Rabu, 27 November 2024
spot_img

Pemerintah Ungkap Cara Menelusuri Jejak Pasien Positif Virus Corona

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Jumlah pasien positif virus corona jenis baru atau Covid-19 di Indonesia akan terus bertambah. Sebab setiap 1 pasien positif ditemukan, pasti akan dilacak lagi siapa saja yang sudah kontak dengannya. Artinya penularan bisa terjadi melebar lagi.

Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Achmad Yurianto memaparkan bagaimana cara tim melakukan pelacakan kontak (tracing contact) pada tiap pasien positif. Pelacakan bisa dilakukan di satu rumah, satu kota, satu area, bahkan hingga terbang ke luar area atau provinsi yang berbeda.

"Dalam menanggulangi pandemi Covid-19, untuk bisa mengendalikan penularan penyakit ini kuncinya segera temukan kasus positif di masyarakat. Lalu lakukan isolasi, agar tak jadi sumber penularan di masyarakat. Ini diwujudkan dengan kegiatan tracing, penelusuran kasus," katanya kepara wartawan, Senin (16/3).

Yurianto mencontohkan misalnya setiap pasien positif akan ditelusuri alamatnya di mana. Kemudian selama 14 hari sebelum masuk rumah sakit apa saja aktivitasnya.

Baca Juga:  Tingkat Kepuasan Jokowi Menurun, Ini Saran Partai Demokrat

"Dari situlah kami cari adanya kemungkinan kontak baru, ini kontak dekat," tuturnya.

Jika salah satu kontak yang dekat dengan pasien Covid-19 disertai gejala, maka akan dilakukan swab dahak. Manakala positif maka akan dilakukan isolasi. Jika negatif, maka akan diberikan edukasi.

"Kontak yang negatif, kami lakukan self isolated. Monitoring dirinya secara mandiri di rumah," ujarnya.

Maka 1 pasien bisa dilacak sampai melewati batas administrasi wilayah. Tracing tak lagi mengenal batas wilayah administrasi.

"Bisa saja pasien tertular di Jakarta, tapi rumahnya misalnya di Bekasi atau Depok. Dan sempat melakukan perjalanan aktivitas fisik di luar Jawa. Maka ini di-tracing juga sampai luar Jawa. Dengan adanya tracing makin masif seperti ini, maka kasus positif akan semakin banyak. Meningkat," jelasnya.

Baca Juga:  Dua Warga Pekanbaru Dapat Umrah Gratis

Akan tetapi Yurianto juga menjelaskan bahwa kini tak semua pasien positif ditangani di rumah sakit. Khususnya mereka yang tanpa gejala atau gejala ringan.

"Tak selalu kasus positif, diisolasi di RS. Ada yang tanpa gejala, kami minta isolasi di rumahnya secara mandiri. Pedoman cara melakukan karantina diri sudah dibuat Kemenkes. Sudah diunggah oleh Kemenkes," katanya.

Maka tracing dilakukan sampai di luar domisili pasien. Misalnya juga pasien yang tertular usai berjalan-jalan ke suatu wilayah lalu saat pulang ke kotanya ternyata tertular.

"Misalnya ada pasien bepergian ke Jakarta, kontak positif di Jakarta. Aktivitas dia misalnya juga di Jawa Tengah akan dilacak lagi. Maka tracing bukan hal yang mudah," jelasnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Jumlah pasien positif virus corona jenis baru atau Covid-19 di Indonesia akan terus bertambah. Sebab setiap 1 pasien positif ditemukan, pasti akan dilacak lagi siapa saja yang sudah kontak dengannya. Artinya penularan bisa terjadi melebar lagi.

Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Achmad Yurianto memaparkan bagaimana cara tim melakukan pelacakan kontak (tracing contact) pada tiap pasien positif. Pelacakan bisa dilakukan di satu rumah, satu kota, satu area, bahkan hingga terbang ke luar area atau provinsi yang berbeda.

- Advertisement -

"Dalam menanggulangi pandemi Covid-19, untuk bisa mengendalikan penularan penyakit ini kuncinya segera temukan kasus positif di masyarakat. Lalu lakukan isolasi, agar tak jadi sumber penularan di masyarakat. Ini diwujudkan dengan kegiatan tracing, penelusuran kasus," katanya kepara wartawan, Senin (16/3).

Yurianto mencontohkan misalnya setiap pasien positif akan ditelusuri alamatnya di mana. Kemudian selama 14 hari sebelum masuk rumah sakit apa saja aktivitasnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Kuyang Siap Hantui Penggemar Film Horor

"Dari situlah kami cari adanya kemungkinan kontak baru, ini kontak dekat," tuturnya.

Jika salah satu kontak yang dekat dengan pasien Covid-19 disertai gejala, maka akan dilakukan swab dahak. Manakala positif maka akan dilakukan isolasi. Jika negatif, maka akan diberikan edukasi.

"Kontak yang negatif, kami lakukan self isolated. Monitoring dirinya secara mandiri di rumah," ujarnya.

Maka 1 pasien bisa dilacak sampai melewati batas administrasi wilayah. Tracing tak lagi mengenal batas wilayah administrasi.

"Bisa saja pasien tertular di Jakarta, tapi rumahnya misalnya di Bekasi atau Depok. Dan sempat melakukan perjalanan aktivitas fisik di luar Jawa. Maka ini di-tracing juga sampai luar Jawa. Dengan adanya tracing makin masif seperti ini, maka kasus positif akan semakin banyak. Meningkat," jelasnya.

Baca Juga:  Dua Warga Pekanbaru Dapat Umrah Gratis

Akan tetapi Yurianto juga menjelaskan bahwa kini tak semua pasien positif ditangani di rumah sakit. Khususnya mereka yang tanpa gejala atau gejala ringan.

"Tak selalu kasus positif, diisolasi di RS. Ada yang tanpa gejala, kami minta isolasi di rumahnya secara mandiri. Pedoman cara melakukan karantina diri sudah dibuat Kemenkes. Sudah diunggah oleh Kemenkes," katanya.

Maka tracing dilakukan sampai di luar domisili pasien. Misalnya juga pasien yang tertular usai berjalan-jalan ke suatu wilayah lalu saat pulang ke kotanya ternyata tertular.

"Misalnya ada pasien bepergian ke Jakarta, kontak positif di Jakarta. Aktivitas dia misalnya juga di Jawa Tengah akan dilacak lagi. Maka tracing bukan hal yang mudah," jelasnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari