Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Awal Puasa Beda, Idulfitri Diprediksi Sama, Ini Penjelasannya

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Meski penetapan awal puasa berbeda, Idulfitri 1 Syawal 1443 H diprediksi sama dengan Muhammdiyah. Yakni jatuh pada 2 Mei 2022.

Hal itu diungkap Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin dalam diskusi daring, Selasa (19/4/2022).

“Posisi kriteria berada di area perbatasan. Wilayah Sabang sedikit memenuhi kriteria. Dengan hisab yang dilakukan di Sumatra juga memenuhi kalau menggunakan elongasi geosentrik. Hasil rukyat, pada sidang isbat akan diterima, ini akan seragam pada 2 Mei 1 Syawalnya,” terang Thomas.

Thomas menjelaskan, posisi bulan pada 29 Ramadan 1443 atau 1 Mei 2022, di wilayah Indonesia berada pada batas kriteria baru MABIMS. Tingginya sudah di atas 3 derajat, tetapi elongasinya sekitar 6,4 derajat.

Kriteria Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) ini mulai digunakan pemerintah dalam menentukan penanggalan baru. Selama ini, kriteria hilal awal Hijriah adalah ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam.

Baca Juga:  PDIP Lebih Setuju Koruptor Dimiskinkan

MABIMS bersepakat untuk mengubah kriteria tersebut menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Menurutnya, dari berbagai pendapat pakar hisab rukyat, kemungkinan besar Idulfitri akan seragam 2 Mei atau berbarengan dengan Muhammadiyah yang telah menetapkan sebelumnya.

Akan tetapi masih ada potensi perbedaan Idulfitri 3 Mei 2022. Potensi perbedaannya karena Indonesia berada pada batas kriteria imkan rukyat, secara astronomi diperkirakan hilal sangat sulit dirukyat.

“Ini yang kemungkinan ada diskusi dalam sidang isbat,” kata dia.

Sementara data kuat yang mendukung 1 Syawal jatuh pada 2 Mei, secara hisab posisi bulan pada saat magrib 1 Mei 2022 di wilayah Sumatra bagian utara dekat dengan batas kriteria elongasi 6,4 derajat.

Baca Juga:  Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial di Rohil Terbentuk

Posisi bulan saat magrib di Sabang tingginya sudah 5 derajat lebih dan elongasinya sekitar 6,4 derajat. Ada dukungan kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) Odeh bahwa saat magrib 1 Mei 2022 di sebagian wilayah Indonesia hilal mungkin bisa dirukyat dengan menggunakan alat optik (binokuler atau teleskop).

Kriteria visibilitas hilal Odeh menunjukkan di wilayah Sumatra hilal mungkin bisa dirukyat dengan binokuler atau teleskop.

Bila ada laporan rukyat bahwa hilal terlihat kemungkinan akan diterima karena dianggap telah memenuhi kriteria baru MABIMS.

“Apalagi Lembaga Falakiyah PBNU menggunakan definisi elongasi geosentrik dalam kriterianya. Kalau kesaksian rukyat diterima pada sidang isbat, secara syar’i itu sah,” jelasnya.

Sumber: Pojoksatu.id

Editor: Edwar Yaman

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Meski penetapan awal puasa berbeda, Idulfitri 1 Syawal 1443 H diprediksi sama dengan Muhammdiyah. Yakni jatuh pada 2 Mei 2022.

Hal itu diungkap Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin dalam diskusi daring, Selasa (19/4/2022).

- Advertisement -

“Posisi kriteria berada di area perbatasan. Wilayah Sabang sedikit memenuhi kriteria. Dengan hisab yang dilakukan di Sumatra juga memenuhi kalau menggunakan elongasi geosentrik. Hasil rukyat, pada sidang isbat akan diterima, ini akan seragam pada 2 Mei 1 Syawalnya,” terang Thomas.

Thomas menjelaskan, posisi bulan pada 29 Ramadan 1443 atau 1 Mei 2022, di wilayah Indonesia berada pada batas kriteria baru MABIMS. Tingginya sudah di atas 3 derajat, tetapi elongasinya sekitar 6,4 derajat.

- Advertisement -

Kriteria Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) ini mulai digunakan pemerintah dalam menentukan penanggalan baru. Selama ini, kriteria hilal awal Hijriah adalah ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam.

Baca Juga:  Polisi Bantah Merekayasa Kerusuhan Jakarta 21-22 Mei

MABIMS bersepakat untuk mengubah kriteria tersebut menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Menurutnya, dari berbagai pendapat pakar hisab rukyat, kemungkinan besar Idulfitri akan seragam 2 Mei atau berbarengan dengan Muhammadiyah yang telah menetapkan sebelumnya.

Akan tetapi masih ada potensi perbedaan Idulfitri 3 Mei 2022. Potensi perbedaannya karena Indonesia berada pada batas kriteria imkan rukyat, secara astronomi diperkirakan hilal sangat sulit dirukyat.

“Ini yang kemungkinan ada diskusi dalam sidang isbat,” kata dia.

Sementara data kuat yang mendukung 1 Syawal jatuh pada 2 Mei, secara hisab posisi bulan pada saat magrib 1 Mei 2022 di wilayah Sumatra bagian utara dekat dengan batas kriteria elongasi 6,4 derajat.

Baca Juga:  Enzo Berhak Teruskan Pendidikan

Posisi bulan saat magrib di Sabang tingginya sudah 5 derajat lebih dan elongasinya sekitar 6,4 derajat. Ada dukungan kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) Odeh bahwa saat magrib 1 Mei 2022 di sebagian wilayah Indonesia hilal mungkin bisa dirukyat dengan menggunakan alat optik (binokuler atau teleskop).

Kriteria visibilitas hilal Odeh menunjukkan di wilayah Sumatra hilal mungkin bisa dirukyat dengan binokuler atau teleskop.

Bila ada laporan rukyat bahwa hilal terlihat kemungkinan akan diterima karena dianggap telah memenuhi kriteria baru MABIMS.

“Apalagi Lembaga Falakiyah PBNU menggunakan definisi elongasi geosentrik dalam kriterianya. Kalau kesaksian rukyat diterima pada sidang isbat, secara syar’i itu sah,” jelasnya.

Sumber: Pojoksatu.id

Editor: Edwar Yaman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari