Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Ma’ruf Cahyono Dorong Srikandi Pemuda Pancasila Miliki Daya Saing

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sekretaris Jenderal MPR, Ma'ruf Cahyono mengatakan perlunya reevaluasi terhadap terbentuknya nation and character building. Pasalnya, persoalan-persoalan yang dihadapi saat ini berawal dari ketidaktepatan dalam menghayati dan menerapkan konsep awal kebangsaan yang menjadi fondasi ke-Indonesia-an

"Ketidaktepatan inilah yang dapat menjerumuskan Indonesia seperti yang ditakutkan Soekarno, 'menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa'. Bahkan kekhawatiran Soekarno, menjadi bangsa pengemis dan pengemis di antara bangsa-bangsa," kata Ma'ruf Cahyono dalam acara Musyawarah Nasional II Srikandi Pemuda Pancasila di Hotel Bumiwiyata, Depok, kemarin.

Mengusung tema Mewujudkan Srikandi Pemuda Pancasila yang Berkarakter dan Berdaya Saing. Ma'ruf Cahyono menekankan pembangunan karakter itu meliputi, pertama, kemandirian (self reliance).

Kedua, demokrasi (democracy) atau kedaulatan rakyat sebagai ganti sistem kolonialis. "Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai pengganti dari masyarakat warisan yang feodaliatik," katanya.

Ketiga, persatuan nasional atau national unity. Dalam konteks aktualnya, kata Ma'ruf, diwujudkan dengan kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional antar berbagai kelompok yang pernah bertikai ataupun terhadap kelompok yang telah mengalami diskriminasi selama ini.

Baca Juga:  Berkas Kasus Rachel Vennya Sudah Diserahkan ke Jaksa

"Keempat, martabat nasional atau bargaining positions. Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat atau kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan dan wibawa di dunia internasional," jelasnya.

"Pada konteks ke-Indonesiaan, rasa kebersamaan, kebangsaan nasionalisme menyiratkan sebagai keberhasilan yang tertopang oleh landasan idiil, yaitu Pancasila," sambungnya.

Lebih lanjut, Ma'ruf berpendapat di era evolusi masyarakat yang memasuki society 4.0 menuju society 5.0. Pada era society 4.0 masyarakat sudah mengenal komputer hingga internet. Tantangan di era induatri 4.0 adalah terjadinya disrupsi, yaitu perubahan yang fundamental dan mendasar. 

"Inovasi yang menggantikan cara-cara lama dengan cara-cara baru. Teknologi lama serba fisik diganti dengan teknologi digital," imbuhnya.

Baca Juga:  Dian Sastro Sebut Nicholas Saputra Kuper

Sedangkan society 5.0 adalah era di mana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Konsep society 5.0 memungkinkan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti robot untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman.

Kondisi dunia kerja saat ini, lannitnya antara lain mempercepat akses digital di semua industri, tekanan lebih besar untuk memperbarui keterampilan, lokalisasi peluang kewirausahaan, munculnya jenis pekerjaan baru, tenaga kerja multi generasi dan beragam, seeta tidak dibatasi struktur dan tempat.

"Kemampuan memecahkan masalah, kognitif, dan sosial menjadi semakin penting, kebutuhan keterampilan fisik akan semakin berkurang," ungkapnya.

"Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara yang baru dan tidak lazim yaitu dengan kemampuan untuk menemukan cara pemecahan yang unik dalam menghadapi masalah," pungkasnya. 
 

 

Laporan: Yusnir (Jakarta)

Editor: E Sulaiman

 

 

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sekretaris Jenderal MPR, Ma'ruf Cahyono mengatakan perlunya reevaluasi terhadap terbentuknya nation and character building. Pasalnya, persoalan-persoalan yang dihadapi saat ini berawal dari ketidaktepatan dalam menghayati dan menerapkan konsep awal kebangsaan yang menjadi fondasi ke-Indonesia-an

"Ketidaktepatan inilah yang dapat menjerumuskan Indonesia seperti yang ditakutkan Soekarno, 'menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa'. Bahkan kekhawatiran Soekarno, menjadi bangsa pengemis dan pengemis di antara bangsa-bangsa," kata Ma'ruf Cahyono dalam acara Musyawarah Nasional II Srikandi Pemuda Pancasila di Hotel Bumiwiyata, Depok, kemarin.

- Advertisement -

Mengusung tema Mewujudkan Srikandi Pemuda Pancasila yang Berkarakter dan Berdaya Saing. Ma'ruf Cahyono menekankan pembangunan karakter itu meliputi, pertama, kemandirian (self reliance).

Kedua, demokrasi (democracy) atau kedaulatan rakyat sebagai ganti sistem kolonialis. "Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai pengganti dari masyarakat warisan yang feodaliatik," katanya.

- Advertisement -

Ketiga, persatuan nasional atau national unity. Dalam konteks aktualnya, kata Ma'ruf, diwujudkan dengan kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional antar berbagai kelompok yang pernah bertikai ataupun terhadap kelompok yang telah mengalami diskriminasi selama ini.

Baca Juga:  Pegawai BPK Kembalikan Uang Suap Rp 700 Juta ke KPK

"Keempat, martabat nasional atau bargaining positions. Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat atau kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan dan wibawa di dunia internasional," jelasnya.

"Pada konteks ke-Indonesiaan, rasa kebersamaan, kebangsaan nasionalisme menyiratkan sebagai keberhasilan yang tertopang oleh landasan idiil, yaitu Pancasila," sambungnya.

Lebih lanjut, Ma'ruf berpendapat di era evolusi masyarakat yang memasuki society 4.0 menuju society 5.0. Pada era society 4.0 masyarakat sudah mengenal komputer hingga internet. Tantangan di era induatri 4.0 adalah terjadinya disrupsi, yaitu perubahan yang fundamental dan mendasar. 

"Inovasi yang menggantikan cara-cara lama dengan cara-cara baru. Teknologi lama serba fisik diganti dengan teknologi digital," imbuhnya.

Baca Juga:  Kartunis Malaysia Rossem Terbitkan "Kopi Pahit"

Sedangkan society 5.0 adalah era di mana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Konsep society 5.0 memungkinkan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti robot untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman.

Kondisi dunia kerja saat ini, lannitnya antara lain mempercepat akses digital di semua industri, tekanan lebih besar untuk memperbarui keterampilan, lokalisasi peluang kewirausahaan, munculnya jenis pekerjaan baru, tenaga kerja multi generasi dan beragam, seeta tidak dibatasi struktur dan tempat.

"Kemampuan memecahkan masalah, kognitif, dan sosial menjadi semakin penting, kebutuhan keterampilan fisik akan semakin berkurang," ungkapnya.

"Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara yang baru dan tidak lazim yaitu dengan kemampuan untuk menemukan cara pemecahan yang unik dalam menghadapi masalah," pungkasnya. 
 

 

Laporan: Yusnir (Jakarta)

Editor: E Sulaiman

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari