Kamis, 19 September 2024

Stigma Negatif ke Papua, Bupati Merauke: Mulai Pendekatan Kemanusiaan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Revisi Undang-undang Otonomi Khusus (Otsus) Papua sedang berjalan di DPR, berbagai tokoh Papua ikut menyampaikan masukan berbagai pendekatan untuk kemajuan bumi cenderawasih tersebut. Sudah sepatutnya stigma negatif soal chaos atau rusuh yang disematkan untuk orang Papua diilangkan, serta dinilai perlunya dilakukan pendekatan kemanusiaan dalam penyelesaian berbagai konflik.

Seperti disampaikan Bupati Merauke Romanus Mbaraka. Ia menilai stigma yang selama ini dibangun dan dialamatkan kepada Papua yang identik mengarah negatif, itu adalah tidak tepat.

"Jangan dibuat stigma chaos melulu. Mari kita membuat papua ini menjadi bagian integral dari Indonesia," kata Romanus.

Hal tersebut disampaikannya saat Dialog Kenegaraan yang digelar DPD RI bertajuk “RUU Otsus Papua, Apakah Menyejahterakan Rakyat?, di Media Center Parlemen, Jakarta, Rabu (9/6/2021).

- Advertisement -

Turut hadir sebagai narasumber adalah Anggota DPD RI Yorrys Raweyai, Wakil Ketua Pansus Otsus Papua Yan Permenas Mandenas dan  Mahasiswa Papua Jeffry Papare.

Ditegaskan Romanus, orang Papua tidak memikirkan merdeka, ia menggaransi prinsip itu, sebab kini yang dibutuhkan masyarakat Papua adalah kesejahteraan, dan sudah dibuktikannya selama memimpin Merauke.

- Advertisement -
Baca Juga:  Helat Musik Festival Kelas Dunia di Bokor

"Sehingga kebijakan saya menyekolahkan anak-anak Merauke di dunia yang saya sedang dorong, contohnya di bidang IT, kedokteran, engginering. Isu begini harus didorong pada orang Papua, jadi dia akan mendunia," papar Romanus.

Kebijakan pemerintah pusat selama ini, Romanus juga memiliki catatan khusus, ia menekankan setiap kebijakan harus dikontrol dari atas sampai ke bawah. Ia lalu menyinggung program lumbung pangan nasional yang sebenarnya layak dibangun di Papua.

Ia menegaskan, lumbung pangan nasional baru difokuskan pemerintah di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Sementara Papua NTT Sumsel masih sebatas rencana.

"Dari Presiden masuk ke Kementerian Lembaga sampai ke eksekutor Bupati hingga kelembagaan daerah ini memang harus satu irama seperti paskibraka, ini baru bisa. Dan yang paling penting adalah pendekatan kesejahteraan," urai Romanus.

"Kita gali untuk pengembangan pertanian, tetapi hari ini kebijakan Presiden sudah ada tetapi actionnya menjadi cadangan lumbung pangan nasional sampai hari ini juga nol. Ini yang harus di-clearance dengan baik," sambung Romanus lagi.

Baca Juga:  Data Black Box FDR Penerbangan Sriwijaya Air Mulai Diunduh

Lebih lanjut, bagaimana dengan pendekatan keamanan yang selama ini digaungkan pemerintah? Romanus berpendapat, semua pejabat harus melihat Papua secara utuh. Menurut Romanus jika menggeneralisir masalah di Papua, sangatlah tidak rasional.

"Saya diskusi dengan pangdam, kapolda, kita ini kirim pasukan gede (modalnya) padahal untuk melawan warga negara, kita mengirim serdadu kita yang terlatih ini dunia menertawakan kita. Jadi kita harus melihat secara utuh, sehingga penanganan lebih baik," ujar Romanus.

"Dan Papua itu, orang Timur itu mulai dari NTT ke sana, saya pikir seluruh Indonesia, orang Indonesia itu ramah, orang Papua itu ramah. Kalau mau pendekatan, pendekatan kemanusiaan, suruh gereja duluan, masjid duluan. Insyaallah puji Tuhan negeri ini damai," pungkasnya.

Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Eka G Putra

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Revisi Undang-undang Otonomi Khusus (Otsus) Papua sedang berjalan di DPR, berbagai tokoh Papua ikut menyampaikan masukan berbagai pendekatan untuk kemajuan bumi cenderawasih tersebut. Sudah sepatutnya stigma negatif soal chaos atau rusuh yang disematkan untuk orang Papua diilangkan, serta dinilai perlunya dilakukan pendekatan kemanusiaan dalam penyelesaian berbagai konflik.

Seperti disampaikan Bupati Merauke Romanus Mbaraka. Ia menilai stigma yang selama ini dibangun dan dialamatkan kepada Papua yang identik mengarah negatif, itu adalah tidak tepat.

"Jangan dibuat stigma chaos melulu. Mari kita membuat papua ini menjadi bagian integral dari Indonesia," kata Romanus.

Hal tersebut disampaikannya saat Dialog Kenegaraan yang digelar DPD RI bertajuk “RUU Otsus Papua, Apakah Menyejahterakan Rakyat?, di Media Center Parlemen, Jakarta, Rabu (9/6/2021).

Turut hadir sebagai narasumber adalah Anggota DPD RI Yorrys Raweyai, Wakil Ketua Pansus Otsus Papua Yan Permenas Mandenas dan  Mahasiswa Papua Jeffry Papare.

Ditegaskan Romanus, orang Papua tidak memikirkan merdeka, ia menggaransi prinsip itu, sebab kini yang dibutuhkan masyarakat Papua adalah kesejahteraan, dan sudah dibuktikannya selama memimpin Merauke.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Segera Resmikan Tol Pekanbaru-Bangkinang

"Sehingga kebijakan saya menyekolahkan anak-anak Merauke di dunia yang saya sedang dorong, contohnya di bidang IT, kedokteran, engginering. Isu begini harus didorong pada orang Papua, jadi dia akan mendunia," papar Romanus.

Kebijakan pemerintah pusat selama ini, Romanus juga memiliki catatan khusus, ia menekankan setiap kebijakan harus dikontrol dari atas sampai ke bawah. Ia lalu menyinggung program lumbung pangan nasional yang sebenarnya layak dibangun di Papua.

Ia menegaskan, lumbung pangan nasional baru difokuskan pemerintah di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Sementara Papua NTT Sumsel masih sebatas rencana.

"Dari Presiden masuk ke Kementerian Lembaga sampai ke eksekutor Bupati hingga kelembagaan daerah ini memang harus satu irama seperti paskibraka, ini baru bisa. Dan yang paling penting adalah pendekatan kesejahteraan," urai Romanus.

"Kita gali untuk pengembangan pertanian, tetapi hari ini kebijakan Presiden sudah ada tetapi actionnya menjadi cadangan lumbung pangan nasional sampai hari ini juga nol. Ini yang harus di-clearance dengan baik," sambung Romanus lagi.

Baca Juga:  Data Black Box FDR Penerbangan Sriwijaya Air Mulai Diunduh

Lebih lanjut, bagaimana dengan pendekatan keamanan yang selama ini digaungkan pemerintah? Romanus berpendapat, semua pejabat harus melihat Papua secara utuh. Menurut Romanus jika menggeneralisir masalah di Papua, sangatlah tidak rasional.

"Saya diskusi dengan pangdam, kapolda, kita ini kirim pasukan gede (modalnya) padahal untuk melawan warga negara, kita mengirim serdadu kita yang terlatih ini dunia menertawakan kita. Jadi kita harus melihat secara utuh, sehingga penanganan lebih baik," ujar Romanus.

"Dan Papua itu, orang Timur itu mulai dari NTT ke sana, saya pikir seluruh Indonesia, orang Indonesia itu ramah, orang Papua itu ramah. Kalau mau pendekatan, pendekatan kemanusiaan, suruh gereja duluan, masjid duluan. Insyaallah puji Tuhan negeri ini damai," pungkasnya.

Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Eka G Putra

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari