Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Cangkang Sawit Dieskpor ke Jepang

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Cangkang sawit yang selama ini dianggap tak bernilai dan tidak dimasukkan dalam komponen penghitungan harga jual TBS petani, ternyata telah menjadi komoditi ekspor.

Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menerangkan, cangkang kelapa sawit menjadi salah satu alternatif energi berkelanjutan dari sawit. Dibandingkan fosil, energi asal cangkang kelapa sawit atau Palm Kernel Shell (PKS) sangat ramah lingkungan dan paling murah.

Dengan segala keunggulan yang dimiliki, setelah memenuhi kebutuhan dalam negeri, cangkang sawit kini terus diminati pasar global.

"Dari catatan lalu lintas kami, pertumbuhannya diprediksi sekitar 40 persen dibanding tahun lalu, insyaallah kami dorong agar dapat terus meningkat,” kata Jamil ketika melepas ekspor 15,5 ton cangkang kelapa sawit senilai Rp15,5 miliar tujuan Jepang melalui Pelabuhan Industri Buton, Siak Sri Indrapura, Riau, Jumat (2/8).

Jamil menjelaskan, Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia, penyebarannya hampir di seluruh penjuru tanah air. Kementerian Pertanian pun melalui seluruh direktorat teknis terus mendorong produktivasnya.

Berdasarkan data dari sistem otomasi IQFAST di Karantina Pertanian Pekanbaru tercatat pada 2018 ekspor cangkang sawit ke Jepang tercatat sebanyak 227 ton atau setara dengan Rp 770 miliar, sedangkan pada periode Januari hingga Juli 2019, cangkang sawit diekspor ke negara yang sama dengan volume 252 ton dengan nilai ekonomi Rp 855,8 miliar.

Baca Juga:  Bank Mandiri Berganti Komisaris dan Setorkan Dividen Rp16,49 T

Pada saat yang bersamaan, juga dilakukan pelepasan ekspor turunan kelapa yaitu berupa air kelapa, kelapa parut, tepung kelapa, dan santan kelapa dengan tujuan Amerika Serikat, New Zealand, Brazil, dan Hongkong melalui Pelabuhan Sungai Guntung dengan volume sebanyak 1,2 ribu ton senilai Rp 18 miliar.

Selain itu, diekspor juga produk turunan kelapa sawit berupa RBD Palm Olein, RBD Palm Stearin, RBD Palm Kernel Oil dan RBD Coconut Oil melalui Pelabuhan Dumai dengan volume sebanyak 77 ribu ton atau senilai Rp 788 miliar dengan negara tujuan Rusia, Algeria, dan Turki.

"Untuk kualitas, kelapa dan kelapa sawit asal Riau adalah yang terbaik dan diakui pasar global. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai produsen kelapa dan kelapa sawit terbesar di dunia. Sehingga sesuai dengan instruksi Bapak Presiden, kami harus menggencarkan ekspor non migas untuk mendorong neraca perdagangan Indonesia,” ujar Jamil.

Baca Juga:  Menginap di Labersa Hotel, Gratis Bermain di Waterpark

Kepala Karantina Pekanbaru Rina Delfi menyampaikan bahwa produk kelapa dan kelapa sawit merupakan primadona ekspor dari Riau. Sepanjang 2018, ekspor kelapa dan kelapa sawit mencapai 4,3 juta ton dengan nilai Rp 34 triliun. Sementara itu, dari Januari hingga Juni 2019, ekspornya telah mencapai 1,9 juta ton atau setara dengan nilai Rp 19,5 triliun.

Rina Delfi menambahkan, pada 2019 ini terdapat primadona baru pada komoditas ekspor yaitu talas dan gula kelapa, diikuti oleh kencur, alpukat, dan pinang. Talas dan gula kelapa dari Riau memiliki cita rasa yang khas sehingga diminati Malaysia dengan total talas ekspor mencapai 631 ton setara Rp 3 miliar dan gula kelapa sebanyak 199 ton setara Rp 1,4 miliar.

Pada 2018, ekspor komoditas pertanian yang disertifikasi Karantina Pertanian Pekanbaru mencapai sekitar Rp 35 triliun. Sedangkan dari Januari hingga Juni 2019, nilai ekspornya telah mencapai Rp 31,4 triliun dan diperkirakan mencapai Rp. 60 triliun di akhir 2019.(cuy/jpnn)

Suber: JPNN.com
Editor: Erizal
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Cangkang sawit yang selama ini dianggap tak bernilai dan tidak dimasukkan dalam komponen penghitungan harga jual TBS petani, ternyata telah menjadi komoditi ekspor.

Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menerangkan, cangkang kelapa sawit menjadi salah satu alternatif energi berkelanjutan dari sawit. Dibandingkan fosil, energi asal cangkang kelapa sawit atau Palm Kernel Shell (PKS) sangat ramah lingkungan dan paling murah.

- Advertisement -

Dengan segala keunggulan yang dimiliki, setelah memenuhi kebutuhan dalam negeri, cangkang sawit kini terus diminati pasar global.

"Dari catatan lalu lintas kami, pertumbuhannya diprediksi sekitar 40 persen dibanding tahun lalu, insyaallah kami dorong agar dapat terus meningkat,” kata Jamil ketika melepas ekspor 15,5 ton cangkang kelapa sawit senilai Rp15,5 miliar tujuan Jepang melalui Pelabuhan Industri Buton, Siak Sri Indrapura, Riau, Jumat (2/8).

- Advertisement -

Jamil menjelaskan, Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia, penyebarannya hampir di seluruh penjuru tanah air. Kementerian Pertanian pun melalui seluruh direktorat teknis terus mendorong produktivasnya.

Berdasarkan data dari sistem otomasi IQFAST di Karantina Pertanian Pekanbaru tercatat pada 2018 ekspor cangkang sawit ke Jepang tercatat sebanyak 227 ton atau setara dengan Rp 770 miliar, sedangkan pada periode Januari hingga Juli 2019, cangkang sawit diekspor ke negara yang sama dengan volume 252 ton dengan nilai ekonomi Rp 855,8 miliar.

Baca Juga:  29 Tipe Mobil Dapat Diskon Pajak

Pada saat yang bersamaan, juga dilakukan pelepasan ekspor turunan kelapa yaitu berupa air kelapa, kelapa parut, tepung kelapa, dan santan kelapa dengan tujuan Amerika Serikat, New Zealand, Brazil, dan Hongkong melalui Pelabuhan Sungai Guntung dengan volume sebanyak 1,2 ribu ton senilai Rp 18 miliar.

Selain itu, diekspor juga produk turunan kelapa sawit berupa RBD Palm Olein, RBD Palm Stearin, RBD Palm Kernel Oil dan RBD Coconut Oil melalui Pelabuhan Dumai dengan volume sebanyak 77 ribu ton atau senilai Rp 788 miliar dengan negara tujuan Rusia, Algeria, dan Turki.

"Untuk kualitas, kelapa dan kelapa sawit asal Riau adalah yang terbaik dan diakui pasar global. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai produsen kelapa dan kelapa sawit terbesar di dunia. Sehingga sesuai dengan instruksi Bapak Presiden, kami harus menggencarkan ekspor non migas untuk mendorong neraca perdagangan Indonesia,” ujar Jamil.

Baca Juga:  Bank Mandiri Berganti Komisaris dan Setorkan Dividen Rp16,49 T

Kepala Karantina Pekanbaru Rina Delfi menyampaikan bahwa produk kelapa dan kelapa sawit merupakan primadona ekspor dari Riau. Sepanjang 2018, ekspor kelapa dan kelapa sawit mencapai 4,3 juta ton dengan nilai Rp 34 triliun. Sementara itu, dari Januari hingga Juni 2019, ekspornya telah mencapai 1,9 juta ton atau setara dengan nilai Rp 19,5 triliun.

Rina Delfi menambahkan, pada 2019 ini terdapat primadona baru pada komoditas ekspor yaitu talas dan gula kelapa, diikuti oleh kencur, alpukat, dan pinang. Talas dan gula kelapa dari Riau memiliki cita rasa yang khas sehingga diminati Malaysia dengan total talas ekspor mencapai 631 ton setara Rp 3 miliar dan gula kelapa sebanyak 199 ton setara Rp 1,4 miliar.

Pada 2018, ekspor komoditas pertanian yang disertifikasi Karantina Pertanian Pekanbaru mencapai sekitar Rp 35 triliun. Sedangkan dari Januari hingga Juni 2019, nilai ekspornya telah mencapai Rp 31,4 triliun dan diperkirakan mencapai Rp. 60 triliun di akhir 2019.(cuy/jpnn)

Suber: JPNN.com
Editor: Erizal
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari