PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pandemi virus corona (Covid-19) yang membuat semua roda perekonomian berhenti seperti sekarang, sangat berat dirasakan oleh koreografer senior Riau, Iwan Irawan Permadi. Bukan hanya bagi dirinya pribadi, tetapi karena dia mengelola sanggar yang di sana hidup puluhan orang yang banyak tergantung dari hidupnya sanggar tersebut.
Di Sanggar PLT Leksamana yang diasuhnya, kata Iwan, ada banyak orang yang tergabung baik sebagai penari, pemusik, dan sebagainya. Saat ini semua kegiatan terhenti total. Baik program pribadinya yang seharusnya keliling ke berbagai kota/kabupaten di riau.
Begitu juga dengan kegiatan sanggar yang sudah terprogram, tak jelas untuk tahun ini apakah bisa terlaksanana atau tidak. Biasanya tiap pekan, katanya, ada pemasukan atau orang minta tarian, yang membuat para pendukungnya ada pemasukan.
"Rasanya sulit diutarakan kondisi ini. Tapi sekarang ya sabar dan ikhlas saja," ujar lelaki kelahiran Bandung ini kepada Riaupos.co, Rabu (29/4/2020).
Meskipun begitu, dengan tetap mengikuti protokol pemerintah untuk tetap di rumah dalam memangkas persebaran corona, Iwan tetap berkarya. Saat ini dia sedang proses penciptaan tari Olang Kesumbo (Nyanyian Hutan) yang rencananya akan dipentaskan pada Juli nanti. Sayangnya, pementasan itu batal karena proses latihan terhenti. Dia tak tahu kapan akan dimulai lagi, menunggu berakhirnya wabah ini.
Salah satu program tari internasional Laksemana yakni pagelaran tari international tahunan, Pasar Tari Kontemporer (Pastakom) masih diragukan apakah bisa digelar tahun ini atau tidak.
"Tetapi saya berkarya secara tunggal dengan teman-teman koreografer Indonesia via medsos untuk tema Covid-19. Di YouTube juga ada. Tapi ini kegiatan idealis murni tanpa bantuan siapa pun," jelas Iwan lagi.
Dia mengakui, tanpa ada kegiatan dan pemasukan, secara ekonomi memang sulit. Apalagi selama ini sanggarnya juga membantu perekonomian para anggota dan pendukung kegiatannya. Namun dia paham, memang tak ada kegiatan kesenian yang jalan di mana pun.
Dalam kondisi seperti ini, katanya, peran Pemerintah Provinsi Riau mestinya terlihat bagi para seniman yang kebanyakan memang hidup dari seni itu dan hanya sedikit yang memiliki pekerjaan tetap lainnya.
"Namun, jujur saja, apakah pemerintah daerah ada berperan untuk seniman baik saat tidak ada bencana maupun ada bencana seperti sekarang ini? Entahlah…" ujarnya pesimis.
Menurutnya, mestinya Dinas Kebudayaan maupun Dinas Pariwisata sudah punya data base seniman di Riau, dan harusnya dinas-dinas tersebut bisa membantu para pekerja seni dalam kondisi sekarang ini.
"Padahal yang duduk di dinas terkait itu kan para seniman juga. Seharusnya mereka reaktif," katanya lagi.
Dijelaskannya, program yang ada justru dari Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa waktu yang lalu mereka via medsos mendata seniman-seniman Indonesia dan dia sudah kirim data, tapi sampai sekarang dia tak tahu kelanjutannya seperti apa.
Namun, pada program lain dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan itu ada seperti pentas secara daring dan sangat bagus untuk seni pertunjukan. Tapi itu diseleksi dan semua bersaing dengan para penari atau koreografer dari berbagai provinsi di Indonesia. Yang lolos sedikit.
"Pentasnya di rumah dengan mengajukan proposal dan diseleksi bsecara ketat. Saya lolos tapi belum ada kabar lanjutannya juga," jelas lelaki yang sudah mementaskan tarinya di penjuru dunia seperti di Prancis, Belgia, Jerman, Spanyol, Belanda, Italia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan beberapa negara lainnya tersebut.
Iwan bersyukur, Dewan Kesenian Riau (DKR) beberapa waktu lalu membagikan sembako untuk para seniman. Untuk bantuan dari pusat tak jelas juga bentuknya apa bentuknya. Jadi, katanya, kalau bantuan tersebut dibilang cukup atau tidak, itu persepsi masing-masing. Intinya, kata Iwan, bagi dia pribadi sebagai seniman, perhatian pemerintah itu tidak dilihat besar-kecil jumlahnya –karena pekerja seni sudah biasa prihatin– tapi ada dan serius.
"Yang utama pemerintah daerah hadirlah. Istilahnya, tengoklah kami para seniman ini.Dalam kondisi sekarang kan dinas terkait sudah ada data-data seniman di Riau mana yang masih berkarya mana yang tidak," ujarnya.
Menurut Iwan lagi, sekecil apa pun perhatian pemerintah, baik itu pusat maupun daerah, pasti membuat para seniman senang. Mereka merasa tidak ditinggalkan dan dilupakan dalam kondisi yang memang benar-benar berat ini bagi semua orang.
Laporan/Editor: Hary B Koriun