JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Meskipun pertumbuhan kasus positif harian mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir seiring dengan masuknya varian Omicron ke Tanah Air, pemerintah mencatat angka reproduksi efektif (Rt) di bawah 1.
"Monitoring dari angka reproduksi efektif, kita masih di bawah 1. Yakni sekitar 0,99 persen," jelas Menko Perekonomian Airlangga Hartanto, kemarin (10/1)
Selanjutnya, kata Airlangga, pemerintah akan menerapkan treatment khusus bagi para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, akan dilakukan pemisahan pencatatan kasus antara kasus Omicron transmisi lokal dengan Omicron transmisi luar negeri.
"Dilakukan pemisahan level asesmen bahwa kasus terbanyak adalah kasus PPLN atau pelaku perjalanan luar negeri sehingga penambahan kasus PPLN berbeda, imported case dibanding penularan lokal," ujarnya pada konferensi pers, kemarin.
Treatment berbeda itu dilakukan karena kasus Omicron terbanyak berasal dari para PPLN. Dia mencontohkan, apabila seseorang yang terinfeksi positif Omicron di Bandara Soekarno Hatta sepulangnya dari luar negeri, tidak akan tergabung dengan jumlah kasus di DKI Jakarta.
Hal itu berlaku di berbagai entry point atau pintu masuk yang ada. Baik bandara atau pelabuhan akan menerapkan treatment tersebut. Di antaranya yakni sejumlah titik kedatangan dari luar negeri, seperti Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang), Bandara Juanda (Surabaya), Bandara Sam Ratulangi (Manado), Pelabuhan Laut di Batam, Pelabuhan Sri Bintan Pura (Tanjung Pinang). Ada pula Pos Lintas Batas (PLBN) Nunukan (Kaltim), PLBN Aruk (Kalbar), PLBN Entikong (Kalbar), dan PLBN Motaain (NTT).
"Kasus terbanyak adalah dari PPLN sehingga tentunya penambahan kasus PPLN berbeda dibandingkan dengan kasus penularan lokal," jelas Airlangga.
Sejauh ini, studi kasus menunjukkan bahwa meskipun memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi, pasien yang terinfeksi Omicron memiliki 50 persen resiko yang lebih rendah untuk keparahan masuk rumah sakit (hospitalization) dibandingkan jika terinfeksi varian Delta.
Hal ini, kata mantan Direktur Penyakit Menular WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama, berdasarkan laporan oleh European Centre for Disease Prevention and Control pada 7 Januari 2022 berdasarkan studi kasus di Inggris Selain itu kata Yoga, risiko bahkan turun 65 persen lebih rendah jika pasien yang terinfeksi tersebut sudah divaksin kembali. Risiko kembali turun menjadi 81 persen bagi mereka yang sudah divaksin sebanyak 3 kali. Atau yang sudah divaksin booster.
"Jadi risiko keparahan jauh lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat vaksin sama sekali," jelas Yoga.
Laporan lain dari studi kasus di Skotlandia menunjukkan penurunan angka masuk rumah sakit pada varian Omicron dibandingkan Delta. "Kemungkinan infeksi ulang pada Omicron adalah 10 kali lebih tinggi daripada mereka yang terinfeksi varian Delta," papar Guru Besar FKUI ini.
Selanjutnya, mereka yang sudah mendapat vaksinasi dosis ketiga atau booster punya risiko 57 persen lebih rendah mengalami kasus positif Omicron yang bergejala. Kanada melaporkan rendahnya angka masuk rumah sakit (0.3 persen) dan juga angka fatalitas yang tercatat kurang dari <0.1 persen pada varian Omicron.
"Tentu saja kalau jumlah kasus banyak sekali, maka walaupun persentase relatifnya rendah tapi bisa jadi cukup menimbulkan masalah," kata Yoga.
Publikasi Center For Disease Control (CDC) Amerika Serikat pada 31 Desember 2021 melaporkan bahwa waktu inkubasi rata-rata antara antara paparan varian Omicron dan timbulnya gejala adalah 3 hari. Pendeknya masa inkubasi Omicron ini juga sejalan dengan analisa UK Health Security Agency" di Inggris.
"Data sebelumnya menunjukkan bahwa masa inkubasi varian Alfa adalah 5 hari dan varian Delta 4 hari, jadi masa inkubasi Omicron memang lebih cepat," katanya.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut saat ini Omicron sudah menyebar ke 150 negara. Sebagian besar diantaranya menginfeksi berbagai negara maju hingga mencapai puncaknya dan lebih tinggi dari gelombang sebelumnya yakni varian Delta.
Sebagian besar kasus kata luhut berasal dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Pemerintah Indonesia juga memberikan perhatian khusus sejak awal Nataru kemarin kepada para pelaku perjalanan ini. "Para pelaku perjalanan ini buktinya telah banyak kembali membawa masalah. Terutama kaitannya dengan Omicron," ujar Luhut kemarin.
Untuk itu, kata Luhut, langkah pengetatan pintu masuk akan terus dipertahankan untuk mencegah masuknya variant Omicron yang akan menyebar luas ke masyarakat. " Per 9 januari lalu di Jakarta dari 393 kasus, 300 kasus disebabkan pelaku PPLN. Sekali lagi kami mohon menahan diri perjalanan ke luar negeri kecuali sangat penting," kata Luhut.
Di sisi lain, meski jumlah kasus meningkat, namun jumlah kematian di Jawa-Bali cukup terjaga dengan baik. "Hanya satu kematian selama Bulan Januari yang ditemukan di Jakarta," kata Luhut.(dee/tau)