KENDARI (RIAUPOS.CO) — Isak tangis pecah ketika jenazah Immawan Randi (21), tiba di rumah duka, Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). Kedua orang tua Randi langsung menangis histeris. Bahkan mereka nyaris pingsan.
Wa Nasrifa, Ibu Randi tak berhenti memanggil nama anaknya. Sementara sang Ayah, La Sali, belum percaya anaknya kini tiba di rumah dengan badan terbujur kaku, tak bernyawa. Seluruh kerabat dan masyarakat Desa Lakarinta terus menangis histeris.
"Kembalikan anakku. Kembalikan anakku kasihan,” kata Wa Nasrifa sambil dibopong kerabat yang lain, sebagaimana dikutip dari Kendaripos.co.id (Jawa Pos Group), Jumat (27/9/2019).
Saat ini, rumah duka terus dipadati pelayat. Isak tangis belum berhenti. "Kenapa ditembak. Kenapa dia ditembak," kata kerabat lain.
Jenazah Randi tiba di rumah duka sekitar pukul 08.30 Wita. Jenazah diberangkatkan dari Kendari via Torobula-Tampo. Personel Polres Muna ikut mengawal jenazah hingga ke rumah duka.
Randi diketahui menjadi korban penembakan saat aksi unjuk rasa menolak RKUHP dan revisi UU KPK di depan Gedung DPRD Sultra, Kamis (26/9/2019). Dia merupakan mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Halu Oleo (UHO).
Randi yang juga merupakan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu meninggal di Rumah Sakit Ismoyo Korem 143 Haluoleo Kendari dengan luka tembak di area dada kanan.
Selain Randi, dalam aksi yang sama, juga merenggut nyawa mahasiswa lainnya, yakni Muhammad Yusuf Kardawi. Dia meninggal dunia setelah menjalani masa kritis karena mengalami luka di bagian kepala. Yusuf yang merupakan mahasiswa D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik UHO itu mulanya dilarikan ke RS Ismoyo, kemudian dirujuk ke RSU Bahteramas sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Sumber : JPNN.com
Editor : Deslina