Bengkalis (riaupos.co) – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Hari Pendidikan Nasional 2021 menyatakan kualitas pendidikan di Indonesia menurun sejak terjadi pandemi. Pemaparan KPAI ini menunjukkan bawa meski pandemi mampu menggerakkan setiap insan untuk melakukan percepatan dalam bidang teknologi informasi, namun akselerasi digital ini ternyata tak mampu menggantikan peran guru dalam kemajuan pendidikan.
Pemerintah telah mengupayakan sedemikian rupa bagaimana kita tetap survive dalam menghadapi pandemi ini, termasuk dalam dunia pendidikan. Bagaimanapun kondisinya tetap diupayakan agar proses belajar mengajar tetap dapat dilaksanakan meski keadaan dunia mencekam. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melaksanakan pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi. Namun berbagai kendala ditemui dilapangan, mulai dari ketersediaan jaringan internet, kepemilikan telepon pintar dikalangan masyarakat, keterlibatan aktif orang tua dalam hal pengawasan anak saat belajar menggunakan media internet.
Memang benar siswa dapat belajar mandiri dengan mengakses materi pelajaran melalui mesin pencari di smartphone, namun kegiatan tersebut hanya menggugurkan kewajiban tugas di musim pandemi. Mencari di mesin pencari dengan menggunakan jasa internet, lalu menuliskannya di dibuku, kemudian dikumpulkan kepada guru. Tidak ada proses transfer ilmu yang dapat melekat di ingatan jangka panjang anak.
Lalu juga diupayakan untuk melaksanakan KBM via zoom atau google meet, namun setelah ditelisik ternyata siswa maupun mahasiswa tidak begitu menikmati proses KBM virtual ini. Terasa hambar dan ada yang hilang, sehingga mereka tidak dapat maksimal dalam menyerap ilmu. Anak-anak mulai jenuh dengan pola belajar seperti ini dan menyebabkan semangat belajar mereka menurun.
Bagaimanapun mereka membutuhkan guru untuk hadir ditengah-tengah mereka dalam dunia nyata, agar semangat guru tersebut dapat dirasakan dan mengalir kepada mereka. Mereka menginginkan pola belajar seperti sebelum pandemi, agar proses transfer ilmu dapat berjalan sebagaimana mestinya, mereka ingin mengambil teladan dari guru-guru. Mereka merindukan "ruh" seorang guru yang mampu menggerakkan jiwa, raga dan fikiran untuk bergegas melakukan kebaikan dan lebih kompetitif dalam menimba ilmu. Kondisi seperti ini mengajarkan kepada kita bahwa ternyata kehadiran guru sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.
Itulah mengapa ulama terdahulu sangat menghormati seorang guru, rela melakukan perjalanan berhari-hari untuk menjemput secuil ilmu. Namun ilmu yang sedikit itu mampu mengantarkannya menjadi ulama besar. Karena apa? Karena ada berkah dalam proses belajar mengajar tersebut. Guru yang memiliki "ruh" dapat menggugah sang murid, sehingga mereka dapat melakukan transfer ilmu, adab dan akhlak.
Mengapa demikian? Karena kegiatan belajar mengajar ini adalah proses sakral yang sangat dimuliakan. Bahkan para malaikat akan mengepakkan sayapnya pada orang-orang yang berada dalam majelis ilmu, serta Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam kemajuan pendidikan, sempena memperingati hari guru, marilah kita menjadi guru yang berdedikasi tinggi, memiliki ruh dan jiwa untuk mendidik dengan sepenuh hati. Senantiasa melakukan upgrading ilmu, akhlak dan ketaatan agar siswa mampu menyerap ilmu yang kita berikan. Selamat hari guru, semua kita adalah guru bagi generasi mendatang. Karena guru bukanlah hanya mereka yang mengajar di sekolah formal saja, tetapi dimanapun posisi kita, kita adalah guru. Orang tua adalah sekolah pertama anak-anak, Bapak/Ibu stakeholder pemerintahan adalah guru, petani adalah guru, nelayan juga guru, penjahit, programmer, pilot dan apapun profesinya, kita adalah guru. Ada mereka yang siap menampung dan meneladani apa yang lakukan, ya, mereka sang generasi penerus.***