PANGKALANKERINCI (RIAUPOS.CO) – Konflik antara manusia dan harimau di Kabupaten Pelalawan kembali terulang. Satwa liar yang dikenal dengan bahasa latin Panthera Tigris Sumatrae tersebut menyerang seorang pekerja perawatan bibit akasia di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Arara Abadi (AA) Desa Pulau Muda, Sabtu (17/8).
Korban bernama Jali (40) ini diserang ketika sedang tidur dalam kamp, Sabtu (17/8) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB lalu. Beruntung nyawa, warga asal Tanjung Balai itu dapat terselamatkan setelah dilarikan ke klinik dan dirujuk di RSUD Selasih, Pangkalankerinci. Namun, Jali mengalami luka robek di bagian kepala.
Informasi yang berhasil dirangkum Riau Pos dari Polres Pelalawan dan Polsek Teluk Meranti menyebutkan, kasus penyerangan ini bermula saat korban Jali yang merupakan pekerja subkontraktor perusahaan Sinar Mas Group, tengah tertidur pulas bersama temannya di tengah hutan akasia di Kamp Pelun B, Desa Pulau Muda.
Para pekerja tersebut kelelahan setelah bekerja seharian merawat tanaman bibit akasia milik PT Arara Abadi. Namun, korban yang masih di bawah alam sadar (tidur, red), tidak menyadari diincar oleh harimau sumatera yang tiba-tiba datang menyerangnya. Korban baru tersadar setelah merasakan sakit dan perih di bagian kepala yang banyak mengeluarkan darah akibat cakaran kuku tajam harimau tersebut.
Korban yang spontan terbangun dari tidurnya, langsung bergegas membangunkan rekannya bernama Abu Bakar alias Meling (27). Kemudian, korban meminta rekannya untuk melihat luka pada bagian kepalanya. Abu Bakar sangat terkejut dan takut melihat luka robek di bagian kepala korban.
Abu Bakar pun membangunkan rekan lainnya yang sedang tidur di dalam kamp tersebut. Namun, sontak teman-temannya juga ikut terkejut melihat kepala korban Jali telah berlumuran darah segar. Alhasil, para pekerja ini pun keluar untuk memeriksa sekeliling kamp dengan menggunakan senter dan sejumlah benda tajam.
Tapi, mereka tidak melihat hewan atau mahluk apapun di sekitarnya yang telah menyerang korban. Karena korban yang mengalami luka robek di kelapa dan terus mengeluarkan darah, maka para pekerja ini pun membawa korban Jali ke Klinik Mandiri Bidan Yuni dengan menggunakan pompong.
Tapi, karena kondisi luka koban yang parah di bagian kepala, sehingga Bidan Yuni tidak sanggup menangani. Alhasil, para pekerja ini kembali membawa korban ke Klinik Bidan Neli mengunakan sepeda motor. Hasilnya juga sama, sang bidan juga tidak sanggup menangani luka tersebut.
Namun, setelah mendapat pertolongan pertama, korban dirujuk ke RSUD Selasih Pangkalankerinci, Sabtu (17/8) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Kapolres Pelalawan, AKBP Afrizal Asri SIK ketika dikonfirmasi Riau Pos, Ahad (18/8) melalui Kasi Humas AKP Edy Haryanto membenarkan adanya dugaan pekerja PT AA yang diserang harimau tersebut.
“Ya, setelah mendapat laporan ada pekerja PT Arara Abadi diserang harimau, personel Polsek Teluk Meranti dan anggota bhabinkamtibmas bersama BKO Brimob yang bertugas di PT Arara Abadi langsung turun ke lokasi kejadian. Hasilnya, ditemukan adanya bekas jejak yang diduga jejak harimau berukuran sedang di seputaran lokasi kamp,” terang Kasi Humas Edy.
Mantan Kapolsek Teluk Meranti ini menambahkan, dengan temuan jejak ini, maka diduga adanya penyerangan seekor harimau terhadap pekerja perawatan bibit akasia di Desa Pulau Muda. Selanjutnya dilakukan koordinasi dengan pihak Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
“Jadi, saat ini, korban masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Selasih. Dan kami juga sudah melakukan koordinasi dengan BBKSDA Riau agar segera menangani harimau yang telah menyerang pekerja tersebut,” ujarnya.
Sebelumnya, masyarakat di Kabupaten Pelalawan juga telah dihebohkan dengan beredarnya video di media sosial yang memperlihatkan empat ekor harimau sumatera melintas di areal salah satu perusahaan di Pelalawan. Namun, hingga saat ini, keberadaan kawanan harimau tersebut masih belum terdeteksi dan belum berhasil dievakuasi kembali ke habitatnya.
Catatan Riau Pos, sejak 2022 lalu sebelum kejadian kali ini, telah terjadi tujuh kali konflik maut harimau dengan manusia di Riau. Pada rentetan itu, tujuh orang tewas dengan luka-luka yang mengenaskan. Dari jumlah itu, tiga kasus terjadi pada 2022, dua peristiwa terjadi pada 2023, dan sisanya dua lagi terjadi pada tahun ini.
Lokasi konflik terjadi di tiga lanskap habitat harimau sumatera. Yaitu Lanskap Semenanjung Kampar yang membentang di Kabupaten Pelalawan, dan Siak, lanskap Kerumutan yang berada di Pelalawan dan Inhil, serta Lanskap Giam Siak Kecil di Bengkalis.
Dari tujuh korban, empat orang merupakan buruh perkebunan yang memang berada di dekat lanskap habitat harimau. Sementara dua lainnya merupakan petani mandiri dan satu merupakan penebang kayu ilegal. Semua kejadian, seperti disebutkan BBSKDA di setiap konflik, berdekatan atau berada di habitat harimau.
Ketujuh korban tersebut di antaranya Tugiat (42), pekerja kayu akasia di Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Inhil yang diserang pada 6 Februari 2022. Selanjutnya, Indra (30), petani di Desa Tasik Tebing Serai, Kecamatan Tualang Muandau, Bengkalis yang diserang 6 April 2022. Juga ada Sopiana Damanik (44), penanam akasia di Desa Serapung, Kecamatan Kuala Kampar, Pelalawan yang diserang pada 19 Agustus 2022.
Selanjutnya, Acai (50), penebang kayu ilegal di Sungai Sebelat, Desa Teluk Lanus, Kecamatan Sungai Apit, Siak yang diserang 19 Desember 2022. Andi (33), pekebun karet di Kampung Rempak, Kecamatan Siak, Siak yang diserang pada 20 April 2023. Berikut ada Rahmad (26), buruh kebun asal Kuala Kampar di Simpang Kanan, Kecamatan Pengalihan, Inhil yang diserang pada 9 Mei 2024 serta Yosania (43) diduga diterkam harimau di Kampung Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, Siak pada 16 Juli 2024.(das)
Laporan MUHAMMAD AMIN AMRAN, Pangkalankerinci