SURABAYA (RIAUPOS.CO) – Industri limbah besi kesulitan untuk meningkatkan kinerja pada semester kedua tahun ini. Penyebabnya, operasional mereka terbentur bahan baku oksigen industri.
Direktur Utama Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) Meilyna Widjaja mengatakan, pasar komoditas scrap metal di Indonesia sebenarnya sangat bergairah saat ini. Hal tersebut karena pasokan impor limbah besi sering kali terkendala. Alhasil, pasokan besi bekas untuk industri tidak maksimal.
"Buktinya harga besi bekas terus meningkat. Sebelum pandemi stabil di angka Rp4 ribu per kilogram (kg). Tahun ini sudah sampai ke angka Rp7 ribu per kg,"jelasnya saat PublicExpose tahunan, kemarin (26/7).
Namun, menurut dia, pelaku industri limbah besi tidak bisa memaksimalkan penjualan tahun ini. Hal tersebut karena melonjaknya kasus Covid-19 sejak awal Juli lalu. Soal operasional, mereka mengaku masih bisa mempekerjakan pekerjanya untuk membongkar kapal-kapal yang sudah diakuisisi. Yang jadi masalah, bahan baku oksigen yang saat ini menjadi langka.
Direktur Operasional OPMS Hendry menjelaskan, dia membutuhkan oksigen industri untuk melakukan proses pengelasan. Setiap hari, rata-rata kebutuhan gas oksigen industri mencapai 50 tabung. Namun, untuk beberapa minggu belakangan, pihaknya susah mencari pasokan."Saat ini, pabrik oksigen memang fokus untuk memasok kebutuhan medis. Jadi, akhirnya pasokan kami terganggu,"jelasnya.
Meskipun demikian, korporasi tetap melakukan ekspansi tahun ini. Salah satunya, pembangunan kawasan pergudangan di Madura. Dia memprediksi, markas barunya tersebut bakal selesai tahun depan.
Tahun ini, OPMS menargetkan pendapatan senilai Rp50-60 miliar. Mereka terpaksa mengoreksi dari target awal sebanyak 80-100 miliar."Seharusnya, kami menargetkan bisa menyamai kinerja 2019 yakni Rp88 miliar. Tapi, dengan kondisi saat ini sepertinya agak susah,"ucapnya.(bil/dio/jpg)