JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Imbas melambatnya perdagangan Cina akibat wabah korona akan memukul ekspor minyak kelapa sawit dan minyak nabati RI. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan negara pengimpor terbesar crude palm oil (CPO) RI itu mengurangi demand. Gapki berharap fenomena tersebut tidak berlangsung lama.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono berharap aktivitas perekonomian Cina bisa secepatnya pulih. Sebab, nanti wabah korona juga berdampak pada perdagangan komoditas lain. Bukan hanya kelapa sawit. Ekspor komoditas minyak mentah dan baja pun terancam turun.
"Kalau terjadi slowing down, kan demand-nya turun. Untuk sementara, proses ini bakal melambat. Tapi, saya yakin Cina akan serius menangani semua ini,” ujar Joko, Selasa (18/2).
Sejauh ini, menurut Joko, Gapki belum bisa memastikan besarnya penurunan ekspor ke Cina. Sebab, faktor harga juga menentukan kinerja ekspor kelapa sawit ke Cina.
"Kan Cina sangat pragmatis terhadap harga. Karena harga kita lebih murah daripada crude oil, belinya banyak," ungkap Joko.
Cina merupakan salah satu importir terbesar hasil perkebunan RI. Tahun lalu ekspor minyak kelapa sawit dan minyak nabati ke Negeri Panda itu mencapai 6 juta ton. Ekspor produk-produk perkebunan lain mencapai 11 juta ton.
Berdasar data United States Department of Agriculture (USDA), produksi CPO Indonesia pada 2018 mencapai 41,5 juta ton, lalu meningkat menjadi lebih dari 50 juta ton tahun lalu. Peningkatan produksi tersebut didorong bertambah luasnya lahan perkebunan sawit di tanah air menjadi sekitar 14 juta hektare.
Berdasar data USDA, konsumsi minyak sawit domestik pada 2019 mencapai 12,75 juta ton. Atau, sekitar 17 persen dari total konsumsi dunia yang mencapai 74,48 juta ton. Jumlah itu meningkat sekitar 1 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Joko menuturkan, produksi minyak sawit tahun ini masih tumbuh, tetapi tidak lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun lalu produksi minyak sawit Indonesia tumbuh menjadi 51,8 juta ton dari 2018.
"Menurut para ahli, faktor musim kering tahun lalu bisa berdampak pada produksi minimal 8 bulan sampai 1,5 tahun terhadap produksi berikutnya. Jadi, kalau benar musim kering faktor yang signifikan, produksi tahun ini bisa terpengaruh," papar Joko.
Gapki menyatakan, pengaruh rendahnya harga sawit pada dua tahun terakhir membuat pelaku usaha, termasuk petani, mengurangi pemupukan. Padahal, pengurangan pupuk berpengaruh pada produksi hingga dua tahun berikutnya.
"Kalau dua faktor itu berpengaruh, mungkin tahun ini produksinya turun," jelas Joko.
TREN PRODUKSI CPO INDONESIA (2019)
Keterangan | Volume
Crude palm oil (CPO) | 47,18 juta ton
Palm kernel oil (PKO) | 4,6 juta ton
Total | 51,8 juta ton
TIGA NEGARA TUJUAN EKSPOR UTAMA CPO RI (2019)
Negara : Volume
Cina : 6 juta ton
India : 4,8 juta ton
Uni Eropa : 4,6 juta ton
Sumber: Gapki