BEIJING (RIAUPOS.CO) – Para ilmuwan berlomba menguji vaksin virus corona atau Covid-19. Salah satunya dilakukan oleh ilmuwan militer China. Hingga saat ini, ilmuwan militer telah mengerjakan vaksin dan hasil uji klinis tahap pertama akan diumumkan akhir April.
Seorang Ahli Virologi di Laboratorium Kunci Negara Penyakit Pernapasan, Chen Ling, mengatakan uji coba tahap kedua dan ketiga akan membutuhkan ribuan subjek. Sehingga para ilmuwan berupaya melakukan uji coba berskala besar untuk menguji efektivitasnya.
Tak hanya di dalam China, tapi juga uji tes di negara-negara yang paling terpukul virus corona. Ini demi membantu hasil yang lebih cepat dan lebih akurat.
“Kami telah menguji, tapi tidak memiliki cukup kasus yang dikonfirmasi untuk pengujian vaksin lebih lanjut,” katanya seperti dilansir dari South China Morning Post, Kamis (2/4).
“Misalnya, jika kami menguji 10 ribu orang, tetapi hasilnya menunjukkan hanya 100 orang yang dapat mengembangkan kekebalan, bahwa 0,01 persen tidak cukup untuk membuktikan bahwa vaksin dapat digunakan di antara masyarakat umum,” katanya.
Chen Wei adalah seorang ahli epidemiologi dan virologi terkemuka dengan latar belakang Akademi Ilmu Kedokteran Militer. Dia mengatakan kepada surat kabar milik pemerintah China Daily bahwa jika hasil awal membuktikan bahwa vaksin itu aman dan menghasilkan efek yang diinginkan, China akan menguji keefektifannya di luar negeri.
Menurut Chen, banyak negara telah menyatakan minatnya untuk bekerja dengan tim penelitiannya untuk menguji vaksin rekombinan. Vaksin itu menggunakan virus atau bakteri yang tidak berbahaya untuk memperkenalkan bahan genetik patogen ke dalam tubuh untuk membangun kekebalan.
Jumlah kasus yang tercatat di Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat kini telah melampaui China. Seorang ahli vaksin yang berbasis di Shanghai, Tao Lina mengatakan akan lebih baik untuk melakukan tes klinis di negara-negara ini, atau negara maju lainnya seperti Inggris dan Jerman. Sebab dengan begitu efektivitas dan nilai pencapaian ilmiahnya akan lebih akurat.
Dia mengatakan AS kemungkinan tidak mau bekerja sama dengan China. Tetapi Beijing bisa mengujinya pada negara lain seperti Inggris.
Tahap pertama dari uji klinis untuk vaksin dimulai di Wuhan pada 16 Maret, dengan 108 sukarelawan menerima suntikan vaksin. Tes dimulai satu hari setelah Institut Kesehatan Nasional AS mengumumkan bahwa kemungkinan vaksin lain, yang dikembangkan oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular dan sebuah perusahaan bioteknologi, juga telah memulai uji klinis.
Ilmuwan militer AS juga telah mengerjakan vaksin yang sama bersama dengan peneliti sipil di seluruh dunia. Analis militer yang bermarkas di Beijing, Zhou Chenming mengatakan bahwa idealnya para ilmuwan Amerika akan bekerja dengan rekan-rekan China mereka untuk mengembangkan vaksin.
“Senjata terbaik untuk memerangi pandemi adalah operasi gabungan antara China dan AS, mengesampingkan masalah politik mereka,” kata Zhou.
“Sekarang seluruh dunia bukan hanya China atau AS tapi sama-sama menghadapi musuh bersama yakni Covid-19,” tegasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman