JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden disebut telah membuktikan janji saat kampanye pencalonannya sebagai presiden, terkait kebijakan terhadap umat Islam.
Janji kampanye Biden untuk komunitas Muslim di AS antara lain melindungi hak sipil dan hak konstitusional, menghormati keragaman dan komunitas Muslim Amerika, memastikan pelayanan kesehatan yang memadai, serta menciptakan lingkungan yang kondusif dan inklusif, serta membuat komunitas Muslim di Amerika lebih aman.
"Kemudian janji Biden untuk menempatkan tokoh dan cendekiawan Muslim Amerika dalam berbagai posisi strategis di pemerintahan. Janji-janji ini ternyata langsung dilaksanakan pada saat Biden memasuki masa 100 hari pemerintahannya pada 20 April mendatang," kata Konsul Jenderal RI di New York Arifi Saiman, dalam seminar tentang arah kebijakan Presiden AS Joe Biden terkait Muslim dan dunia Islam, yang berlangsung virtual, Jumat (9/4) malam seperti dilansir Antara.
Selain itu, sikap Biden terkait Muslim dan Islam juga tercermin melalui kebijakan luar negerinya, antara lain dengan mencabut larangan masuk ke AS bagi warga sejumlah negara, termasuk dari sejumlah negara Muslim. Arifi berpendapat, mencabut Muslim travel ban pada hari pertama Biden menjabat sebagai presiden adalah wujud komitmen atas janji kampanye Biden-Harris.
"Meski kebijakan pencabutan travel ban ini tidak mutlak ditujukan ke negara-negara Muslim semata, tetapi tindakan pemerintahan Biden-Harris tersebut mengirim sinyal yang jelas kepada Muslim Amerika dan dunia Islam bahwa pendekatan Biden berbeda dengan Donald Trump," kata Arifi.
Namun, meski telah memenuhi beberapa prioritas selama 100 hari pemerintahannya seperti pencabutan larangan perjalanan dan mewujudkan pemerintahan yang diwakili berbagai komunitas di AS, Biden masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan.
"Dia masih harus menangani rasisme sistemik di institusi-institusi AS dan kembali ke kesepakatan nuklir dengan Iran," tutur Arifi.
Kendati diwarnai berbagai dinamika, termasuk adanya sentimen negatif terhadap Islam atau Islamophobia, dan arah kebijakan pemerintah yang berubah-ubah bergantung pada pemimpinnya, Arifi menegaskan bahwa kehidupan masyarakat Muslim di AS pada umumnya baik-baik saja. Arifi menuturkan, bahwa masyarakat Amerika adalah masyarakat yang terbuka dengan perbedaan karena sejak awal berdirinya negara tersebut dibangun oleh kaum imigran dengan keanekaragaman budaya, adat istiadat, dan kebiasaan.
"Masyarakat AS secara umum sangat toleran dan terbuka kepada Islam, sebagaimana mereka terbuka pada pemeluk agama lainnya seperti Nasrani dan Yahudi," sebutnya.
Dia juga menegaskan bahwa Islam sudah menjadi bagian dari masyarakat AS. Meski Idul Fitri dan Idul Adha belum ditetapkan menjadi hari libur nasional, tetapi perayaan hari-hari penting umat Islam sudah cukup dikenal di AS, dan banyak pekerja Muslim yang diizinkan mengambil cuti untuk menunaikan ibadah pada hari-hari tersebut.
Lebih lanjut, Arifi juga menyebut bahwa pemerintah AS menjamin perlindungan bagi umat beragama di mata hukum. Selama tidak melanggar peraturan dan taat pada ketentuan yang ada, seperti membayar pajak, maka tidak ada perbedaan perlakuan antara masyarakat Muslim dengan umat beragama lainnya.
"Sebetulnya pandangan tentang Islam di AS itu jangan serta merta kita terlalu terpengaruh oleh media massa, memang kalau kita tidak melihat dan mengalami sendiri akan sulit untuk bisa mengetahui secara persis bagaimana sebenarnya kehidupan warga Muslim di AS selama ini. Ini yang perlu kita sampaikan kepada warga kita di Tanah Air," kata Arifi.
Berdasarkan survei yang dikutip KJRI New York, jumlah umat Muslim di AS diperkirakan sebanyak 3,45 juta jiwa atau 1,1 persen dari total populasi AS. Sementara jumlah masjid di AS diperkirakan sebanyak 2.229 masjid yang tersebar di 50 negara bagian. Dari jumlah tersebut, lima di antaranya merupakan masjid Indonesia yaitu Masjid Al Hikmah (New York), Masjid IMAAM Center (Maryland), Masjid At-Thoriq (Los Angeles), Masjid Al-Falah (Philadephia), dan Masjid Istiqlal (Houston).
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi