Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Berkhianat, Tiga Pangeran Arab Saudi Ditangkap

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penangkapan dan penahanan pangeran di Arab Saudi pada 2017 terulang. Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) mengamankan tiga orang: Pangeran Ahmed bin Abdulaziz Al Saud, Pangeran Mohammed bin Nayef, dan Pangeran Nawaf bin Nayef. Wall Street Journal melaporkan, tiga pangeran itu dituduh telah melakukan pengkhianatan.

Jumat pagi (6/3) pasukan kerajaan mendatangi rumah tiga orang tersebut dengan menggunakan topeng dan berpakaian hitam-hitam. Selain menangkap, mereka menggeledah kediaman tiga pangeran senior tersebut.

Pihak kerajaan belum mengumumkan penangkapan itu secara terbuka. Demikian pula alasannya. Pejabat Kedutaan Besar Saudi di Washington, AS, juga memilih tak mengeluarkan pernyataan. Namun, beberapa orang yang tak mau disebutkan namanya mem-benarkan bahwa penangkapan itu memang terjadi.

Penahanan aktivis dan ulama bukan hal yang baru di Saudi. Namun, ketika MBS berkuasa, dia tidak pilih sasaran. Pada 2017 dia menyatakan bersih-bersih pemerintahan dan menangkapi ratusan pangeran, keluarga kerajaan, dan pebisnis Saudi. Hotel Ritz-Carlton, Riyadh, dijadikan tempat penahanan. Mereka baru dilepas setelah bernegosiasi dan menyerahkan sejumlah besar uang kepada pemerintah.

Para pengamat menilai bahwa penahanan kali ini dilakukan untuk menguatkan posisi MBS di Saudi.

”Ini adalah langkah yang jauh untuk meningkatkan kekuasaannya dan mengirimkan pesan kepada semua orang, termasuk keluarga kerajaan, agar tidak menentangnya,” ulas analis kebijakan di RAND Corporation Becca Wasser seperti dikutip Agence France-Presse.

Wasser menjelaskan, MBS adalah orang yang berani. Selama ini dia sudah berulang-ulang menyingkirkan penghalang jalannya. Dia juga biasa menahan, bahkan membunuh, orang-orang yang menentang rezimnya. Selama ini MBS tidak mendapat balasan atas tindakan semena-menanya.

Baca Juga:  Lolos dari Obat Herbal, Anji Tersandung Ganja

Pangeran Ahmed dan Mohammed bin Nayef bisa dibilang sebagai rival terkuat MBS. Ahmed adalah adik kandung Raja Salman yang sempat digadang-gadang sebagai putra mahkota. Dia satu-satunya saudara Raja Salman yang masih hidup. Ahmed bahkan pernah terang-terangan mengkritik keluarga kerajaan dan MBS di hadapan para demonstran di London, September 2018.

Namun, Ahmed juga dikenal loyal. Dia pulang ke Saudi pada Oktober tahun yang sama untuk memberikan dukungan kepada kerajaan dan menenangkan situasi. Kala itu sedang terjadi kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan MBS dituding sebagai dalang utamanya. Banyak bukti yang mengarah kepada MBS.

Mohammed bin Nayef adalah keponakan Raja Salman dan sempat menjadi putra mahkota. Dia hanya merasakan jabatan itu se-saat karena Raja Salman mencabut dan menyerahkan kepada putranya sendiri, Pangeran MBS. Mohammed bin Nayef sempat dika-barkan menjadi tahanan rumah pasca menyerahkan posisinya.

MBS menjanjikan perubahan, perbaikan ekonomi, dan janji-janji lain kepada penduduk Saudi. Termasuk membuka peluang sektor wisata agar tidak lagi bergantung pada minyak. Namun, hal tersebut ternyata tidak berhasil. Bukannya pujian, MBS justru mendapat banyak kritik dari dunia internasional.

Baca Juga:  Pabrik Ganja Sintesis Surabaya Dibongkar Polisi

Bukan hanya kasus pembunuhan Kashoggi yang membuat dia jadi sorotan. Tapi, juga penangkapan para aktivis dan perang yang merenggut banyak korban sipil di Yaman. Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi kerap menjatuhkan bom secara membabi buta se-hingga menimbulkan banyak korban jiwa.

Di tengah karut-marut itu, Pangeran Ahmed muncul sebagai harapan baru bagi keluarga kerajaan dan kelompok yang mengkritik pemerintah. Mereka berharap Ahmed bisa menjegal langkah MBS untuk naik takhta.

Pengamanan takhta diduga menjadi salah satu motif penangkapan. Sebab, saat ini Raja Salman sudah berusia lanjut. Yakni, 84 tahun. MBS agaknya tak ingin ada pangeran lain yang menjegal langkahnya sebelum suksesi dilakukan. Suksesi baru bisa terjadi jika raja meninggal atau turun takhta. Namun, para pengamat menilai itu terlalu berlebihan. Sebab, hingga kini belum ada indikasi bahwa tiga pangeran tersebut berniat menggantikan MBS menjadi putra mahkota dan naik takhta menjadi raja.

Penahanan tiga pangeran itu terjadi di waktu yang sensitif. Saat ini pemerintah Saudi tengah menghentikan ibadah umrah terkait virus korona. Umrah dan haji termasuk sumber penghasilan Saudi dari nonminyak.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penangkapan dan penahanan pangeran di Arab Saudi pada 2017 terulang. Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) mengamankan tiga orang: Pangeran Ahmed bin Abdulaziz Al Saud, Pangeran Mohammed bin Nayef, dan Pangeran Nawaf bin Nayef. Wall Street Journal melaporkan, tiga pangeran itu dituduh telah melakukan pengkhianatan.

Jumat pagi (6/3) pasukan kerajaan mendatangi rumah tiga orang tersebut dengan menggunakan topeng dan berpakaian hitam-hitam. Selain menangkap, mereka menggeledah kediaman tiga pangeran senior tersebut.

- Advertisement -

Pihak kerajaan belum mengumumkan penangkapan itu secara terbuka. Demikian pula alasannya. Pejabat Kedutaan Besar Saudi di Washington, AS, juga memilih tak mengeluarkan pernyataan. Namun, beberapa orang yang tak mau disebutkan namanya mem-benarkan bahwa penangkapan itu memang terjadi.

Penahanan aktivis dan ulama bukan hal yang baru di Saudi. Namun, ketika MBS berkuasa, dia tidak pilih sasaran. Pada 2017 dia menyatakan bersih-bersih pemerintahan dan menangkapi ratusan pangeran, keluarga kerajaan, dan pebisnis Saudi. Hotel Ritz-Carlton, Riyadh, dijadikan tempat penahanan. Mereka baru dilepas setelah bernegosiasi dan menyerahkan sejumlah besar uang kepada pemerintah.

- Advertisement -

Para pengamat menilai bahwa penahanan kali ini dilakukan untuk menguatkan posisi MBS di Saudi.

”Ini adalah langkah yang jauh untuk meningkatkan kekuasaannya dan mengirimkan pesan kepada semua orang, termasuk keluarga kerajaan, agar tidak menentangnya,” ulas analis kebijakan di RAND Corporation Becca Wasser seperti dikutip Agence France-Presse.

Wasser menjelaskan, MBS adalah orang yang berani. Selama ini dia sudah berulang-ulang menyingkirkan penghalang jalannya. Dia juga biasa menahan, bahkan membunuh, orang-orang yang menentang rezimnya. Selama ini MBS tidak mendapat balasan atas tindakan semena-menanya.

Baca Juga:  Lolos dari Obat Herbal, Anji Tersandung Ganja

Pangeran Ahmed dan Mohammed bin Nayef bisa dibilang sebagai rival terkuat MBS. Ahmed adalah adik kandung Raja Salman yang sempat digadang-gadang sebagai putra mahkota. Dia satu-satunya saudara Raja Salman yang masih hidup. Ahmed bahkan pernah terang-terangan mengkritik keluarga kerajaan dan MBS di hadapan para demonstran di London, September 2018.

Namun, Ahmed juga dikenal loyal. Dia pulang ke Saudi pada Oktober tahun yang sama untuk memberikan dukungan kepada kerajaan dan menenangkan situasi. Kala itu sedang terjadi kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan MBS dituding sebagai dalang utamanya. Banyak bukti yang mengarah kepada MBS.

Mohammed bin Nayef adalah keponakan Raja Salman dan sempat menjadi putra mahkota. Dia hanya merasakan jabatan itu se-saat karena Raja Salman mencabut dan menyerahkan kepada putranya sendiri, Pangeran MBS. Mohammed bin Nayef sempat dika-barkan menjadi tahanan rumah pasca menyerahkan posisinya.

MBS menjanjikan perubahan, perbaikan ekonomi, dan janji-janji lain kepada penduduk Saudi. Termasuk membuka peluang sektor wisata agar tidak lagi bergantung pada minyak. Namun, hal tersebut ternyata tidak berhasil. Bukannya pujian, MBS justru mendapat banyak kritik dari dunia internasional.

Baca Juga:  Jangan Sampai Ketinggalan, Ini Daftar Drama Korea Bertema Medis

Bukan hanya kasus pembunuhan Kashoggi yang membuat dia jadi sorotan. Tapi, juga penangkapan para aktivis dan perang yang merenggut banyak korban sipil di Yaman. Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi kerap menjatuhkan bom secara membabi buta se-hingga menimbulkan banyak korban jiwa.

Di tengah karut-marut itu, Pangeran Ahmed muncul sebagai harapan baru bagi keluarga kerajaan dan kelompok yang mengkritik pemerintah. Mereka berharap Ahmed bisa menjegal langkah MBS untuk naik takhta.

Pengamanan takhta diduga menjadi salah satu motif penangkapan. Sebab, saat ini Raja Salman sudah berusia lanjut. Yakni, 84 tahun. MBS agaknya tak ingin ada pangeran lain yang menjegal langkahnya sebelum suksesi dilakukan. Suksesi baru bisa terjadi jika raja meninggal atau turun takhta. Namun, para pengamat menilai itu terlalu berlebihan. Sebab, hingga kini belum ada indikasi bahwa tiga pangeran tersebut berniat menggantikan MBS menjadi putra mahkota dan naik takhta menjadi raja.

Penahanan tiga pangeran itu terjadi di waktu yang sensitif. Saat ini pemerintah Saudi tengah menghentikan ibadah umrah terkait virus korona. Umrah dan haji termasuk sumber penghasilan Saudi dari nonminyak.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari