JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Berbagai mutasi Covid-19 semakin banyak bermunculan dari berbagai negara. Setelah Inggris, Brasil, dan India, kini ditemukan lagi varian baru dari Meksiko. Namanya T478K.
Sekelompok peneliti dari Departemen Farmasi dan Bioteknologi Universitas Bologna baru-baru ini menganalisis lebih dari 1 juta sekuens genom SARS-CoV-2. Sebuah analisis yang menghasilkan deteksi varian baru Covid-19 Meksiko tidak hanya di Meksiko tetapi juga juga ditemukan di Eropa seperti dilansir dari Science Times, Selasa (15/6).
Sebuah laporan SciTechDaily mengatakan, penelitian mereka menunjukkan strain baru dengan nama ilmiah T478K itu menghadirkan mutasi pada protein Spike, yang memungkinkan virus Korona menempel dan memasuki sel yang ditargetkan. Strain ini telah semakin menyebar di antara orang-orang di Amerika Utara, khususnya di Meksiko. Saat ini, varian baru ini terdiri lebih dari 60 persen virus yang ada di tempat tersebut.
Menurut koordinator studi Federico Giorgi, tingkat dan kecepatan penyebaran dikhawatirkan sama dengan varian Inggris. Mutasi protein Spike, lanjutnya, secara struktural terletak di area interaksi dengan reseptor ACE2 manusia. Coronavirus menempel pada reseptor ini untuk menginfeksi sel, sehingga menyebarkan penularan dengan lebih cepat.
Para ilmuwan memulai dari analisis hampir 1,2 juta sampel sekuens genom SARS-CoV-2 yang terdeteksi di database internasional hingga April tahun ini. Varian T478K baru diidentifikasi dalam 11.435 sampel. Jumlah ini dua kali lipat jumlah sampel yang menunjukkan galur serupa hanya satu bulan sebelumnya. Kenaikan seperti itu sejak awal tahun ini membuat para ilmuwan khawatir.
Varian New Covid-19 Meksiko, yang seperti dilansir News-Medical.net, menyebar merata di seluruh individu pria dan perempuan, serta rentang usia. Varian ini mewakili sekitar 52,8 persen dari semua virus Korona yang diurutkan di Meksiko, sementara di Amerika Serikat, itu hanya mewakili 2,7 persen dari spesimen yang diurutkan.
Seperti kekhawatiran Eropa, varian baru ini telah menyebar di Swedia, Jerman, dan Swiss dan di Italia.
Para ilmuwan menguji aksi protein T478K Spike dalam simulasi silico dan menemukan bahwa protein yang bermutasi ini dapat memodifikasi muatan elektrostatik superfisial. Akibatnya, dapat mengubah interaksi dengan protein manusia ACE2 dan antibodi dari sistem kekebalan. Varian ini menghambat efisiensi obat atau pasien Covid-19 sulit diobati. Laporan awal pada sindrom Spike mutasi T478K, sudah diterbitkan dalam Journal of Medical Virology.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman