PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Seorang santri berinisial SAR (19) warga Kabupaten Indragiri Hilir terkonfirmasi positif corona (Covid-19), Rabu (29/4). Diketahui sang santri baru saja pulang dari Jawa Timur pada 12 April lalu. Dengan adanya penambahan tersebut, total pasien positif corona di Riau hingga saat ini menjadi 41 orang.
Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau, dr Indra Yopi mengatakan, SAR selama ini menuntut ilmu di Jawa Timur. Tepatnya di daerah Magetan.Setelah pulang ke Riau, yang bersangkutan menunjukkan gejala seperti penderita virus corona sehingga langsung dijadikan pasien dalam pengawasan (PDP) di RSUD Puri Husada Tembilahan. "Jadi kemungkinan pasien ini tertular di daerah Jawa Timur. Dinas Kesehatan juga sudah melakukan kontak tracing dengan siapa saja pasien ini pernah berkontak," katanya.
Saat ditanyakan apakah SAR pulang bersama rombongan santri Riau lainnya beberapa waktu lalu juga dari daerah Jawa? Indra Yopi mengatakan SAR pulang seorang diri.
"Namun sebelum pulang ke Riau, ia mengaku sempat berinteraksi dengan rekan santri lainnya di pondok pesantren AF. Di mana santri di pondok pesantren ini ada yang ditemukan positif corona," sebut Indra.
Dalam kesempatan itu, Indra juga menyampaikan update orang dalam pemantauan (ODP) di Riau yang saat ini totalnya mencapai 51.991 orang. Yang sudah selesai menjalani pemantauan sebanyak 39.482 sehingga yang masih berstatus ODP sebanyak 12.509.
"Untuk PDP total berjumlah 639 orang. Yang sudah selesai menjalani perawatan dan dinyatakan negatif 312, meninggal dunia 86 dan masih dirawat 241 orang. Pasien positif total 41, yang sudah sehat 15 dan yang meninggal dunia empat pasien," jelasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, dari 41 pasien positif corona di Riau, jika dilihat berdasarkan umur, yang paling banyak terinfeksi corona yakni usia 40-60 tahun dengan total 18 orang. Kemudian 18-40 tahun 11 orang dan 60 tahun ke atas delapan orang.
"Sedangkan untuk PDP, jika dikategorikan dalam kelompok umur, umur 18-40 tahun yang paling banyak. Yakni mencapai 227 orang, 40-60 tahun 208 orang, 60 tahun ke atas 112 orang dan 5-18 tahun 40 orang," jelasnya.
PDP Bengkalis Bertambah Satu
PDP Covid-19 di Kabupaten Bengkalis kembali bertambah 1 orang, sehingga secara kumulatif tercatat 38 orang, Rabu (29/4). Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Johansyah Syafri, mengatakan PDP baru tersebut dari Kecamatan Bukit Batu.
"Perempuan, inisialnya NI (44). Saat ini dirawat di RSUD Bengkalis. NI mulai dirawat Selasa kemarin," jelas Johan.
Ditambahkannya, sebelum dirawat NI tidak memiliki riwayat perjalanan ke wilayah terjangkit. Misalnya ke Kota Pekanbaru atau Dumai yang saat ini sudah menjadi zona merah (Covid-19) atau wilayah terjangkit.
"Hanya memiliki riwayat kontak dengan anaknya yang baru pulang dari Kota Batam (Kepulauan Riau)," imbuhnya, seraya mengatakan total PDP tercatat dari Bukit Batu ini menjadi 2 orang
Dijelaskan, dengan tercatatnya NI sebagai PDP baru, maka PDP yang saat ini menjalani perawatan ada 11 orang.
"9 orang di RSUD Bengkalis, 1 di RSUD Mandau, dan 1 lagi di RS Awal Bros Pekanbaru," katanya.
Sementara itu secara kumulatif ODP Covid-19 di daerah Bengkalis meningkat dibandingkan sehari sebelumnya yang berjumlah 5.447 orang.
"Hari ini (kemarin, red) menjadi 5.496 atau bertambah 49 orang. Meningkatan tak sampai 1,00 persen. Hanya 0,90 persen," ujarnya.
Satu hal yang menggembirakan, kata Johan, jumlah ODP yang benar-benar ODP atau dalam proses pemantauan karena menjalani karantina mandiri, terus menurun.
"Dibanding angka kemarin sebanyak 1.271 orang, hari ini (Rabu, red) menyusut sebanyak 65 orang atau berkurang 5,11 persen menjadi 1.206 orang. Atau sekitar 22,00 persen dari total ODP tercatat," imbuhnya.
Pekanbaru Dinilai Belum Pas Terapkan PSBB
Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Pekanbaru akan memasuki tahap dua yang akan dilaksanakan hingga 14 Mei mendatang. PSBB Pekanbaru tahap satu berakhir hari ini (30/4). Penerapan PSBB ini menimbulkan berbagai kontroversi di tengah-tengah masyarakat. Bahkan PSBB dianggap belum tepat diterapkan di Kota Pekanbaru.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Riau Bidang Perdagangan Investasi Logistik H Iva Desman SE MBA. Ia menilai, Pekanbaru belum tepat diterapkan PSBB. Menurutnya Pemko Pekanbaru terkesan tergesa-gesa dalam melaksanakan hal itu, sehingga masyarakat juga tidak siap. Selain itu, Pemko juga belum siap dalam memenuhi keperluan pangan masyarakat selama PSBB berlangsung. Terlebih, sebelum PSBB ekonomi masyarakat telah limbung. Apalagi setelah diterapkannya PSBB.
"Pekanbaru ini belum perlu PSBB. Ini terlalu cepat. Konsekuensinya bisa kita lihat saat ini, ada banyak gejolak di masyarakat, penolakan bantuan oleh RT/RW, dan lain-lain," katanya.
Iva memaparkan, saat sebuah kota siap melaksanakan PSBB, kota tersebut harus bisa memprediksi kapan wabah berakhir, dan PSBB bisa menekan angka penularan. Ia juga mengatakan, PSBB yang tergesa-gesa berakibat pada munculnya perpanjangan PSBB. Selain itu, Iva menjelaskan PSBB ini adalah upaya yang baik untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Ekonomi yang telah limbung sejak sebelum PSBB diterapkan, serta kebijakan pemerintah setelah menerapkan PSBB, berdampak sangat besar di bidang ekonomi masyarkat. Penutupan berbagai usaha, restoran, dan penyekatan jalan dilihat dari segi ekonomi sangat mengganggu perekonomian masyarakat. Dikatakannya ratusan orang terkena pemutusan hubungan kerja, kurangnya pemasukan, dan masalah-masalah lain. Belum lagi pemerintah belum bisa memenuhi keperluan pangan masyarakat terdampak Covid-19.
"Tidak dapat dipungkiri, nanti ini bisa menimbulkan tindakan kriminal di tengah-tengah pandemi. Keperluan masyarakat yang harus dipenuhi, sementara pemasukan berkurang bahkan ada yang tidak ada bisa memicu tindak kriminal," ungkapnya.
Oleh karena itu, Iva mengungkapkan pemerintah harus bertindak cepat dalam penanganan Covid-19 di bidang kesehatan. Selanjutnya, menurut Iva pemerintah juga harus menyalurkan bantuan tepat sasaran dan mencukupi jumlah masyarakat yang terdampak. Dia menambahkan PSBB ini perlu dikaji kembali, akankah Covid-19 bisa segera ditangani dengan dua tahap PSBB atau pemerintah hanya akan menambah masa PSBB di Pekanbaru.
"Kalau tidak bisa diatasai kriminalitas bisa jadi muncul karena keterpaksaan. Pemerintah harus bisa mengukur sampai kapan Covid-19 ini akan berlangsung," ujarnya.
Iva juga mengungkapkan keprihatinannya kepada masyarakat. Tak hanya masyarakat miskin yang terkena dampak Covid-19, para karyawan, industri jasa, transportasi, karyawan, dan lain-lain terkena pukulan hebat di tengah pandemi ini.
"Orang yang dulu tidak berkategori miskin, sekarang banyak yang menjadi miskin. Ini juga harus diperhatikan," jelasnya.(sol/esi/a)