LAS VEGAS (RIAUPOS.CO) — Deontay Wilder terhunyung di pojok ring oleh pukulan bertubi-tubi Tyson Fury. Ronde ketujuh tersisa 1 menit 20 detik. Wajah juara dunia WBC kelas berat itu sudah bengap. Darah mengucur dari telinga kirinya.
Di tengah Fury melancarkan serangan, wasit Kenny Bayless tiba-tiba melerai keduanya. Dia lantas melambaikan tangan kanan tanda duel harus dihentikan. Fury seketika girang. Petinju Inggris itu mengepalkan kedua tangan ke udara lantas memeluk sang pelatih Javan ‘SugarHill’ Steward.
Wilder sendiri masih kebingungan. Dia mempertanyakan keputusan Bayless. Petinju 34 tahun itu merasa masih mampu melanjutkan duel. Tapi keputusan Bayless itu ternyata bermuara dari gerakan lempar handuk ke tengah ring asisten pelatih Wilder sendiri, Mark Breland. Melempar handuk ke tengah ring adalah tanda menyerah di laga tinju.
"Aku masih baik-baik saja. Tapi sudutku sudah terlanjur melempar handuk. Seandainya saja mereka tidak melakukannya. Aku masih siap dengan senjataku," ucap Wilder dilansir ESPN.
Dalam konferensi pers, pelatih kepala Wilder, Jay Deas, menyebut Breland mengambil keputusan sendiri saat melempar handuk. Tanpa persetujuan darinya. Deas merasa Wilder sebenarnya masih bisa bertahan. "Seharusnya itu tidak terjadi (melempar handuk). Jika menyerah, Wilder akan mengatakannya sendiri," ucap Deas.
Deas boleh tidak setuju. Tapi aksi Breland tersebut dinilai tepat oleh beberapa pengamat. Itu lantaran melihat kondisi Wilder yang sudah banyak mengeluarkan darah dari telinga. Tumpuan kakinya juga mulai tak seimbang.
Wilder kontan saat itu hanya tinggal bisa bertahan tanpa mampu balik melawan. "Breland tidak pantas sedikitpun mendapat kritik karena memikirkan keselamatan petinjunya," tulis Michael Woods, kolumnis senior tinju di Badlefthook. "Dia bisa mengalami trauma kepala parah jika duel diteruskan," tambahnya.
Wilder akhirnya mengakui juga Fury tampil lebih baik dari dirinya kemarin. "Bahkan yang terbaik pun juga bisa kalah. Aku tak mau membuat alasan. Aku akan kembali dengan lebih kuat lagi," ucap petinju berjuluk The Bronze Bomber tersebut.
Ini menjadi kekalahan pertama Wilder sepanjang karir. Rekornya kini menjadi 42 menang (41 KO), sekali kalah, dan sekali draw. Di lain sisi, Fury meneruskan rekor sempurnanya. Tak terkalahkan di 30 laga sepanjang karir. "Sang raja telah kembali ke takhtanya," tegas Fury dilansir ESPN.
Ini menjadi kali pertama bagi petarung 31 tahun tersebut menyabet lagi sabuk juara dunia kelas berat setelah empat tahun. Fury mengalami masa kelam dalam karir tinjunya pada Oktober 2016.
Saat itu tiga sabuk juara dunia mayor miliknya yakni WBA, WBO, dan IBF dilucuti paksa gara-gara dia mengalami depresi dan ketergantungan obat terlarang. Lisensi tinjunya saat itu bahkan sempat dicabut federasi tinju Inggris.
Kemarin Fury membuktikan kemampuan tinjunya telah kembali ke puncak. Sama seperti saat dia merebut sabuk juara dunia kali pertama dari tangan Wladimir Klitschko pada November 2015 silam.
Fury juga membuktikan ucapannya untuk tampil agresif sejak awal. Wilder terus dia bombardir dengan pukulan kombinasi. Di terus maju mendekati Wilder. Berbeda dengan penampilanya di duel pertama keduanya pada 1 Desember 2018. Saat itu Fury lebih banyak menjaga jarak dari Wilder.(irr/jpg)