JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Indonesia menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas penggunaan kekerasan di Myanmar. Tindakan represif aparat di negara yang tengah bergolak itu telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka.
Pernyataan prihatin tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) melalui laman resminya, Ahad (28/2/2021). Indonesia menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan guna menghindari lebih banyak korban jatuh.
"Indonesia berharap semua pihak menahan diri agar situasi tidak semakin memburuk,” ungkap Kemlu.
Polisi Myanmar bertindak makin brutal untuk meredam aksi unjuk rasa warga yang menolak kudeta militer di negara itu. Sampai pukul 17.05 WIB, total korban tewas dalam demonstrasi pada Ahad (28/2/2021) sebanyak tujuh orang.
Aparat keamanan menembaki pendemo, menjadikan hari Ahad sebagai hari paling berdarah sejak kudeta 1 Februari lalu. Selain menimbulkan korban tewas, tindakan keras aparat juga menyebabkan sejumlah orang terluka.
Di antara korban tewas, terdapat satu guru perempuan yang meninggal dunia setelah polisi melemparkan granat kejut untuk membubarkan aksi protes yang digelar para guru di kota terbesar Myanmar, Yangon.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sejumlah elite politik lainnya pada 1 Februari lalu. Kelompok militer menuduh telah terjadi kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan partai Suu Kyi, NLD, secara telak.
Junta militer menjanjikan pemilu baru di Myanmar, tanpa menetapkan jadwal yang pasti.
Kudeta tersebut telah memicu protes massal setiap hari selama hampir empat pekan. Sikap protes itu juga diiringi dengan pemogokan oleh banyak pegawai pemerintah.
Sumber: AFP/News/JPNN
Editor: Hary B Koriun
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Indonesia menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas penggunaan kekerasan di Myanmar. Tindakan represif aparat di negara yang tengah bergolak itu telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka.
Pernyataan prihatin tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) melalui laman resminya, Ahad (28/2/2021). Indonesia menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan guna menghindari lebih banyak korban jatuh.
- Advertisement -
"Indonesia berharap semua pihak menahan diri agar situasi tidak semakin memburuk,” ungkap Kemlu.
Polisi Myanmar bertindak makin brutal untuk meredam aksi unjuk rasa warga yang menolak kudeta militer di negara itu. Sampai pukul 17.05 WIB, total korban tewas dalam demonstrasi pada Ahad (28/2/2021) sebanyak tujuh orang.
- Advertisement -
Aparat keamanan menembaki pendemo, menjadikan hari Ahad sebagai hari paling berdarah sejak kudeta 1 Februari lalu. Selain menimbulkan korban tewas, tindakan keras aparat juga menyebabkan sejumlah orang terluka.
Di antara korban tewas, terdapat satu guru perempuan yang meninggal dunia setelah polisi melemparkan granat kejut untuk membubarkan aksi protes yang digelar para guru di kota terbesar Myanmar, Yangon.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sejumlah elite politik lainnya pada 1 Februari lalu. Kelompok militer menuduh telah terjadi kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan partai Suu Kyi, NLD, secara telak.
Junta militer menjanjikan pemilu baru di Myanmar, tanpa menetapkan jadwal yang pasti.
Kudeta tersebut telah memicu protes massal setiap hari selama hampir empat pekan. Sikap protes itu juga diiringi dengan pemogokan oleh banyak pegawai pemerintah.
Sumber: AFP/News/JPNN
Editor: Hary B Koriun