PERAWANG (RIAUPOS.CO) – Bermula dari karir sebagai seorang pramugari di sebuah perusahaan penerbangan swasta di Indonesia. Kemudian berlanjut menjadi pramugari perusahaan penerbangan plat merah Inodonesia, mengantar perempuan jelita bernama Jeanette Febrina K yang kelahiran Jakarta, 5 Februari 1988 ini kini menjadi salah satu Capt Pilot Wanita Tangguh Indonesia yang bertugas menerbangan salah satu helicopter Water Bombing/Patrol di PT Arara Abadi unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
Pada momen "International Women Day" yang bertepatan diperingati (8/3) setiap tahunnya, bertempat di Helibase PT Arara Abadi APP Sinar Mas, Perawang, Siak, Jeanette membagikan ceritanya kepada awak media hingga bisa menjadi pilot. Dari ayah berdarah Papua (Manokwari) dan ibu berdarah jawa (Semarang), Jeanette tumbuh di Jakarta dengan pendidikan SD dan SMP Tunas Jaka Sampurna, lalu SMA 5 Bekasi.
Selepas sekolah, Jeanette yang hobi bermain basket ini yang juga menguasai Bahasa Jepang dan Inggris ini diharapkan keluarga bisa melanjutkan Pendidikan di Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), namun apa daya, harapan tinggal harapan dan harapan itu kandas tak diterima di IPDN.
Suatu kesempatan yang terduga tiba tatkala dia mengantarkan temannya untuk melamar menjadi pramugari di salah satu perusahaan penerbangan swasta Indonesia ditahun 2007. Ia pun iseng ikut juga melamar hingga garis nasib mengarahkannya menjadi pramugari, karena hobinya bermain basket mampu menunjang tinggi badannya menjadi 167 centimeter.
Tiga tahun Jeanette meniti karir jadi pramugari di penerbangan swasta yang route nya dalam negeri. Terbesit difikirannya ingin merasakan penerbangan luar negeri, akhirnya pada tahun 2010 Jeanette keinginanan nya terpenuhi.
Menurut Jeanette, kompetensi yang diminta menjadi pilot perempuan mapun laki-laki sama saja, tak ada beda jika seorang itu laki-laki atau perempuan. Tapi memang masih ada perusahaan yang menuliskan untuk pilot rekrutmennya langsung menyebutkan laki-laki.
"Tapi saya harap ke depan tak ada perbedaan pilot laki-laki dan perempuan. Tapi yang dilihat prestasinya," ujarnya.
Setiap hari bertugas di cabin pesawat, baik route dalam negeri maupun luar negeri membuat fikiran Jeanette mulai menganilisia ketika melihat pilot pesawat ketika menerbangkan pesawat. "kayaknya mudah menerbangankan pesawat ini, mau juga lah jadi Pilot," papar Jeanette menuturkan kepada awak media sambil tertawa.
Keinginan inilah akhirnya membuat ia tidak lagi jadi pramugari dan ingin menjadi pilot. Akhirnya ia putuskan berhenti jadi pramugari harus sekolah penerbangan untuk menjadi seorang Pilot. Pada 2013 ia mendaftarkan diri pada sekolah penerbangan The Raya Flying School di Jakarta, dan dalam setiap angkatan hanya sebanyak dua puluh orang, dimana pada angkatannya yang wanita hanya dia sendiri.
Pada saat sekolah penerbangan, Jeanette latihannya menerbangkan Cessna Bus Jet 400 dan Lulus Pendidikan sekolah penerbangan pada 2015, dan lepas dari sekolah penerbangan perdana menerbangkan pesawat private jet.
Awal proses geser ke helikopter ada kawan mengajak mengambil beasiswa dan seleksi 2017. Setelah itu penempatan untuk helifida Indonesia, dengan helikopter AS350 untuk misi kemanisiaan ke Wamena, Papua lalu tahun 2019 pindah dan bertugas ke Riau di PT Arara Abadi untuk menerbangkan heli water bombing jenis Bell 412 dengan muatan tempat duduk sekitar 14-15 orang, namun karena dioperasikan untuk Heli Patrol sekaligus untuk Water Bombing, selain membawa personil Team Reaksi Cepat (TRC) PT Arara Abadi juga harus membawa peralatan Bumbi Bucket dan pompa serta lainnya, maka jumlah personil (penumpang) harus dikurangi menjadi maksimal 7-8 orang, selain dari crew heli.
"Menurut saya yang sehari-hari berprofesi sebagai seorang pilot helicopter water bombing selalu melihat bagaimana kebakaran itu terjadi, teknik penangan patroli dari PT Arara Abadi untuk pencegahan dan penanganan Karhutla (sungguh sangat efektif agar kebakaran cepat ditangani. Jadi di heli yang saya piloti ketika patroli udara, ada Anggota Pemadamnya dengan peralatan standarnya,"urainya.
Jeanette juga pernah bertugas menangani Karhutla ke Palembang dan Jambi, tapi base kami tetap di PT Arara Abadi di Perawang.
Pada kesempatan yang sama, Fire Operational Management (FOM) Head Priyo S Utomo didampingi oleh Public Relation PT Arara Abadi Nurul Huda ketika ditanya tanggapan terhadap kehadiran pilot heli yang perempuan, ia menyampaikan, pohaknya tidak membedakan pilot perempuan atau laki-laki. Pihaknya tetap profesional karena yang direkrut sudah memenuhi kompetensi yang diminta serta sudah ada pelatihan.
"Tentunya kami sangat bangga dan menghargai dengan adanya pilot perempuan sama dengan kebanggan dan penghargaan kami kepada pilot-pilot laki-laki kami lainnya," paparnya.(c/rio)