PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Tim dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Riau bersama pihak swasta mulai melakukan proses penutupan lubang semburan gas bumi di Pondok Pesantren Al Ihsan, Tenayan Raya, Pekanbaru. Hal tersebut dilakukan setelah intensitas semburan gas terus menurun.
Kepala ESDM Riau Indra Agus Lukman mengatakan, saat tim memulai proses penutupan lubang semburan dengan membuat kanal-kanal di sekitar lubang. Kanal tersebut untuk mengantisipasi jika saat dilakukan penutupan, terjadi semburan kembali.
“Jadi saat ini dibuat kanal sebagai mitigasi agar nantinya semburan lumpur tidak melebar ke mana-mana saat dilakukan penutupan," kata Indra.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk melakukan penutupan lubang semburan tersebut pihaknya bekerja sama dengan EMP Bentu yang ada di Kabupaten Pelalawan. Di mana, alat untuk melakukan penutupan tersebut dari pihak EMP Bentu.
“Alat-alatnya merupakan pinjaman dari pihak EMP Bentu. Termasuk alat yang digunakan untuk melakukan penutupan lubang," ujarnya.
Dijelaskan Indra, metode penutupan lubang semburan tersebut yakni dengan melakukan penyemprotan air ke dalam lubang. Kemudian setelah itu baru dilakukan penutupan lubang.
“Namun jika cara itu tidak berhasil, maka akan digunakan metode penutupan dengan memasukkan lumpur padat, setelah itu baru di semen," jelasnya.
Sementara itu Ketua DPRD Pekanbaru Hamdani mengatakan, pihaknya akan membahasnya dengan dinas terkait dan pihak perusahaan untuk berdiskusi mencari solusi penanganan yang baik dalam rapat dewan.
“Kami berharap ini bisa tercover dan pemerintah hadir. Ketika hal-hal bencana seperti ini. Maka kami akan duduk satu meja untuk mencarikan solusi. Pada prinsipnya kami akan upayakan mencari cara agar musibah ini segera tertangani," ujar Hamdani, Kamis (11/2).
Sementara itu, salah seorang pengurus Pondok Pesantren Al Ihsan Boarding School Tenayan Raya, Khairuddin menuturkan, pascakejadian beberapa waktu lalu, 34 santri langsung dipindahkan ke Ponpes Al Ihsan yang di Kubang. Ketika ditanya apakah pihak Ponpes akan kembali memperbaiki gedung atau bangunan yang rusak pascasemburan gas atau lumpur itu, Khairuddin belum bisa memastikan.
“Karena masih menunggu informasi lebih lanjut dari pihak terkait. Apakah di kawasan itu masih layak digunakan atau tidak," ujarnya.(sol/dof)