Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Siap Produksi Massal Obat Covid-19

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sejak Maret, Universitas Airlangga (Unair) menempuh jalan panjang demi menemukan obat Covid-19. Dari lima kombinasi obat yang berhasil ditemukan peneliti universitas tersebut, tiga di antaranya sudah tuntas melalui uji klinis. Hasilnya, jalan panjang itu berujung kabar gembira. Bersama TNI AD dan Badan Intelijen Negara (BIN), mereka berani menyatakan sudah menemukan obat Covid-19 pertama di dunia.
 
Tidak sedikit pun tampak keraguan di wajah Rektor Unair Mohammad Nasih saat menyampaikan kabar tersebut di Markas Besar TNI AD (Mabesad), Sabtu (15/8). Dia sangat percaya diri berujar di hadapan ratusan pasang mata yang menyaksikan langsung dirinya berbicara di hadapan awak media. Kalau ada isu di luaran, bikin obat kok kayak bikin tahu saja, itu tidak benar, tegasnya. 
 
Setidaknya, perlu setengah tahun sampai dirinya berani mengumumkan temuan obat Covid-19 tersebut. Peneliti yang terlibat dipastikan tidak sembarangan mengambil kesimpulan. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair itu menyatakan, tiga kombinasi obat mereka uji klinis satu bulan penuh. Jumlah pasien positif Covid-19 yang terlibat dalam uji klinis itu mencapai 754 orang. Angka itu melampaui jumlah minimum pasien uji klinis yang sudah diatur pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yakni sebanyak 696 orang.
 
Seluruh pasien yang terlibat uji klinis tersebut adalah prajurit TNI AD yang tengah menempuh pendidikan di Sekolah Calon Perwira (Secapa), Bandung, Jawa Barat. Bulan lalu, kabar mengejutkan datang dari institusi pendidikan matra darat itu. Lebih dari seribu siswa mereka dinyatakan positif Covid-19. Menjadikan Secapa sebagai klaster baru penularan Covid-19 di Kota Kembang.
 
Tidak tanggung, jumlah total pasien Covid-19 dari klaster itu mencapai 1.308 orang. Siapa sangka dari klaster tersebut ditemukan obat untuk penyakit yang kali pertama muncul di Cina. Tidak heran, Nasih turut mengapresiasi TNI AD dan BIN yang memberi akses kepada Unair untuk melaksanakan uji klinis terhadap ratusan pasien di Secapa. Ini akan menjadi obat Covid-19 pertama di dunia, kata Nasih disambut riuh tepuk tangan.
Tiga kombinasi obat yang diuji klinis oleh Unair terdiri atas Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline, serta satu kombinasi obat lainnya Hydroxychloroquine dan Azithromycin. Menurut Nasih, obat-obat itu secara tunggal sudah dipakai peneliti di berbagai negara. Yang ternyata setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik, bebernya.
 
Efektivitas obat Covid-19 yang ditemukan oleh Unair, sambung dia, ada yang mencapai 98 persen. Angka itu membuat dirinya semakin yakin bahwa kerja sama institusinya dengan TNI AD dan BIN tidak percuma. Tidak ada celah yang kemudian bisa menghalangi (obat) ini untuk berlanjut pada proses berikutnya, kata dia. 
 
Proses yang dimaksud oleh Nasih adalah produksi secara massal. Hasil uji klinis yang telah dilakukan menunjukan bahwa obat Covid-19 itu siap dipakai kepada pasien Covid-19. Baik yang masuk kategori ringan, sedang, maupun berat. Hanya ada satu catatan saja. Obat Covid-19 itu tidak cocok untuk pasien yang sudah ditangani menggunakan ventilator atau alat bantu pernapasan. Untuk diproduksi massal, Unair, TNI AD, dan BIN tinggal menunggu izin produksi dan edar dari BPOM.
 
Nasih berharap, semua pihak mendukung produksi massal obat tersebut. Bila tidak, bukan tidak mungkin dalam satu atau dua bulan ke depan temuan yang sudah dipastikan efektif sebagai obat Covid-19 itu bakal disalip temuan lain dari luar negeri. Kalau sudah begitu, maka siapa sesungguhnya yang tidak memiliki rasa nasionalisme dan nggak punya etika penanganan Covid-19 ini, ujarnya.
 
Nasih percaya obat Covid-19 yang sampai kemarin belum diberi nama itu bisa menjadi salah satu solusi pagebluk virus corona di Tanah Air. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa pun menyampaikan hal sama. Upaya bersama Unair, TNI AD, dan BIN mendapat dukungan. Dengan begitu, produksi massal obat tersebut bisa dilakukan. Dia mengakui, pasti butuh dana untuk hal itu. Namun, pemerintah tidak akan rugi.
 
Pejabat yang juga dipercaya sebagai wakil ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu menyampaikan, Erick Thohir sudah mengetahui keberadaan obat Covid-19 yang diumumkan kemarin. Dan beliau mendukung proses produksinya, terang dia. Karena itu, dalam acara kemarin turut hadir pimpinan PT Kimia Farma. Selain BUMN tersebut, lembaga farmasi milik TNI AD dan Polri juga dipastikan terlibat.
 
Tidak hanya itu, Andika menyatakan, timnya terbuka bila ada pihak-pihak lain yang ingin membantu memproduksi obat tersebut. Termasuk perusahaan non pelat merah atau swasta. Urusan izin produksi dan izin edar, dia yakin semua segera tuntas. Rabu (19/8) dia bakal bertemu ketua BPOM untuk membahas hal tersebut. Bukan memaksa, dia menyatakan, BPOM juga mengikuti tahap uji klinis yang dilakukan di Secapa.
 
Karena itu, Andika optimistis, BPOM juga memiliki semangat yang sama untuk segera memberi izin produksi dan izin edar obat Covid-19 tersebut. Kalau bisa dalam waktu seminggu jadi, lebih bagus. Kita butuh solusi cepat, tegasnya. Namun demikian, produksi massal obat itu tetap menyesuaikan anggaran dari pemerintah. Walau belum tahu berapa dana yang bakal dikuncurkan, dia yakin pemerintah mengalokasikan untuk obat itu.
 
Sampai kemarin, Andika belum bisa menyebut, berapa banyak obat Covid-19 tersebut akan diproduksi. Dia hanya memastikan, PT Kimia Farma bersama TNI AD dan Polri sudah siap memproduksi. Obat berbentuk tablet itu, lanjut mantan panglima Kostrad tersebut, adalah jawaban harapan masyarakat. Selain pemerintah, dia juga berharap Komisi I DPR yang menjadi mitra instansinya ikut mendukung.
 
Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengakui, pihaknya bangga dan senang lantara kerja keras TNI AD bersama Unair dan BIN membuahkan hasil yang sesuai harapan. Harapan kami setelah laporan uji klinis fase ketiga masuk, pemerintah dapat dengan cepat menindaklanjuti, imbuhnya. 
Menurut dia, temuan obat Covid-19 yang diumumkan kemarin merupakan langkah signifikan dalam upaya memerangi Covid-19. Di samping angka-angka yang menunjukkan efektivitas obat Covid-19 tersebut, keberhasilan TNI AD menyembuhkan seribu lebih pasien Covid-19 dalam tempo kurang lebih sebulan menjadi salah satu bukti nyata. Dari total 1.308 pasien Covid-19 yang di Secapa yang kemarin dinyatakan sembuh, 754 di antara mereka mampu melawan penyakit tersebut berkat kombinasi obat yang diberikan peneliti Unair.
 
Purwanti, ketua tim uji klinis yang juga dokter perwakilan dari Unair menyatakan, sejauh ini obat tersebut efektif menyembuhkan pasien Covid-19 dengan resep diminum dua kali sehari. Meski hanya diuji klinis kepada pasien usia 18 tahun ke atas, dia percaya, dengan dosis tertentu obat itu bisa saja digunakan pasien usia 18 tahun ke bawah. Untuk itu, dia juga meyakinkan bahwa obat tersebut tinggal menunggu izin produksi dan edar saja.
 
Jika sudah mendapat izin tersebut dari BPOM, produksi bisa segera dilakukan. Kemudian pemerintah bisa memberikan obat tersebut kepada pasien Covid-19 di seluruh Indonesia. Purwanti memastikan, efek samping obat tersebut tidak berbahaya bagi pasien. Kekhawatiran efek samping pada organ seperti jantung, ginjal, dan liver pasien sudah diperiksa dan hasilnya tidak ada masalah. Jadi, relatif aman untuk dipakai, ujarnya.
 
Angka Positif Bertambah Signifikan
Hingga Sabtu  (15/8), kasus positif di Indonesia bertambah cukup signifikan, yakni 2.345 orang menjadikan total kasus positif menjadi 137.468 orang. Diiringi kasus kesembuhan 1.703 orang sehingga total kasu sembuh mencapai 91.321 orang. Kemudian kasus kematian bertambah 50 orang menjadi 6.071 orang.
 
Jumlah pasien aktif bertambah dari sehari sebelumnya 39.484 menjadi 40.076. Prosentase kesembuhan masih stabil di angka 66,4 persen sementara prosentase kematian sedikit menurun ke angka 4,4 persen.
 
Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa sejauh ini 65 persen keberhasilan penanganan Covid-19 adalah di bidang sosialisasi dan pendidikan ke publik.  Peran komunikasi publik adalah hal yang sangat mendasar.
Doni mengatakan, proses seseorang terpapar Covid karena tertular yang membawa, yaitu manusia.  Maka satu-satunya cara untuk memutus rantai penularan kata Doni adalah kedisiplinan masyarakat. Kalau kita bisa melakukan perilaku hanya dengan disiplin, disiplin dan disiplin serta patuh pada protokol kesehatan maka kita akan mampu memutus mata rantai penularan, ujar Doni kemarin.
 
Dalam setiap kelompok masyarakat, kata Doni harus ada satu dua orang yang berani menyampaikan pesan ajakan untuk melaksanakan protokol kesehatan. Kalau bisa melindungi diri sendiri mengajak melindungi sesama. Kita telah menjadi bagian dari pahlawan-pahlawan kemanusiaan, jelasnya.
 
Menurut Doni, perubahan perilaku disiplin protokol kesehatan akan menjadi kekuatan masyarakat, sebab hingga hari ini belum ditemukan obat Covid-19. Karena sampai hari ini obat COVID-19 belum ada. Vaksin pun baru bisa efektif beberapa bulan ke depan. Sehingga ada banyak kejadian yang mungkin terjadi menjelang vaksin diberikan kepada masyarakat, jelas Doni.
Doni menambahkan, bahwa kekuatan masyarakat dapat menjadi ujung tombak dalam upaya memerangi penyebaran dan penularan COVID-19. 
 
Menurut Doni, dokter dan para tenaga medis lainnya harus menjadi benteng pertahanan yang terakhir. Sehingga dalam hal ini berarti masyarakat yang harus menjadi pelopor pencegahan penularan virus dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.Kekuatan masyarakat harus menjadi ujung tombak. Sementara tenaga kesehatan, dokter dan perawat harus menjadi benteng terakhir. Jangan sampai kita kehilangan mereka lagi, tegas Doni.(ayu/syn/tau/das)
 
Laporan: JPG (Jakarta)
Baca Juga:  Gubernur Jabar Ajukan PSBB Untuk 5 Wilayah
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sejak Maret, Universitas Airlangga (Unair) menempuh jalan panjang demi menemukan obat Covid-19. Dari lima kombinasi obat yang berhasil ditemukan peneliti universitas tersebut, tiga di antaranya sudah tuntas melalui uji klinis. Hasilnya, jalan panjang itu berujung kabar gembira. Bersama TNI AD dan Badan Intelijen Negara (BIN), mereka berani menyatakan sudah menemukan obat Covid-19 pertama di dunia.
 
Tidak sedikit pun tampak keraguan di wajah Rektor Unair Mohammad Nasih saat menyampaikan kabar tersebut di Markas Besar TNI AD (Mabesad), Sabtu (15/8). Dia sangat percaya diri berujar di hadapan ratusan pasang mata yang menyaksikan langsung dirinya berbicara di hadapan awak media. Kalau ada isu di luaran, bikin obat kok kayak bikin tahu saja, itu tidak benar, tegasnya. 
 
Setidaknya, perlu setengah tahun sampai dirinya berani mengumumkan temuan obat Covid-19 tersebut. Peneliti yang terlibat dipastikan tidak sembarangan mengambil kesimpulan. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair itu menyatakan, tiga kombinasi obat mereka uji klinis satu bulan penuh. Jumlah pasien positif Covid-19 yang terlibat dalam uji klinis itu mencapai 754 orang. Angka itu melampaui jumlah minimum pasien uji klinis yang sudah diatur pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yakni sebanyak 696 orang.
 
Seluruh pasien yang terlibat uji klinis tersebut adalah prajurit TNI AD yang tengah menempuh pendidikan di Sekolah Calon Perwira (Secapa), Bandung, Jawa Barat. Bulan lalu, kabar mengejutkan datang dari institusi pendidikan matra darat itu. Lebih dari seribu siswa mereka dinyatakan positif Covid-19. Menjadikan Secapa sebagai klaster baru penularan Covid-19 di Kota Kembang.
 
Tidak tanggung, jumlah total pasien Covid-19 dari klaster itu mencapai 1.308 orang. Siapa sangka dari klaster tersebut ditemukan obat untuk penyakit yang kali pertama muncul di Cina. Tidak heran, Nasih turut mengapresiasi TNI AD dan BIN yang memberi akses kepada Unair untuk melaksanakan uji klinis terhadap ratusan pasien di Secapa. Ini akan menjadi obat Covid-19 pertama di dunia, kata Nasih disambut riuh tepuk tangan.
Tiga kombinasi obat yang diuji klinis oleh Unair terdiri atas Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline, serta satu kombinasi obat lainnya Hydroxychloroquine dan Azithromycin. Menurut Nasih, obat-obat itu secara tunggal sudah dipakai peneliti di berbagai negara. Yang ternyata setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik, bebernya.
 
Efektivitas obat Covid-19 yang ditemukan oleh Unair, sambung dia, ada yang mencapai 98 persen. Angka itu membuat dirinya semakin yakin bahwa kerja sama institusinya dengan TNI AD dan BIN tidak percuma. Tidak ada celah yang kemudian bisa menghalangi (obat) ini untuk berlanjut pada proses berikutnya, kata dia. 
 
Proses yang dimaksud oleh Nasih adalah produksi secara massal. Hasil uji klinis yang telah dilakukan menunjukan bahwa obat Covid-19 itu siap dipakai kepada pasien Covid-19. Baik yang masuk kategori ringan, sedang, maupun berat. Hanya ada satu catatan saja. Obat Covid-19 itu tidak cocok untuk pasien yang sudah ditangani menggunakan ventilator atau alat bantu pernapasan. Untuk diproduksi massal, Unair, TNI AD, dan BIN tinggal menunggu izin produksi dan edar dari BPOM.
 
Nasih berharap, semua pihak mendukung produksi massal obat tersebut. Bila tidak, bukan tidak mungkin dalam satu atau dua bulan ke depan temuan yang sudah dipastikan efektif sebagai obat Covid-19 itu bakal disalip temuan lain dari luar negeri. Kalau sudah begitu, maka siapa sesungguhnya yang tidak memiliki rasa nasionalisme dan nggak punya etika penanganan Covid-19 ini, ujarnya.
 
Nasih percaya obat Covid-19 yang sampai kemarin belum diberi nama itu bisa menjadi salah satu solusi pagebluk virus corona di Tanah Air. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa pun menyampaikan hal sama. Upaya bersama Unair, TNI AD, dan BIN mendapat dukungan. Dengan begitu, produksi massal obat tersebut bisa dilakukan. Dia mengakui, pasti butuh dana untuk hal itu. Namun, pemerintah tidak akan rugi.
 
Pejabat yang juga dipercaya sebagai wakil ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu menyampaikan, Erick Thohir sudah mengetahui keberadaan obat Covid-19 yang diumumkan kemarin. Dan beliau mendukung proses produksinya, terang dia. Karena itu, dalam acara kemarin turut hadir pimpinan PT Kimia Farma. Selain BUMN tersebut, lembaga farmasi milik TNI AD dan Polri juga dipastikan terlibat.
 
Tidak hanya itu, Andika menyatakan, timnya terbuka bila ada pihak-pihak lain yang ingin membantu memproduksi obat tersebut. Termasuk perusahaan non pelat merah atau swasta. Urusan izin produksi dan izin edar, dia yakin semua segera tuntas. Rabu (19/8) dia bakal bertemu ketua BPOM untuk membahas hal tersebut. Bukan memaksa, dia menyatakan, BPOM juga mengikuti tahap uji klinis yang dilakukan di Secapa.
 
Karena itu, Andika optimistis, BPOM juga memiliki semangat yang sama untuk segera memberi izin produksi dan izin edar obat Covid-19 tersebut. Kalau bisa dalam waktu seminggu jadi, lebih bagus. Kita butuh solusi cepat, tegasnya. Namun demikian, produksi massal obat itu tetap menyesuaikan anggaran dari pemerintah. Walau belum tahu berapa dana yang bakal dikuncurkan, dia yakin pemerintah mengalokasikan untuk obat itu.
 
Sampai kemarin, Andika belum bisa menyebut, berapa banyak obat Covid-19 tersebut akan diproduksi. Dia hanya memastikan, PT Kimia Farma bersama TNI AD dan Polri sudah siap memproduksi. Obat berbentuk tablet itu, lanjut mantan panglima Kostrad tersebut, adalah jawaban harapan masyarakat. Selain pemerintah, dia juga berharap Komisi I DPR yang menjadi mitra instansinya ikut mendukung.
 
Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengakui, pihaknya bangga dan senang lantara kerja keras TNI AD bersama Unair dan BIN membuahkan hasil yang sesuai harapan. Harapan kami setelah laporan uji klinis fase ketiga masuk, pemerintah dapat dengan cepat menindaklanjuti, imbuhnya. 
Menurut dia, temuan obat Covid-19 yang diumumkan kemarin merupakan langkah signifikan dalam upaya memerangi Covid-19. Di samping angka-angka yang menunjukkan efektivitas obat Covid-19 tersebut, keberhasilan TNI AD menyembuhkan seribu lebih pasien Covid-19 dalam tempo kurang lebih sebulan menjadi salah satu bukti nyata. Dari total 1.308 pasien Covid-19 yang di Secapa yang kemarin dinyatakan sembuh, 754 di antara mereka mampu melawan penyakit tersebut berkat kombinasi obat yang diberikan peneliti Unair.
 
Purwanti, ketua tim uji klinis yang juga dokter perwakilan dari Unair menyatakan, sejauh ini obat tersebut efektif menyembuhkan pasien Covid-19 dengan resep diminum dua kali sehari. Meski hanya diuji klinis kepada pasien usia 18 tahun ke atas, dia percaya, dengan dosis tertentu obat itu bisa saja digunakan pasien usia 18 tahun ke bawah. Untuk itu, dia juga meyakinkan bahwa obat tersebut tinggal menunggu izin produksi dan edar saja.
 
Jika sudah mendapat izin tersebut dari BPOM, produksi bisa segera dilakukan. Kemudian pemerintah bisa memberikan obat tersebut kepada pasien Covid-19 di seluruh Indonesia. Purwanti memastikan, efek samping obat tersebut tidak berbahaya bagi pasien. Kekhawatiran efek samping pada organ seperti jantung, ginjal, dan liver pasien sudah diperiksa dan hasilnya tidak ada masalah. Jadi, relatif aman untuk dipakai, ujarnya.
 
Angka Positif Bertambah Signifikan
Hingga Sabtu  (15/8), kasus positif di Indonesia bertambah cukup signifikan, yakni 2.345 orang menjadikan total kasus positif menjadi 137.468 orang. Diiringi kasus kesembuhan 1.703 orang sehingga total kasu sembuh mencapai 91.321 orang. Kemudian kasus kematian bertambah 50 orang menjadi 6.071 orang.
 
Jumlah pasien aktif bertambah dari sehari sebelumnya 39.484 menjadi 40.076. Prosentase kesembuhan masih stabil di angka 66,4 persen sementara prosentase kematian sedikit menurun ke angka 4,4 persen.
 
Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa sejauh ini 65 persen keberhasilan penanganan Covid-19 adalah di bidang sosialisasi dan pendidikan ke publik.  Peran komunikasi publik adalah hal yang sangat mendasar.
Doni mengatakan, proses seseorang terpapar Covid karena tertular yang membawa, yaitu manusia.  Maka satu-satunya cara untuk memutus rantai penularan kata Doni adalah kedisiplinan masyarakat. Kalau kita bisa melakukan perilaku hanya dengan disiplin, disiplin dan disiplin serta patuh pada protokol kesehatan maka kita akan mampu memutus mata rantai penularan, ujar Doni kemarin.
 
Dalam setiap kelompok masyarakat, kata Doni harus ada satu dua orang yang berani menyampaikan pesan ajakan untuk melaksanakan protokol kesehatan. Kalau bisa melindungi diri sendiri mengajak melindungi sesama. Kita telah menjadi bagian dari pahlawan-pahlawan kemanusiaan, jelasnya.
 
Menurut Doni, perubahan perilaku disiplin protokol kesehatan akan menjadi kekuatan masyarakat, sebab hingga hari ini belum ditemukan obat Covid-19. Karena sampai hari ini obat COVID-19 belum ada. Vaksin pun baru bisa efektif beberapa bulan ke depan. Sehingga ada banyak kejadian yang mungkin terjadi menjelang vaksin diberikan kepada masyarakat, jelas Doni.
Doni menambahkan, bahwa kekuatan masyarakat dapat menjadi ujung tombak dalam upaya memerangi penyebaran dan penularan COVID-19. 
 
Menurut Doni, dokter dan para tenaga medis lainnya harus menjadi benteng pertahanan yang terakhir. Sehingga dalam hal ini berarti masyarakat yang harus menjadi pelopor pencegahan penularan virus dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.Kekuatan masyarakat harus menjadi ujung tombak. Sementara tenaga kesehatan, dokter dan perawat harus menjadi benteng terakhir. Jangan sampai kita kehilangan mereka lagi, tegas Doni.(ayu/syn/tau/das)
 
Laporan: JPG (Jakarta)
Baca Juga:  Tiba di Soekarno-Hatta, Jenazah Eril Diserahkan pada Keluarga
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari