Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Pembunuh Fa-Lao

TANPA artificial intelligent (AI) tidak mungkin wanita pembunuh ini tertangkap. Biar pun korban yang dibunuh sampai 7 orang. Apalagi serangkaian  pembunuhan itu terjadi di tahun 1996-lebih dari 20 tahun yang lalu. Maka wanita ini pun sudah merasa aman dalam pelariannya.

Sebenarnya pembunuh yang satu sudah tertangkap. Waktu itu juga. Tapi pembunuh satunya, sang istri, berhasil melarikan diri. Dia menyamar. Dia menggunakan nama baru. Dia melakukan operasi kecantikan.

Setelah 20 tahun merasa aman, dia justru tertangkap. Beberapa waktu lalu. Senin kemarin, dia diajukan ke pengadilan. Pasti, dia akan dijatuhi hukuman mati. Seperti suaminya dulu. Yang sudah dieksekusi lewat hukum tembak 20 tahun lalu.

Nama cewek ini: Lao Rongzhi. Waktu pembunuhan dilakukan umurnya baru 21 tahun. Ketika ditangkap, Lao sudah berumur 46 tahun. Lao ditangkap di Xiamen. Itulah kota yang pernah dikenal sebagai ‘’Hawaii’’-nya Tiongkok. Kota Xiamen juga pernah bernama Amoy. Letaknya di provinsi Fujian. Di utara Kota Shenzhen, 4 jam naik mobil.

Sehari sebelum ditangkap Lao terlihat berjalan di trotoar Kota Xiamen. Tidak jauh dari sebuah mal di sana. Yang berhasil melihatnya adalah kamera. Yang banyak dipasang di berbagai sudut Kota Xiamen. Kamera jalanan itu secara langsung melaporkan hasil jepretannya ke pusat pengolahan data di kantor polisi.

Semua wajah orang yang lalu lalang di jalan raya memang terekam oleh kamera.

Baca Juga:  Konsumsi Vitamin C Bisa Bantu Tubuh Melawan Virus Corona

Salah satunya ternyata cocok dengan file foto lama. Yang dicari-cari polisi selama 20 tahun terakhir. Itulah foto wajah Lao yang kini sudah jauh lebih tua.

Keesokan harinya Lao terlihat lagi lewat di sekitar mal itu. Polisi mulai membuntutinya. Dia masuk mal. Polisi ikut masuk mal. Jarak mereka kian dekat. Lao ternyata menuju sebuah kios. Dia jualan jam tangan. Polisi langsung meringkusnya.

Ketika dia mempertanyakan penangkapan itu polisi langsung menegaskan bahwa dia pasti wanita yang bernama Lao Rongzhi. “Saya bukan Lao. Nama saya Hong,” kata wanita itu.

Polisi tidak percaya. Dia langsung ditahan. Lalu dilakukan tes DNA. Benarlah bahwa Hong itu nama palsu. Lao tidak bisa berkutik. Selama 20 tahun dalam pelarian Lao memang berganti-ganti nama. Juga berganti alamat. Pindah-pindah –dari satu kota ke kota lainnya. Dia juga pindah-pindah pekerjaan. Terutama di tempat-tempat hiburan malam.

Lao berasal dari kota kecil di Provinsi Jiangxi. Dari daerah selatan. Sudah dekat dengan Provinsi Guangdong. Suaminya, juga dari kota yang berdekatan. Nama sang suami: Fa Ziying. Mereka bertemu di tahun 1993. Lalu menikah. Saat menikah itu Lao sudah punya pekerjaan: sebagai guru SD. Waktu itu Tiongkok masih sangat miskin. Mereka pun merantau ke kota besar.

Di kota itulah mereka mulai kesulitan hidup. Lalu terpikir untuk melakukan usaha ini: memeras orang kaya. Sang istri bertugas mencari mangsa. Di klub-klub malam. Dia harus bisa merayu laki-laki berduit. Setelah terpikat si laki-laki diajak ke apartemennya. Itu adalah apartemen sewaan. Di kamar itu suami Lao sudah menunggu. Korban diperas. Kalau melawan diancam dibunuh.

Baca Juga:  Diskes Kampar Catat 640 ODGJ Berat

Setelah berhasil mendapat uang Fa dan Lao pindah ke kota lain. Melakukan hal yang sama. Suatu hari mereka pindah ke  Kota Zhengzhou, Henan. Pasangan ini mulai membunuh korbannya di sini. Rupanya ia tidak berhasil memeras. Maka Fa-Lao membunuhnya.

Mereka lalu menggunakan identitas korban untuk mendatangi rumah korban. Istri korban percaya saja. Mereka dipersiapkan masuk rumah. Di dalam rumah itulah mereka membunuh istri korban. Lalu merampok. Ternyata masih  ada anak kecil di rumah itu. Seorang gadis kecil. Sekalian saja dibunuh.

Fa dan Lao pindah kota lagi. Mereka mencari mangsa lagi. Dengan cara yang sama. Total sampai 7 orang yang mereka bunuh. Belum lagi yang diperas tanpa perlu dibunuh. Di hari lain mereka kena batunya. Yakni saat di Kota Hefei, kota terbesar di Provinsi Anhui.

Mereka berhasil mendapat mangsa. Korban disekap di kamar apartemen sewaan. Fa lantas menghubungi istri korban. Minta tebusan untuk sang suami. Si istri menyanggupi menyerahkan uang 10.000 yuan. Sekitar Rp20 juta. Maka Fa datang ke rumah korban. Si istri rupanya sudah mengontak polisi.

TANPA artificial intelligent (AI) tidak mungkin wanita pembunuh ini tertangkap. Biar pun korban yang dibunuh sampai 7 orang. Apalagi serangkaian  pembunuhan itu terjadi di tahun 1996-lebih dari 20 tahun yang lalu. Maka wanita ini pun sudah merasa aman dalam pelariannya.

Sebenarnya pembunuh yang satu sudah tertangkap. Waktu itu juga. Tapi pembunuh satunya, sang istri, berhasil melarikan diri. Dia menyamar. Dia menggunakan nama baru. Dia melakukan operasi kecantikan.

- Advertisement -

Setelah 20 tahun merasa aman, dia justru tertangkap. Beberapa waktu lalu. Senin kemarin, dia diajukan ke pengadilan. Pasti, dia akan dijatuhi hukuman mati. Seperti suaminya dulu. Yang sudah dieksekusi lewat hukum tembak 20 tahun lalu.

Nama cewek ini: Lao Rongzhi. Waktu pembunuhan dilakukan umurnya baru 21 tahun. Ketika ditangkap, Lao sudah berumur 46 tahun. Lao ditangkap di Xiamen. Itulah kota yang pernah dikenal sebagai ‘’Hawaii’’-nya Tiongkok. Kota Xiamen juga pernah bernama Amoy. Letaknya di provinsi Fujian. Di utara Kota Shenzhen, 4 jam naik mobil.

- Advertisement -

Sehari sebelum ditangkap Lao terlihat berjalan di trotoar Kota Xiamen. Tidak jauh dari sebuah mal di sana. Yang berhasil melihatnya adalah kamera. Yang banyak dipasang di berbagai sudut Kota Xiamen. Kamera jalanan itu secara langsung melaporkan hasil jepretannya ke pusat pengolahan data di kantor polisi.

Semua wajah orang yang lalu lalang di jalan raya memang terekam oleh kamera.

Baca Juga:  Jepang Garap Proyek di Natuna

Salah satunya ternyata cocok dengan file foto lama. Yang dicari-cari polisi selama 20 tahun terakhir. Itulah foto wajah Lao yang kini sudah jauh lebih tua.

Keesokan harinya Lao terlihat lagi lewat di sekitar mal itu. Polisi mulai membuntutinya. Dia masuk mal. Polisi ikut masuk mal. Jarak mereka kian dekat. Lao ternyata menuju sebuah kios. Dia jualan jam tangan. Polisi langsung meringkusnya.

Ketika dia mempertanyakan penangkapan itu polisi langsung menegaskan bahwa dia pasti wanita yang bernama Lao Rongzhi. “Saya bukan Lao. Nama saya Hong,” kata wanita itu.

Polisi tidak percaya. Dia langsung ditahan. Lalu dilakukan tes DNA. Benarlah bahwa Hong itu nama palsu. Lao tidak bisa berkutik. Selama 20 tahun dalam pelarian Lao memang berganti-ganti nama. Juga berganti alamat. Pindah-pindah –dari satu kota ke kota lainnya. Dia juga pindah-pindah pekerjaan. Terutama di tempat-tempat hiburan malam.

Lao berasal dari kota kecil di Provinsi Jiangxi. Dari daerah selatan. Sudah dekat dengan Provinsi Guangdong. Suaminya, juga dari kota yang berdekatan. Nama sang suami: Fa Ziying. Mereka bertemu di tahun 1993. Lalu menikah. Saat menikah itu Lao sudah punya pekerjaan: sebagai guru SD. Waktu itu Tiongkok masih sangat miskin. Mereka pun merantau ke kota besar.

Di kota itulah mereka mulai kesulitan hidup. Lalu terpikir untuk melakukan usaha ini: memeras orang kaya. Sang istri bertugas mencari mangsa. Di klub-klub malam. Dia harus bisa merayu laki-laki berduit. Setelah terpikat si laki-laki diajak ke apartemennya. Itu adalah apartemen sewaan. Di kamar itu suami Lao sudah menunggu. Korban diperas. Kalau melawan diancam dibunuh.

Baca Juga:  Ribuan Warga Myanmar Kembali Demo Menentang Kudeta

Setelah berhasil mendapat uang Fa dan Lao pindah ke kota lain. Melakukan hal yang sama. Suatu hari mereka pindah ke  Kota Zhengzhou, Henan. Pasangan ini mulai membunuh korbannya di sini. Rupanya ia tidak berhasil memeras. Maka Fa-Lao membunuhnya.

Mereka lalu menggunakan identitas korban untuk mendatangi rumah korban. Istri korban percaya saja. Mereka dipersiapkan masuk rumah. Di dalam rumah itulah mereka membunuh istri korban. Lalu merampok. Ternyata masih  ada anak kecil di rumah itu. Seorang gadis kecil. Sekalian saja dibunuh.

Fa dan Lao pindah kota lagi. Mereka mencari mangsa lagi. Dengan cara yang sama. Total sampai 7 orang yang mereka bunuh. Belum lagi yang diperas tanpa perlu dibunuh. Di hari lain mereka kena batunya. Yakni saat di Kota Hefei, kota terbesar di Provinsi Anhui.

Mereka berhasil mendapat mangsa. Korban disekap di kamar apartemen sewaan. Fa lantas menghubungi istri korban. Minta tebusan untuk sang suami. Si istri menyanggupi menyerahkan uang 10.000 yuan. Sekitar Rp20 juta. Maka Fa datang ke rumah korban. Si istri rupanya sudah mengontak polisi.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari