitas pada negara asal, kualitas dagingnya, hingga model bisnisnya.
- Advertisement -
Terkait daging, salah satu langkah transformasi yang akan pemerintah ambil adalah pembelian peternakan sapi di Belgia. Dengan demikian, pemerintah bisa menekan impor daging sapi pada masa mendatang.
Arief mengakui bahwa BUMN klaster pangan yang bergerak dalam industri peternakan memang masih menerima penugasan impor dari pemerintah. Sebab, kebutuhan daging meningkat menjelang hari raya. Sementara itu, produksi dalam negeri terbatas. "Sampai akhir 2021, RNI melalui Berdikari akan mendistribusikan 20 ribu ton daging sapi," urainya. (agf/c12/hep/jpg)