Jumat, 20 September 2024

Waspadai Perubahan Iklim Ekstrem Picu Karhutla, Jangan Menuduh Sawit dan Gambut

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kebakaran yang menghanguskan jutaan hektare hutan dan lahan di Australia yang hingga kini belum dapat dipadamkan, semakin sulit dikendalikan akibat adanya perubahan iklim ekstrim dan pemanasan global yang terjadi. Tanah yang semakin kering menjadikan upaya pemadaman sulit dilakukan.

Menyikapi hal ini, Ketua Umum DPP Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) Ir Gulat Manurung MP C.APO, mengatakanm, bahwa kebakaran yang terjadi di Australia diperburuk oleh efek pemanasan global. Dari data yang didapat diketahui bahwa  dengan kekeringan yang lebih panjang, dan tanah yang lebih kering serta suhu panas yang meningkat akan sangat berpotensi terjadinya kebakaran yang lebih parah lagi.

''Sesungguhnya perubahan iklim yang ekstrim telah menjadi penyebab bencana-bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan Indonesia, khususnya Riau juga harus mewaspadai dan mengantisipasi jangan ada kebakaran pada musim kering yang akan datang,'' ujar Gulat.

Kebakaran hutan dan lahan di Australia baru berlangsung tiga bulan , namun diperkirakan telah melepaskan 350 juta metrik ton karbon dioksida. Para ahli memperingatkan dibutuhkan satu abad atau lebih akan untuk menyerap karbon dioksida yang dilepaskan tersebut.

- Advertisement -
Baca Juga:  Penambahan 2 Kasus Positif Corona dari Klaster Santri Warga Pelalawan

"Jika kita bercermin kepada kebijakan Pemerintah Australia memang jauh berbeda dengan Kondisi kebakaran hutan dan lahan tahun 2019 lalu di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari Upaya Kepala Pemadam Kebakaran Australia untuk bertemua Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, sejak April 2019 untuk melaporkan Potensi Bencana Kebakaran Hutan, namun upaya meminta waktu bertemu tersebut selalu ditolak. Dan Bencanapun benar-benar terjadi diawal November 2019,'' ucap Gulat.

Dikatakannya, ini akan menjadi pelajaran penting buat Pemerintah Indonesia, Masyarakat dan pelaku usaha yang bersentuhan dengan alam, khususnya di Riau. Kelebihan Indonesia adalah bahwa antisipasi kebakaran lahan 2020 yang sudah disampaikan BMKG sejak awal musim hujan September 2019, bahwa akan adanya musim kemarau yang lebih awal di tahun 2020 telah sangat direspon oleh semua aparat pemerintah yang diteruskan ke masyarakat dan pelaku uhaha sektor kehutanan dan perkebunan dan saat ini semua aparat pemerintah, kepolisian, TNI, dan aparat hukum lainnya sedang membangun kolaborasi kepada semua elemen masyarakat dan korporasi khususnya yang terkait dengan alam untuk antisipasi dini dan siaga untuk meminimalisir terjadinya kebakaran. 

- Advertisement -
Baca Juga:  Polda Riau Tahan Manajer PT SSS terkait Karhutla

"Untuk ini Apkasindo sangat mengapresiasi aparat Kepolisian dan TNI dan BPBD , seperti misalnya di Riau, semua elemen petani dan korporasi sudah melakukan kordinasi intensif dan membuat simulasi-simulasi berdasarkan tingkat kerawanan kebakaran yang dipimpin langsung oleh Kapolda Riau, Wakapolda, Irwasda, Dirkrimsus, Dirintel, Dansatbrimob, Karo Ops Polda Riau dan jajarannya, hal ini dapat dicontoh oleh provinsi lain, terkhusus Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan sebagai Provinsi terluas dan terparah kebakaran hutan dan lahan 2019 yang lalu,'' ujarnya.

Disebutkan Gulat, DPP Apkasindo siap membantu Polda Riau dan jajarannya untuk penanggulangan karhutla secara all out di tahun 2020 dan berharap pada tahun ini Riau bebas asap bisa terwujud.

Memang luas kebakaran Hutan dan Lahan di Australia jauh lebih luas dibandingkan dengan Indonesia di 2019 lalu, dari berbagai sumber diketahui bahwa kebakaran hutan dan lahan di Australia sejak November tahun 2019 tercatat sudah mencapai 12,3 juta hektar, sedangkan kebakaran di Indonesia Tahun yang sama tercatat oleh BNPB Pusat seluas 857 ribu hektare yang terdiri dari lahan mineral dan gambut.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kebakaran yang menghanguskan jutaan hektare hutan dan lahan di Australia yang hingga kini belum dapat dipadamkan, semakin sulit dikendalikan akibat adanya perubahan iklim ekstrim dan pemanasan global yang terjadi. Tanah yang semakin kering menjadikan upaya pemadaman sulit dilakukan.

Menyikapi hal ini, Ketua Umum DPP Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) Ir Gulat Manurung MP C.APO, mengatakanm, bahwa kebakaran yang terjadi di Australia diperburuk oleh efek pemanasan global. Dari data yang didapat diketahui bahwa  dengan kekeringan yang lebih panjang, dan tanah yang lebih kering serta suhu panas yang meningkat akan sangat berpotensi terjadinya kebakaran yang lebih parah lagi.

''Sesungguhnya perubahan iklim yang ekstrim telah menjadi penyebab bencana-bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan Indonesia, khususnya Riau juga harus mewaspadai dan mengantisipasi jangan ada kebakaran pada musim kering yang akan datang,'' ujar Gulat.

Kebakaran hutan dan lahan di Australia baru berlangsung tiga bulan , namun diperkirakan telah melepaskan 350 juta metrik ton karbon dioksida. Para ahli memperingatkan dibutuhkan satu abad atau lebih akan untuk menyerap karbon dioksida yang dilepaskan tersebut.

Baca Juga:  STIE Dharma Putra Gelar Wisuda XI

"Jika kita bercermin kepada kebijakan Pemerintah Australia memang jauh berbeda dengan Kondisi kebakaran hutan dan lahan tahun 2019 lalu di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari Upaya Kepala Pemadam Kebakaran Australia untuk bertemua Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, sejak April 2019 untuk melaporkan Potensi Bencana Kebakaran Hutan, namun upaya meminta waktu bertemu tersebut selalu ditolak. Dan Bencanapun benar-benar terjadi diawal November 2019,'' ucap Gulat.

Dikatakannya, ini akan menjadi pelajaran penting buat Pemerintah Indonesia, Masyarakat dan pelaku usaha yang bersentuhan dengan alam, khususnya di Riau. Kelebihan Indonesia adalah bahwa antisipasi kebakaran lahan 2020 yang sudah disampaikan BMKG sejak awal musim hujan September 2019, bahwa akan adanya musim kemarau yang lebih awal di tahun 2020 telah sangat direspon oleh semua aparat pemerintah yang diteruskan ke masyarakat dan pelaku uhaha sektor kehutanan dan perkebunan dan saat ini semua aparat pemerintah, kepolisian, TNI, dan aparat hukum lainnya sedang membangun kolaborasi kepada semua elemen masyarakat dan korporasi khususnya yang terkait dengan alam untuk antisipasi dini dan siaga untuk meminimalisir terjadinya kebakaran. 

Baca Juga:  Catat, Abujapi-Riau Pos Gelar Vaksinasi Massal 14 Oktober di Graha Pena

"Untuk ini Apkasindo sangat mengapresiasi aparat Kepolisian dan TNI dan BPBD , seperti misalnya di Riau, semua elemen petani dan korporasi sudah melakukan kordinasi intensif dan membuat simulasi-simulasi berdasarkan tingkat kerawanan kebakaran yang dipimpin langsung oleh Kapolda Riau, Wakapolda, Irwasda, Dirkrimsus, Dirintel, Dansatbrimob, Karo Ops Polda Riau dan jajarannya, hal ini dapat dicontoh oleh provinsi lain, terkhusus Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan sebagai Provinsi terluas dan terparah kebakaran hutan dan lahan 2019 yang lalu,'' ujarnya.

Disebutkan Gulat, DPP Apkasindo siap membantu Polda Riau dan jajarannya untuk penanggulangan karhutla secara all out di tahun 2020 dan berharap pada tahun ini Riau bebas asap bisa terwujud.

Memang luas kebakaran Hutan dan Lahan di Australia jauh lebih luas dibandingkan dengan Indonesia di 2019 lalu, dari berbagai sumber diketahui bahwa kebakaran hutan dan lahan di Australia sejak November tahun 2019 tercatat sudah mencapai 12,3 juta hektar, sedangkan kebakaran di Indonesia Tahun yang sama tercatat oleh BNPB Pusat seluas 857 ribu hektare yang terdiri dari lahan mineral dan gambut.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari