Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Imbang Berkat Bisikan Walter Samuel

JAKARTA (RIAUPO.CO) — Argentina menjadi lawan yang alot ditaklukkan bagi Jerman. Setelah kemenangan 1-0 di final Piala Dunia 2014 lalu di Stadion Maracana, dalam dua pertemuan selanjutnya, Die Mannschaft tak pernah menang.

Setelah Jerman kalah 2-4 pada September 2014, kemarin (10/10) dalam uji coba internasional di Signal Iduna Park, Jerman bermain imbang 2-2 dengan Argentina.

Hasil imbang tersebut juga menandai era generasi baru Jerman. Menurut catatan Opta, untuk kali pertama dalam lima tahun terakhir, starting XI Jerman tanpa pemain dari skuad yang jadi juara di Brasil.

Jerman unggul dua gol lebih dulu di babak pertama lewat Serge Gnabry pada menit ke-15 dan Kai Havertz (22’). Tim Tango menyamakan skor di babak kedua lewat Lucas Alario (66’) dan Lucas Ocampos (85’).

Pelatih Argentina Lionel Scaloni kepada TyC Sports menjelaskan, pada babak kedua timnya bermain lebih solid, tak banyak salah umpan, dan berani melakukan pressing tinggi di area pertahanan Jerman.

"Kami melimitasi pergerakan pemain-pemain mereka dan menghindari serangan balik. Jerman memiliki pemain dengan kecepatan lari yang luar biasa," kata Scaloni.

"Kami lebih sabar ketika mengontrol bola," tambah pelatih berusia 41 tahun itu.

Baca Juga:  Ambisi Revans Supermane

Ole menulis, ada peran asisten pelatih Walter Samuel dalam perubahan gaya bermain Argentina untuk menjadi petarung di lini tengah. Ketika hendak melakukan pergantian ketiga, yakni memasukkan Lucas Alario dan menarik Paulo Dybala pada menit ke-62, percakapan Samuel dengan Scaloni bocor di televisi. "Estamos tibios," kata Samuel kepada Scaloni.

"Walter (Samuel) berkata demikian karena dia "panas" melihat situasi di lapangan dan ingin bermain kembali," tutur Scaloni, lalu tertawa.

"Menurut Walter, menghadapi tim yang mengandalkan kekuatan fisik, kami harus bermain dengan cara yang sama," imbuh Scaloni.

Jika pada babak pertama memainkan formasi 4-2-3-1 dan gagal membendung 3-4-3 milik Jerman, pada babak kedua Scaloni mengubahnya dengan mirroring formasi Jerman. Skema 3-4-3 Argentina tersebut ternyata berhasil mengimbangi agresivitas Jerman.

Penyerang Argentina Lautaro Martinez setelah pertandingan kepada TyC Sports menyatakan, perubahan mental dan ide gaya bermain di babak kedua menjadi kuncinya. Penyerang Inter Milan itu sepakat timnya lebih menguasai pertandingan pada 45 menit kedua.

"Kami bermain lebih banyak di area pertahanan lawan pada babak kedua. Sementara di babak pertama kami menghadapi tim yang cepat dengan teknik tinggi dan itu membuat kami keteteran," tutur Lautaro.

Baca Juga:  Kerja Keras Kembalikan Angkatan

Pemain 22 tahun tersebut tak lupa mengkritik dirinya yang tak bisa berkembang pada babak pertama. Ditekan sepanjang babak pertama, Lautaro tak melakukan banyak tembakan ke gawang Jerman.

Sementara itu, der trainer Jerman Joachim Loew kepada Deutsche Welle (DW) menuturkan, dirinya sudah pasti kecewa karena sekali lagi mereka gagal menang atas Argentina. Namun, Loew memberikan apresiasi kepada beberapa nama.

"Ada empat pemain yang menjalani debut bersama timnas, Luca Waldschmidt, Nadiem Amiri, Suat Serdar, dan Robin Koch. Luca (Waldschmidt) berlari di semua area dan dia bermain sangat bagus," puji pelatih berusia 59 tahun tersebut.

Loew menambahkan, tim muda yang dimainkan itu, dengan Joshua Kimmich sebagai kapten, diharapkan menjadi titik awal yang bagus. Selain Manuel Neuer (90), Kimmich merupakan pemain dengan caps terbanyak (45).

"Jo (Kimmich, Red) adalah seorang panutan buat rekan-rekannya dan Jo pernah menjadi kapten Jerman di Piala Konfederasi 2017. Jo punya pengalaman memimpin tim, juga sosok vokal di lapangan, bisa memberikan instruksi. Karena itu, saya memilihnya sebagai kapten," terang Loew.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPO.CO) — Argentina menjadi lawan yang alot ditaklukkan bagi Jerman. Setelah kemenangan 1-0 di final Piala Dunia 2014 lalu di Stadion Maracana, dalam dua pertemuan selanjutnya, Die Mannschaft tak pernah menang.

Setelah Jerman kalah 2-4 pada September 2014, kemarin (10/10) dalam uji coba internasional di Signal Iduna Park, Jerman bermain imbang 2-2 dengan Argentina.

- Advertisement -

Hasil imbang tersebut juga menandai era generasi baru Jerman. Menurut catatan Opta, untuk kali pertama dalam lima tahun terakhir, starting XI Jerman tanpa pemain dari skuad yang jadi juara di Brasil.

Jerman unggul dua gol lebih dulu di babak pertama lewat Serge Gnabry pada menit ke-15 dan Kai Havertz (22’). Tim Tango menyamakan skor di babak kedua lewat Lucas Alario (66’) dan Lucas Ocampos (85’).

- Advertisement -

Pelatih Argentina Lionel Scaloni kepada TyC Sports menjelaskan, pada babak kedua timnya bermain lebih solid, tak banyak salah umpan, dan berani melakukan pressing tinggi di area pertahanan Jerman.

"Kami melimitasi pergerakan pemain-pemain mereka dan menghindari serangan balik. Jerman memiliki pemain dengan kecepatan lari yang luar biasa," kata Scaloni.

"Kami lebih sabar ketika mengontrol bola," tambah pelatih berusia 41 tahun itu.

Baca Juga:  Kerja Keras Kembalikan Angkatan

Ole menulis, ada peran asisten pelatih Walter Samuel dalam perubahan gaya bermain Argentina untuk menjadi petarung di lini tengah. Ketika hendak melakukan pergantian ketiga, yakni memasukkan Lucas Alario dan menarik Paulo Dybala pada menit ke-62, percakapan Samuel dengan Scaloni bocor di televisi. "Estamos tibios," kata Samuel kepada Scaloni.

"Walter (Samuel) berkata demikian karena dia "panas" melihat situasi di lapangan dan ingin bermain kembali," tutur Scaloni, lalu tertawa.

"Menurut Walter, menghadapi tim yang mengandalkan kekuatan fisik, kami harus bermain dengan cara yang sama," imbuh Scaloni.

Jika pada babak pertama memainkan formasi 4-2-3-1 dan gagal membendung 3-4-3 milik Jerman, pada babak kedua Scaloni mengubahnya dengan mirroring formasi Jerman. Skema 3-4-3 Argentina tersebut ternyata berhasil mengimbangi agresivitas Jerman.

Penyerang Argentina Lautaro Martinez setelah pertandingan kepada TyC Sports menyatakan, perubahan mental dan ide gaya bermain di babak kedua menjadi kuncinya. Penyerang Inter Milan itu sepakat timnya lebih menguasai pertandingan pada 45 menit kedua.

"Kami bermain lebih banyak di area pertahanan lawan pada babak kedua. Sementara di babak pertama kami menghadapi tim yang cepat dengan teknik tinggi dan itu membuat kami keteteran," tutur Lautaro.

Baca Juga:  Ambisi Revans Supermane

Pemain 22 tahun tersebut tak lupa mengkritik dirinya yang tak bisa berkembang pada babak pertama. Ditekan sepanjang babak pertama, Lautaro tak melakukan banyak tembakan ke gawang Jerman.

Sementara itu, der trainer Jerman Joachim Loew kepada Deutsche Welle (DW) menuturkan, dirinya sudah pasti kecewa karena sekali lagi mereka gagal menang atas Argentina. Namun, Loew memberikan apresiasi kepada beberapa nama.

"Ada empat pemain yang menjalani debut bersama timnas, Luca Waldschmidt, Nadiem Amiri, Suat Serdar, dan Robin Koch. Luca (Waldschmidt) berlari di semua area dan dia bermain sangat bagus," puji pelatih berusia 59 tahun tersebut.

Loew menambahkan, tim muda yang dimainkan itu, dengan Joshua Kimmich sebagai kapten, diharapkan menjadi titik awal yang bagus. Selain Manuel Neuer (90), Kimmich merupakan pemain dengan caps terbanyak (45).

"Jo (Kimmich, Red) adalah seorang panutan buat rekan-rekannya dan Jo pernah menjadi kapten Jerman di Piala Konfederasi 2017. Jo punya pengalaman memimpin tim, juga sosok vokal di lapangan, bisa memberikan instruksi. Karena itu, saya memilihnya sebagai kapten," terang Loew.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari