JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketika anak sudah tumbuh dengan sehat serta makan dengan lahap, orang tua seringkali bertanya-tanya, masih perlukah mereka minum susu? Lalu jika perlu, susu apa yang cocok sesuai masing-masing usia anak
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik dari RS Universitas Indonesia (RSUI) Yoga Devaera memberikan tips cara bijak mengonsumsi susu untuk anak. Dia membandingkan kandungan zat gizi pada ASI dengan beberapa susu dari hewan mamalia, seperti sapi, kambing, domba, dan unta.
”Hasilnya, kandungan protein ASI yang paling rendah, sementara kandungan laktosa pada ASI yang paling tinggi,” kata Yaga dalam webinar bersama RSUI secara daring baru-baru ini.
Menurut Yoga, ada perbedaan kandungan antara susu bayi dan susu anak. Apa bedanya?
Kandungan Susu Bayi
Susu bayi untuk anak di bawah 1 tahun memiliki kandungan protein dan natrium yang lebih rendah dibandingkan pada susu anak (di atas 1 tahun). Protein dan natrium yang lebih tinggi dapat menjadi beban pada ginjal (renal solute load), sehingga susu anak (untuk yang di atas 1 tahun) tidak boleh diberikan kepada anak yang di bawah 1 tahun, karena anak nanti berisiko mengalami diare dan dehidrasi.
Sementara itu, ASI renal solute load-nya yang paling rendah, namun kandungan kalsiumnya relatif rendah dibanding saat bayi masih di bawah 6 bulan. Hal itu bukan berarti harus memberhentikan ASI pada usia 1 tahun, melainkan tetap ASI serta ditambahkan kalsium dari sumber makanan lain.
Beberapa bahan makanan sumber kalsium di antaranya dapat diperoleh dari susu atau produk turunannya, sumber protein nabati. Namun tingkat penyerapannya lebih rendah dibanding sumber protein hewani, lauk hewani yang dimakan dengan tulangnya, serta produk yang telah difortifikasi kalsium.
Kandungan Susu Anak
Ada jenis susu untuk anak usia di atas 1 tahun, di antaranya ASI, yang dapat diperoleh secara langsung maupun diperah. Kedua, susu sapi (pasteurized, UHT, dan lainnya yang tidak begitu banyak dimodifikasi kandungannya. Lalu susu formula, susu jenis ini sudah banyak difortifikasi vitamin dan mineral.
Lalu ada juga produk susu (yogurt, keju, smoothies), yaitu susu yang bentuknya sudah diubah, ini dapat menjadi alternatif bagi anak yang tidak suka susu. Makanan cair, bentuknya mirip susu, namun kandungan kalorinya lebih tinggi dibanding susu sapi dan susu formula, biasanya ini digunakan untuk anak dengan kebutuhan khusus, misalnya ada masalah dalam menelan atau menguyah, dan pemberiannya harus diawasi tenaga kesehatan.
”Susu sapi dan susu formula tidak didesain untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi anak dalam sehari, sehingga konsumsi makanan utama jangan sampai diabaikan,” terang Yoga.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman